Agustina Erlinda Marpaung
Kebun Percobaan Berastagi

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakterisasi dan Keragaan Pertumbuhan Tiga Klon Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Lokal (Characterization and Growth Performance of Three Clone of Local Hot Pepper) Agustina Erlinda Marpaung; Susilawati Barus; Darkam Musaddad
Jurnal Hortikultura Vol 29, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v29n1.2019.p33-44

Abstract

Cabai merah merupakan komoditas sayuran utama yang memiliki nilai permintaan tinggi di masyarakat Indonesia sehingga ketersediaannya harus terus dilakukan termasuk upaya peningkatan produksi. Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi memberi kontribusi cukup besar terhadap peningkatan produksi sayuran secara nasional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan keragaan pertumbuhan tiga varietas cabai merah lokal spesifik lokasi termasuk melihat keunggulannya dibandingkan dengan cabai merah varietas lainnya yang sudah beredar di pasar. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl dan jenis tanah Andisol. Kegiatan dilakukan sejak bulan Juni 2015 sampai dengan Maret 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan lima kali ulangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi karakterisasi dan keragaan pertumbuhan tanaman tiga cabai merah calon varietas lokal (Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, Batang Hijau) dan pembanding (Kencana dan Rampati). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga cabai merah varietas lokal memiliki perbedaan pada umur masa pertumbuhan. Pertumbuhan vegetatif cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau berlangsung sampai umur 9 bulan setelah tanam, sedangkan cabai merah Batang Hijau hanya sampai umur 7 BST. Penampilan secara visual tanaman cabai merah Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, dan Rampati lebih tinggi, sedangkan cabai merah Batang Hijau lebih rendah namun diameter kanopi lebih lebar, sedangkan cabai merah Kencana lebih sempit. Waktu mulai berproduksi cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau 1 bulan lebih lama dibandingkan cabai merah lainnya. Hasil per tanaman secara umum menunjukkan bahwa cabai merah Batang Ungu lebih tinggi dibandingkan dengan batang Ungu-Hijau, Batang Hijau, Rampati, dan Kencana, di mana total hasil per tanaman secara berurutan masing-masing adalah 1.183,15 g; 1.036,56 g; 700,55 g; 809,88 g ,dan 365,12 g. Hasil uji preferensi terhadap tanaman cabai merah di lapangan memperlihatkan bahwa cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau memiliki tampilan keseluruhan dan bentuk/warna daun yang sangat bagus, sedangkan untuk kriteria tinggi tanaman, luas kanopi/tajuk, dan jumlah cabang tergolong bagus. Cabai merah Batang Hijau untuk setiap kriteria tergolong baik. Hasil uji preferensi terhadap buah cabai merah memperlihatkan bahwa cabai merah Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, Batang Hijau, dan varietas Kencana tergolong baik dilihat dari tampilan keseluruhan, yaitu ukuran, warna, bentuk, dan tekstur kulit buah.KeywordsCapsicum annum L.; Karakterisasi; Pertumbuhan; Hasil; Spesifik lokasiAbstractHot pepper is the main vegetable crops that have the highest demand value in Indonesian society, so that their availability should be continue to be made, including efforts to increase production. Using the best varieties specific location is giving a substantial contribution to the improvement of the national vegetable production. The research aims to identify characterize and performance of the growth of three varieties of local hot pepper specific locations including recognition its superiority compared to other varieties of hot pepper that have been released and are available in the market. The research conducted at Berastagi experimental farm, District Dolat Rayat, Karo, North Sumatera, with a height of 1,340 m above sea level (asl.) and the type of soil is Andisol, the activities conducted in June 2015 until March 2016. The design used was a randomized block design, consist of six treatments with five replications. The activities conducted on characterization and growth performance of three hot pepper plant local varieties (Purple Stems, Purple-Green Stems, Green Stem) and plant comparison (Rampati and Kencana). The result showed that three hot pepper local varieties differ in the age of infancy. Hot pepper vegetative growth of Purple Stems and Purple-Green Stems lasted until 9 month after planting (MAP), while the hot pepper Green Stem, growth only until the age of 7 MAP. Visual performance of hot pepper with Purple Stem, Purple-Green Stems, and Rampati variety have higher growth, the hot pepper Green Stems lower but the canopy diameter is wider, while the Kencana variety is narrower. The hot pepper Stems Purple And Purple-Green Stems harvest beginning one month longer than another. Generally, yielding per plant of hot pepper Purple Stem higher than the Purple-Green Stems, Green Stem, Rampati, and Kencana, where the total yield of each was 1,183.15 g; 1,036.56 g; 700.55 g; 809.88 g; and 365.12 g. The result of the preference for hot pepper plants in the field shows that hot pepper Stems Purple and Purple-Green Stems have the all performance and shape/color of the leaves is very good, while the criteria for plant height, diameter canopy, and the number of branches is quite good. Hot pepper Green Stem for each criterion is quite good. The result of the preference for hot peppers shows that hot pepper Stem Purple, Purple-Green Stems, Green Stems, and Kencana varieties quite good views from the overall appearance, size, color, shape, and texture of the skin of the fruit.
Sistem Tanam Tumpang Sari Cabai Merah dengan Kentang, Bawang Merah, dan Buncis Tegak (Technical Assessment of Hot Pepper Intercropping System with Potato, Shallot, and Beans) Bina Beru Karo; Agustina Erlinda Marpaung; Darkam Musaddad
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p219-228

