Adi Heru Utomo
Politeknik Negeri Jember, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Common Process Extraction pada Model Proses Bisnis Tebang Muat Angkut (TMA) Salma Fatia; Muhammad Ainul Yaqin; Adi Heru Utomo
Jurnal Teknologi Informasi dan Terapan Vol 7 No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jtit.v7i2.162

Abstract

Abstract— In an organizational environment, there are various business process models with the same procedures. If an organization builds a system with the same procedure repeatedly, it will undoubtedly incur a lot of effort and money. Therefore, it is necessary to extract common fragments to save effort. This research uses four scenarios of business process models: sequence, branching, nested branching, and looping. This study uses Business Process Modeling Notation (BPMN) notation so that the process model consists of activities, connectors, and gateways. Structural similarity is measured using the Jaccard similarity formula by comparing the process model. The similarity of behavior is measured using the Transition Adjacency Relations (TARs) method to obtain common fragments. The results show that the sequence process model will produce a common fragment that tends to be sequential too. The branching will produce a common fragment that tends to branch, and nested branching will produce a common fragment that tends to be branched and nested, as well as looping will produce a common fragment contains looping too. The experimental results show that the proposed method can extract common fragments based on the available business process models. Keywords—BPMN; common fragment; behavioral similarity; TARs Abstrak— Dalam lingkungan organisasi, terdapat berbagai model proses bisnis dengan prosedur yang sama. Jika suatu organisasi membangun sistem dengan prosedur yang sama secara berulang-ulang, niscaya akan mengeluarkan banyak tenaga dan biaya. Oleh karena itu, perlu mengekstrak fragmen umum untuk menghemat tenaga. Penelitian ini menggunakan empat skenario model proses bisnis yaitu sequence, branching, nested branching, dan looping. Penelitian ini menggunakan notasi Business Process Modeling Notation (BPMN) sehingga model proses terdiri dari aktivitas, konektor, dan gateway. Kemiripan struktural diukur menggunakan rumus kemiripan Jaccard dengan membandingkan model proses. Kesamaan perilaku diukur menggunakan metode Transition Adjacency Relations (TARs) untuk mendapatkan fragmen yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model sequence process akan menghasilkan common fragment yang cenderung berurutan juga. Percabangan akan menghasilkan fragmen umum yang cenderung bercabang, dan percabangan bersarang akan menghasilkan fragmen umum yang cenderung bercabang dan bersarang, serta perulangan akan menghasilkan fragmen umum yang berisi perulangan juga. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa metode yang diusulkan dapat mengekstrak fragmen umum berdasarkan model proses bisnis yang tersedia. Keywords—BPMN; common fragment; kemiripan perilaku; TARs
Dekomposisi Model Proses Bisnis Tebang Muat Angkut (TMA) Menggunakan Refined Process Structure Tree (RPST) dan Metrik Kompleksitas Annisa Heparyanti Safitri; Muhammad Ainul Yaqin; Adi Heru Utomo
Jurnal Teknologi Informasi dan Terapan Vol 7 No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jtit.v7i2.163

Abstract

Abstract— In an organization, some problems often arise, one of which lies in the complexity of business process modeling. In business processes, high complexity values ​​are complicated to analyze and maintain as a whole, so a method is needed to break down the business process into smaller parts called the fragment process model. Therefore, a decomposition was carried out to decompose the process model to make it simpler. The benefit of decomposition is to make it easier for users to compose the required business process model. We used three different scenarios for the TMA process model to analyze each fragment. There is a process model with scenarios that tend to be the sequence, multi-branching, and nested branching. Furthermore, to support the results of the RPST, the calculation of the average complexity value with the Yaqin Complexity formula, and the standard deviation for the process model fragment was also carried out. Our experimental results found that the rate of the tree at the RPST affected the number of fragments. Also, we found that the more profound the tree depth, the higher the average complexity value. In this study, we found that scenarios that tend to be sequential, have the lowest average complexity value with the number 22, and a standard deviation value of 5,567. While the highest value is in the scenario that has nested branching, and there is a repetition process with an average complexity value of 29.8 and a standard deviation value of 13.405. Keywords— Process Model, RPST, Decomposition, Complexity Matrix, Standard Deviation. Abstrak— Dalam suatu organisasi seringkali timbul beberapa permasalahan, salah satunya terletak pada kompleksitas pemodelan proses bisnis. Dalam proses bisnis, nilai kompleksitas yang tinggi rumit untuk dianalisis dan dipelihara secara keseluruhan, sehingga diperlukan metode untuk memecah proses bisnis menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut model proses fragmen. Oleh karena itu, dekomposisi dilakukan untuk menguraikan model proses agar lebih sederhana. Manfaat dekomposisi adalah memudahkan pengguna untuk menyusun model proses bisnis yang dibutuhkan. Kami menggunakan tiga skenario berbeda untuk model proses TMA untuk menganalisis setiap fragmen. Terdapat model proses dengan skenario yang cenderung berurutan, bercabang banyak, dan bercabang bersarang. Selanjutnya untuk mendukung hasil RPST juga dilakukan perhitungan nilai kompleksitas rata-rata dengan rumus Yaqin Complexity, dan standar deviasi untuk fragmen model proses. Hasil eksperimental kami menemukan bahwa laju pohon di RPST memengaruhi jumlah fragmen. Selain itu, kami menemukan bahwa semakin mendalam kedalaman pohon, semakin tinggi nilai kompleksitas rata-ratanya. Pada penelitian ini ditemukan skenario yang cenderung berurutan, memiliki nilai rata-rata kompleksitas terendah dengan angka 22, dan nilai standar deviasi 5,567. Sedangkan nilai tertinggi ada pada skenario bercabang nested, dan terjadi proses pengulangan dengan nilai kompleksitas rata-rata 29,8 dan nilai standar deviasi 13,405. Keywords—Model Proses, RPST, Dekomposisi, Matrik Kompleksitas, Standar Deviasi.
Analisis Perbandingan Metode Alpha Miner, Inductive Miner dan Causal-Net Mining dalam Proses Mining Rissa Aulia Hasyim; Muhammad Ainul Yaqin; Adi Heru Utomo
Jurnal Teknologi Informasi dan Terapan Vol 7 No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jtit.v7i2.165

Abstract

Tidak semua algoritma proses mining dapat mendeteksi semua skenario model proses, sehingga dilakukan eksperimen dengan mecoba 3 jenis algoritma terhadap 9 skenario model proses bisnis yang bertujuan untuk mendapatkan algoritma yang paling cocok untuk setiap skenario model proses. Kami menggunakan 3 algoritma proses mining diantaranya alpha miner, inductive miner dan causal-net mining. Kami mengusulkan solusi dengan menggunakan aplikasi ProM untuk mengecek kecocokan 3 algoritma yang digunakan terhadap 9 skenario. Selain itu, untuk mendukung hasil proses mining menggunakan ProM, kami mengukur nilai similarity dengan membandingkan model proses pada dataset dengan hasil proses mining menggunakan ProM. Berdasarkan hasil pengukuran similarity diketahui bahwa eksperimen menggunakan algortima alpha miner. Pada figure 8 memiliki nilai tingkat similarity paling tinggi yaitu dengan nilai 0.89. Sedangkan tingkat similarity paling kecil, didapati pada figure 7 menggunakan alpha miner dengan nilai 0.12.