nFN Faharuddin
Badan Pusat Statistik, Jl. Dr. Sutomo 6-8, Jakarta 10710

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mengukur Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan di Indonesia 2010 nFN Faharuddin
Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.671 KB) | DOI: 10.21082/jae.v30n2.2012.145-157

Abstract

EnglishAlleviating poverty and hunger recently becomes the global issue through which the MDGs agreed internationally to reduce poverty and hunger by half in 2015. This paper aims to measure achievement of the first MDG goals in Indonesia in 2010 using a composite index called as PHI (Poverty and Hunger Index). PHI is a combination of five indicators in MDG Goal 1 combined using a similar way to construct HDI. PHI calculations put the provinces into 3 categories, i.e. high (2 provinces, Bali and Jakarta), medium (30 provinces) and low (1 province, West Papua). Achievements of the first MDG Progress by province are observed through PHI-P (PHI-Progress) indices classified into 3 groups, i.e. fast (11 provinces), slow (13 provinces), and reversing (9 provinces). A combination of PHI and PHI-P produces classification by provincial development priorities within the framework of achievement of the first MDG goals with low priority (11 provinces), medium priority (13 provinces), and high priority (9 provinces).IndonesianPenanggulangan kemiskinan dan kelaparan merupakan isu global di mana melalui MDGs telah disepakati untuk menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015. Makalah ini bertujuan untuk mengukur pencapaian tujuan MDGs yang pertama tersebut di Indonesia tahun 2010 menggunakan suatu indeks komposit yang disebut IKK (Indeks Kemiskinan dan Kelaparan). IKK merupakan kombinasi dari 5 indikator pada tujuan 1 MDGs, yang dikombinasikan menggunakan cara yang mirip dengan pembuatan indeks komposit IPM. Hasil penghitungan indeks IKK menempatkan provinsi-provinsi dalam 3 kategori yaitu tinggi (2 provinsi yaitu Bali dan DKI Jakarta), menengah (30 provinsi) dan rendah (1 provinsi yaitu Papua Barat). Progres pencapaian tujuan pertama MDGs per provinsi dilihat dengan indeks IKK-P (IKK-Progres) dalam 3 kelompok, progres cepat (11 provinsi), progres lambat (13 provinsi) dan progres mundur (9 provinsi). Kombinasi IKK dan IKK-P menghasilkan klasifikasi provinsi menurut skala prioritas pembangunan dalam kerangka mewujudkan tujuan pertama MDGs yaitu prioritas rendah (11 provinsi), prioritas sedang (13 provinsi) dan prioritas tinggi (9 provinsi).
Analisis Pola Konsumsi Pangan di Sumatera Selatan 2013: Pendekatan Quadratic Almost Ideal Demand System nFN Faharuddin; A. Mulyana; nFN Yunita
Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (920.27 KB) | DOI: 10.21082/jae.v33n2.2015.121-140

Abstract

EnglishStudy on the household food consumption pattern, especially at provincial level, is very interesting in order to offer accurate information regarding the household response to changes in food prices. This study aims to analyze food consumption pattern in South Sumatra using Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) based on Susenas household survey data in 2013. All food groups have positive income elasticity and negative price elasticity consistent with the theory of demand, but expenditure elasticities are higher than price elasticities. As a staple food, rice has relatively low expenditure and price elasticities in which rising household income and rising rice price do not affect much rice consumption. Most food commodity groups have uncompensated price elasticity close to 1, namely 0.9 to 1.1. The high price elasticities are found on fruit commodity group mainly affected by seasonal factors. The policy aimed to increase household income is more important than that to maintain price stability for adjusting consumption pattern. The government has challenging responsibility due to slow food diversification. IndonesianPola konsumsi pangan rumah tangga apalagi sampai level provinsi sangat menarik dikaji untuk memberikan informasi yang tepat mengenai respon rumah tangga terhadap perubahan harga pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan di Sumatera Selatan menggunakan quadratic almost ideal demand system (QUAIDS) dengan data hasil survei rumah tangga Susenas tahun 2013. Semua kelompok pangan memiliki elastisitas pendapatan yang positif dan elastistas harga yang negatif, konsisten dengan teori permintaan, namun elastisitas pengeluaran lebih tinggi dibandingkan elastisitas harga. Sebagai komoditas pangan utama, beras memiliki elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga yang rendah di mana kenaikan pendapatan dan kenaikan harga tidak banyak memengaruhi konsumsi beras. Sebagian besar kelompok komoditas pangan memiliki elastisitas harga tidak terkompensasi yang mendekati 1, yaitu antara 0,9 dan 1,1. Elastisitas harga yang tinggi terdapat pada kelompok komoditas buah-buahan terutama karena dipengaruhi oleh faktor musiman. Dengan demikian, kebijakan meningkatkan pendapatan rumah tangga lebih penting dibandingkan kebijakan menjaga stabilitas harga untuk mengarahkan pola konsumsi masyarakat. Pemerintah memiliki tugas yang berat karena proses diversifikasi konsumsi pangan berjalan sangat lambat.