Abstract

Pola tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekaligus meningkatkan pendapatan, melalui usaha penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai permintaan yang tinggi di masyarakat Indonesia, demikian juga dengan tanaman kentang, bawang merah, dan buncis. Penelitian bertujuan untuk mengkaji efisiensi penggunaan lahan sistem tanam monokultur dan tumpang sari dengan kentang, bawang merah, dan buncis tegak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl dan jenis tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Desember 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas enam perlakuan dengan empat ulangan. Perlakuan yang diuji adalah : (a) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (kentang + bawang merah); (b) sistem tanam tumpang sari cabai merah + buncis tegak; (c) sistem tanam tumpang sari cabai merah + kentang; (d) sistem tanam tumpang sari cabai merah + bawang merah, (e) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (buncis tegak + bawang merah); dan (f) sistem tanam cabai monokultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman tumpang sari cabai merah tidak berbeda nyata dengan monokultur. Sistem tanam monokultur lebih tinggi dari tumpang sari, yaitu 21,53 kg/20 m2. Nilai kesetaraan lahan pola tanam tumpang sari cabai merah lebih besar dari 1 dan yang tertinggi adalah tumpang sari cabai merah dengan buncis tegak, yaitu 1,48. Tumpang sari cabai merah dengan bawang merah dan buncis menghasilkan keuntungan bersih yang lebih tinggi dari pola tanam monokultur dan tumpang sari lainnya, yaitu Rp191.408,00/20m2. Usahatani tumpang sari cabai dengan kentang dan bawang merah merupakan usahatani yang paling menguntungkan terutama apabila dibandingkan dengan monokultur.KeywordsCapsicum annum L; Tumpang sari; Solanum tuberosum L.; Allium cepa L; Phaseolus vulgaris LAbstractIntercropping system is one way to improve the efficiency of land use through the efforts of the planting of crops on the land and the same time. Hot pepper is a vegetable commodity that has value in high demand in Indonesian society, so we need to research that aims to assess the efficiency of land use with monoculture and intercropping system hot pepper with beans, potatoes and shallot. The study was conducted in Berastagi Experimental Garden with less altitude of 1,340 m above sea level and type of soil Andisol. The research was conducted from June to December 2015. The design used was a randomized block design (RAK) nonfactorial with four replications. The treatments tested were: (a) intercropping system hot pepper + (potato + shallot); (b) intercropping system hot pepper + beans; (c) intercropping system hot pepper + potato; (d) intercropping system hot pepper + shallot; (e) intercropping system hot pepper + (beans + shallot);( f) monoculture. The results showed that: Hot pepper intercropping plant vegetative growth was not significantly different with monoculture. Generative growth of hot pepper intercropping is significant different than monocultures, where the monoculture of hot pepper produce higher yields 21.53 kg / 20 m2. Land equivalent ratio of hot pepper intercropping system is greater than one and the highest intercropping hot pepper with beans, 1.48. Hot pepper intercropping with shallot produce a higher net profit than monoculture and another intercropping, Rp191 408,00 / 20m2. Intercropping hot pepper with potato and shallot is the most profitable farming, especially when compared to monoculture.