Tahlim Sudaryanto
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor Jl. Jend Ahmad Yani No.70 Bogor

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Studi Diagnostik Pengembangan Usahatani Kedelai di Desa Karyamukti, Kabupaten Karawang Maesti Mardiharini; nFN Muchlas; M. Taufik; Tahlim Sudaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v9n1.1990.57-82

Abstract

EnglishAn identification of a prospect and constraints of soybean production is needed to establish whether a certain region is suitable or not for such a crop. By means of collecting indepth information from soybean and non-soybean farmers, coupled with group interviews and information from the key informan, the following results are reported. Soybean farming is mostly undertaken by small farmer and landless laborer in the second dry season. Major factors motivating farmers to grow soybean is due to the availability of land, free of charge. Farmer's practices on soybean farming is still traditional and is far from those recommended. Taking into consideration the available resources, it is concluded that soybean farming can be expanded in the study site, if the major constraints are alleviated. The lack of high quality seed, low plant density, inappropriate fertilizer and insecticides application are among technical constraints which might be solved by more intensive extension program involving farmer groups. Family and hired labor competition need attention by applying labor saving technology. Relatively low degree of group activities and the existence of mutual relationship between land owner and laborer are social constraints observed in the area. These constraints require proper action considering both the objective of increasing soybean production and employment/income generation for the laborer.IndonesianIdentifikasi potensi dan kendala dalam usahatani diperlukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah mampu dijadikan sasaran program pengembangan usahatani kedelai. Dengan menggali informasi mendalam terhadap petani kedelai dan non kedelai, diperkuat dengan wawancara kelompok dan informan kunci, diperoleh hasil sebagai berikut. Usahatani kedelai umumnya dilakukan oleh buruhtani dan petani berlahan sempit pada musim kemarau (MK) II. Motivasi mereka menanam kedelai terutama atas pertimbangan penggunaan lahan yang tanpa membayar sewa. Cara bercocok tanam pola petani cenderung masih tradisional dan belum sesuai dengan paket anjuran. Berdasarkan potensi yang ada, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedelai dapat dikembangkan di daerah penelitian, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang menjadi kendala. Kurangnya pengadaan benih, populasi tanaman yang belum optimum, pemupukan dan pengendalian hama yang belum intensif, semuanya adalah kendala fisik/teknis yang dapat diatasi dengan memberikan informasi/bimbingan melalui PPL ke kelompok tani. Adanya kompetisi tenaga kerja di dalam dan luar keluarga perlu pemecahan masalah dengan pemakaian teknologi yang hemat tenaga kerja. Aktivitas kelompok yang masih rendah dan adanya hubungan "pemilik lahan- buruhtani", merupakan kendala sosial yang perlu dicari jalan tengah antara kepentingan pemerataan kesempatan kerja/pendapatan dengan peningkatan produksi kedelai.
Penggabungan Data Penampang Lintang dan Deret Waktu dalam Model Regresi Tahlim Sudaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v7n1.1988.17-31

Abstract

EnglishThe use of cross sectional data in econometric studies in Indonesia is more common than that of time series data. This is due to the lack of adequate time series data in the country. Under such a condition, the pooling of cross section on time series data is an appropriate strategy. This paper concerns with the specification of a model that takes into account the variation of the data accross individual as well as accross time. Parameter estimation for a dummy variable model and an error component model are presented along with an illustration.IndonesianPenggunaan data penampang lintang dalam penelitian-penelitian di Indonesia tampaknya lebih dominan dibanding penggunaan data deret waktu. Hal ini sebagai akibat dari terbatasnya dokumentasi data deret waktu. Dalam keadaan tersebut, penggabungan data penampang lintang dan data deret waktu dalam model regresi merupakan satu strategi alternatif. Tulisan ini mengemukakan alternatif spesifikasi model yang secara eksplisit membedakan variasi data antar individu dan antar waktu dalam data gabungan. Prosedur pendugaan dan contoh penggunaannya disajikan untuk model yang membedakan intersep antar individu.
Cultural Practices Differences and its Impact on the Efficiency of Wetland Soybean (the Case of Japanan Village, East Java) Bambang Irawan; Frederic Lancon; Tahlim Sudaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v11n2.1992.58-78

