Herni Shintiavira
Balai Penelitian Tanaman Hias

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Pengaruh Substitusi Hara Makro dan Mikro Media MS dengan Pupuk Majemuk dalam Kultur In Vitro Krisan Herni Shintiavira; Mochdar Soedarjo; Suryawati Suryawati; Budi Winarto
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n4.2012.p334-341

Abstract

Studi substitusi hara makro dan mikro media Murashige & Skoog (MS) menggunakan pupuk majemuk untuk meningkatkan efisiensi kultur in vitro krisan (Dendranthema grandiflora) dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Kebun Percobaan Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) dari Bulan Januari hingga Desember 2010. Aplikasi pupuk majemuk sebagai substitusi hara makro-mikro MS diharapkan dapat menurunkan biaya produksi benih melalui kultur in vitro, khususnya dalam penyediaan media tanam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan kombinasi pupuk majemuk dalam meningkatkan efisiensi aplikasi kultur in vitro krisan. Varietas yang diuji ialah D. grandiflora cv. Dwina Kencana dan Pasopati, sementara pupuk majemuk yang digunakan ialah Hyponex Hijau (20:20:20), Hyponex Merah (25:5:20), dan Growmore (32:10:10) dengan komposisi uji (1) media ½ MS + 0,1 mg/l indole acetic acid (IAA) sebagai kontrol, (2) 1 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA, (3) 2 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA, (4) 3 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA 0,1, (5) 1 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (6) 2 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (7) 3 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (8) 1 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA, (9) 2 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA, dan (10) 3 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis varietas dan media kultur berpengaruh terhadap keberhasilan kultur in vitro krisan. Varietas Dwina Kencana memiliki respons pertumbuhan yang lebih baik dibanding varietas Pasopati. Konsentrasi 3 g/l Hyponex Hijau yang ditambah dengan 0,1 mg/l IAA merupakan medium pengganti medium ½ MS terbaik yang mampu mendukung pertumbuhan eksplan pada Dwina Kencana maupun Pasopati. Pada umur 8 minggu setelah kultur, perlakuan tersebut memberikan rerata terbaik jumlah daun, jumlah nodus, jumlah akar, panjang akar, dan berat basah planlet. Aplikasi medium tersebut mampu menekan biaya penyediaan medium kultur per liter hingga 34,7% dibanding biaya penyediaan medium ½ MS yang mencapai Rp6.561,00 per liter. Aplikasi hasil penelitian ini memberikan dampak positif terhadap efisiensi biaya produksi kultur  in vitro  krisan, khususnya terkait dengan penyediaan media kultur.
Perbanyakan Lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.)] Shinn Secara In Vitro Menggunakan Kuncup Bunga sebagai Sumber Eksplan (Micropropagation of Lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.)] Shinn Using Flower Bud as Explant Source) Herni Shintiavira; Budi Winarto
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n1.2016.p41-48

Abstract

Lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.)] Shinn merupakan tanaman hias bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan jenis tanaman ini terkendala oleh keterbatasan benih bermutu. Penyediaan benih bermutu melalui pemanfaatan kuncup bunga pada kultur in vitro lisianthus dilakukan dalam penelitian. Penelitian bertujuan mendapatkan teknologi perbanyakan lisianthus menggunakan kuncup bunga. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung pada Januari hingga Desember 2013. Penelitian ini menggunakan E. grandiflorum klon 05 NK-70 dengan sumber eksplan kelopak bunga, mahkota, kepala sari, ovarium, dan penyangga bunga. Penelitian terdiri atas empat percobaan, yaitu Percobaan 1, eksplan diinisiasi pada media Murashige & Skoog (MS), MS +0,2 mg/l benzylaminopurin (BAP) + 0,02 mg/l asam naftalen asetat (NAA), MS+0,5 mg/l BAP + 1,5 mg/l thidiazuron (TDZ) dan MS+0,25 mg/l BAP. Percobaan 2, tunas hasil inisiasi diperbanyak pada media MS dan MS + 0,2 mg/ l BAP +0,02 mg/l NAA. Percobaan 3, pencegahan roset pada planlet dengan aplikasi media MS + 0,1–10 mg/l asam giberelin (GA3). Percobaan 4, induksi perakaran menggunakan media MS + 0,1–0,5 mg/l asam asetat-3-indol (IAA) tanpa atau ditambah 1 g/l arang aktif. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 3–4 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyangga bunga merupakan eksplan paling responsif dalam inisiasi tunas dan perbanyakan tunas pada media MS + 0,2 mg/l BAP + 0,02 mg/l NAA. Sementara media MS +7 mg/l GA3 sesuai untuk mencegah roset dan media MS +0,5 mg/l IAA + 1 g/l arang aktif sesuai untuk pengakaran tunas. Planlet diaklimatisasi menggunakan campuran arang sekam dan cocopeat dengan tingkat keberhasilan mencapai 80–100%.KeywordsLisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.)] Shinn; Benih bermutu; Kuncup bunga; In vitro; PerbanyakanAbstractLisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.)] Shinn is an high economic value ornamental plant. However development of the plant was restricted by the limited of qualified plant propagating. Preparing the qualified plant propagation via in vitro culture using flower buds was studied in this research. Objective of the research was to obtain technology of mass propagation of lisianthus explants of flower buds.The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory, Indonesian Ornamental Crops Research Institute from January to December 2013. Eustoma grandiflorum 05 NK-70 clone was used as donor plant in the study. Explant type tested in experiment were sepal, petal, anther, ovary, and receptacle. This experiment consisted of four activities. Activitiy 1, shoot initiation at Murashige & Skoog (MS) medium, MS +0.2 mg/l BAP+ 0.02 mg/l NAA, MS+0.5 mg/l BAP + 1.5 mg/l TDZ and MS+ 0.25 mg/l BAP. Activitiy 2, shoot propagation at medium of MS and MS + 0.2 mg/ l BAP +0.02 mg/l NAA. Activitiy 3, application of GA3 in concentration of 0.1–10.0 mg/l added in MS medium was carried out to prevent rosette problem. Activitiy 4, root initiation on MS medium augmented with 0.1–0.5 mg/l IAA with or without 1 g/l activated-charcoal. The experiments were arranged in a complete randomized design (CRD) with 3–4 replications. Results of the study indicated that flower receptacle is most responsif explant of flower bud fragment in shoots initiation and shoots propagation cultured on MS media containing 0.2 mg/l BAP + 0.02 mg/l NAA. MS medium augmented with 7.0 mg/l GA3 was optimum medium for preventing rosette explant. MS medium containing 0.5 mg/l IAA and 1 g/l activated-charcoal was suitable rooting medium. Plantlets were easily acclimatized in burned-rice husk and cocopeat mixture medium with 80-100% survivability.
Studi Kualitas Regeneran Phalaenopsis Hasil Kultur In Vitro dari Eksplan Tangkai Infloresen, Tunas Pucuk, dan Empulur (The Quality Study of Phalaenopsis Regenerants from In Vitro Propagation of Inflorescence, Shoot Tip, and Pith Explants) Dewi Pramanik; Herni Shintiavira; Budi Winarto
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n1.2018.p13-24

