Sahat M. Pasaribu
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor Jl. Jend Ahmad Yani No.70 Bogor

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Determinan Pengeringan Padi oleh Petani di Jawa Barat dan Jawa Timur Budiman Hutabarat; Achmad Djauhari; Sahat M. Pasaribu; Tri Pranadji
Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v9n1.1990.41-56

Abstract

EnglishThe research was undertaken to test relevant factors affecting adoption of paddy drying activities and was conducted in Kabupaten Karawang, West Java and Kabupaten Jember, East Java. This was based on presumption that any adoption of new technology will have a positive impact on farm revenue by farmer's ability to capture added value on his production. It was found that the difference between paddy price prior to and after drying treatment at farm level was an important determinant on paddy drying adoption. That is, if the difference is quite low, the farmers have a tendency not to employ drying treatment. Now the difference is only below Rp 4.00 to Rp 5.00 per kg. Moreover, as sawah employed becomes larger, risk on paddy deteriorization is also high, and there will be a tendency that the farmers may not adopt paddy drying activities.IndonesianPenelitian ini bertujuan menguji berbagai faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan pengeringan padi. Daerah penelitian dipilih di Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan Kabupaten Jember, Jawa Timur. Hal ini dilatar-belakangi oleh pengertian bahwa penanganan pasca panen berdampak positif terhadap penerimaan usahatani berupa adanya nilai tambah hasil yang diperoleh petani. Makalah ini menunjukkan perbedaan antara perbedaan antara harga padi sebelum dan setelah dikeringkan di tingkat petani masih menjadi faktor utama yang menentukan perilaku petani dalam kegiatan pengeringan. Apabila perbedaan ini kecil saja, maka petani cenderung tidak melakukannya. Saat ini perbedaan ini hanya bernilai dibawah Rp 4,00- Rp 5,00 per Kg. Selain itu dengan semakin besarnya resiko kerusakan gabah, dengan luas sawah garapan yang semakin luas cenderung petani makin tidak melakukan pengeringan padi.