Abstract

Anggrek Phalaenopsis memiliki nilai komersial yang tinggi, karena keindahannya dapat dinikmati sepanjang tahun. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan benih tanaman yang semakin meningkat. Salah satu cara penyediaan benih secara massal adalah melalui perbanyakan klonal secara in vitro sehingga perlu dilakukan studi kualitas regeneran hasil perbanyakan klonal untuk menjamin ketersediaan benih dengan kualitas baik. Penelitian bertujuan menguji kualitas regeneran yang dihasilkan dari perbanyakan klonal secara in vitro beberapa varietas Phalaenopsis dengan menggunakan eksplan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Kebun Percobaan Segunung, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sejak bulan Januari 2014 hingga Mei 2015. Penelitian menggunakan dua faktor, yaitu varietas (Ayu Lestari, Ayu Pratiwi, dan Karindra) dan jenis eksplan (tangkai infloresen, tunas pucuk, dan empulur). Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dan setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukan tidak terjadi interaksi yang nyata antara faktor jenis eksplan dan varietas yang diujikan pada semua tahap percobaan. Respon terbaik diperoleh pada eksplan empulur dengan 42,85% eksplan berhasil membentuk kalus pada minggu ke-8 dan hampir 100% kalus tersebut dapat beregenerasi menjadi tunas pada minggu ke-24 dengan tingkat multiplikasi tunas 1,87 kali. Pada minggu ke-32 terbentuk rata-rata 3,13 daun per planlet dengan 2,47 cm panjang daun, 1,36 cm lebar daun, 1,52 akar per planlet, dan panjang akar per planlet mencapai 1,26 cm. Kerapatan stomata memiliki korelasi negatif dengan tingkat abnormalitas planlet. Planlet dengan kerapatan stomata tertinggi dan abnormalitas yang rendah diperoleh pada var. Karindra dan planlet yang berasal dari eksplan empulur dan tunas pucuk. Setelah 8 minggu tahap aklimatisasi, tingkat keberhasilan hidup tertinggi (92%) diperoleh pada tunas yang berasal dari eksplan empulur. Penelitian membuktikan bahwa perbedaan varietas tidak memiliki pengaruh nyata pada tingkat abnormalitas regeneran dan dari eksplan empulur diperoleh jumlah regeneran tertinggi dengan kualitas baik (tingkat abnormalitas rendah).KeywordsKultur jaringan; Kualitas regeneran; Phalaenopsis; Jenis eksplantAbstractPhalaenopsis orchids have a high commercial value, because of its beauty and it can be enjoyed throughout the year. This condition gives the impact on the increasing demand of the seeds. One of the ways of providing mass seeds is through in vitro clonal propagation. However, it is necessary to study the quality of regenerants of clonal propagation products to ensure the availability of qualified seeds. The aimed of this study was to test the quality of regenerants obtained from in vitro clonal propagation of Phalaenopsis using inflorescence stalk, shoot tips, and pith explants. This research was conducted at Tissue Culture Laboratory, Segunung Experimental Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI) from January 2014 to May 2015. The study used two treatments, varieties (Ayu Lestari, Ayu Pratiwi, and Karindra) and type of explant (inflorescence stalk, shoot tips, and pith). Experiments were prepared using a randomized complete block design with two factors and each treatment was replicated three times. The results showed there were no significant interaction between types of explants and varieties tested in all experiment stages. The best response was obtained using pith explants with 42.85% callus formation in the week eighth and nearly 100% callus can regenerate into shoots at week 24th with the rate of shoot multiplication up to 1.87 times. At week 32th the cultures formed planlets with an average number of leaves of 3.13 and an average size of 2.47 cm x 1.36 cm (length x width) and an average number of roots of 1.52 with average length reached 1.26 cm. Stomatal density has negative correlation with plantlet abnormality rate. Plantlets with the highest stomatal density and low abnormality were obtained in var. Karindra and plantlet derived from explant pith and shoot buds. After 8 weeks of acclimatization stage, the highest survival rate (92%) was obtained on the shoot originating from pith explant. This study proved that varietal differences did not have a significant effect on regenerant abnormalities, and the highest number of regenerant with good quality (low abnormality rate) was obtained from pith explant.