Abstract

IndonesianAnalisis tentang perilaku produksi sering diasumsikan bahwa teknik budidaya yang dilakukan petani relatif homogen. Namun demikian, banyak indikasi empirik menunjukkan bahwa petani melakukan teknik budidaya yang bervariasi walaupun mereka menerima rekomendasi yang sama. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa variasi teknik budidaya tersebut dan sampai sejauh mana dampaknya terhadap produksi dan pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 peubah teknik budidaya yang dianalisis, 10 peubah diantaranya secara signifikan bisa membedakan satu kelompok petani dari kelompok lainnya. Produktivitas hasil kedelai bukan hanya ditentukan oleh jumlah input tetapi juga metoda teknik budidaya dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya diperoleh petunjuk bahwa, kelompok petani yang memakai jumlah masukan lebih tinggi temyata memperoleh pendapatan bersih lebih rendah karena biaya yang dikeluarkan lebih tinggi.
Cultural Practices Differences and its Impact on the Efficiency of Wetland Soybean (the Case of Japanan Village, East Java) Bambang Irawan; Frederic Lancon; Tahlim Sudaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.514 KB) | DOI: 10.21082/jae.v11n2.1992.58-78

Abstract

IndonesianAnalisis tentang perilaku produksi sering diasumsikan bahwa teknik budidaya yang dilakukan petani relatif homogen. Namun demikian, banyak indikasi empirik menunjukkan bahwa petani melakukan teknik budidaya yang bervariasi walaupun mereka menerima rekomendasi yang sama. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa variasi teknik budidaya tersebut dan sampai sejauh mana dampaknya terhadap produksi dan pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 peubah teknik budidaya yang dianalisis, 10 peubah diantaranya secara signifikan bisa membedakan satu kelompok petani dari kelompok lainnya. Produktivitas hasil kedelai bukan hanya ditentukan oleh jumlah input tetapi juga metoda teknik budidaya dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya diperoleh petunjuk bahwa, kelompok petani yang memakai jumlah masukan lebih tinggi temyata memperoleh pendapatan bersih lebih rendah karena biaya yang dikeluarkan lebih tinggi.
Studi Diagnostik Pengembangan Usahatani Kedelai di Desa Karyamukti, Kabupaten Karawang Maesti Mardiharini; nFN Muchlas; M. Taufik; Tahlim Sudaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v9n1.1990.57-82

Abstract

EnglishAn identification of a prospect and constraints of soybean production is needed to establish whether a certain region is suitable or not for such a crop. By means of collecting indepth information from soybean and non-soybean farmers, coupled with group interviews and information from the key informan, the following results are reported. Soybean farming is mostly undertaken by small farmer and landless laborer in the second dry season. Major factors motivating farmers to grow soybean is due to the availability of land, free of charge. Farmer's practices on soybean farming is still traditional and is far from those recommended. Taking into consideration the available resources, it is concluded that soybean farming can be expanded in the study site, if the major constraints are alleviated. The lack of high quality seed, low plant density, inappropriate fertilizer and insecticides application are among technical constraints which might be solved by more intensive extension program involving farmer groups. Family and hired labor competition need attention by applying labor saving technology. Relatively low degree of group activities and the existence of mutual relationship between land owner and laborer are social constraints observed in the area. These constraints require proper action considering both the objective of increasing soybean production and employment/income generation for the laborer.IndonesianIdentifikasi potensi dan kendala dalam usahatani diperlukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah mampu dijadikan sasaran program pengembangan usahatani kedelai. Dengan menggali informasi mendalam terhadap petani kedelai dan non kedelai, diperkuat dengan wawancara kelompok dan informan kunci, diperoleh hasil sebagai berikut. Usahatani kedelai umumnya dilakukan oleh buruhtani dan petani berlahan sempit pada musim kemarau (MK) II. Motivasi mereka menanam kedelai terutama atas pertimbangan penggunaan lahan yang tanpa membayar sewa. Cara bercocok tanam pola petani cenderung masih tradisional dan belum sesuai dengan paket anjuran. Berdasarkan potensi yang ada, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedelai dapat dikembangkan di daerah penelitian, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang menjadi kendala. Kurangnya pengadaan benih, populasi tanaman yang belum optimum, pemupukan dan pengendalian hama yang belum intensif, semuanya adalah kendala fisik/teknis yang dapat diatasi dengan memberikan informasi/bimbingan melalui PPL ke kelompok tani. Adanya kompetisi tenaga kerja di dalam dan luar keluarga perlu pemecahan masalah dengan pemakaian teknologi yang hemat tenaga kerja. Aktivitas kelompok yang masih rendah dan adanya hubungan "pemilik lahan- buruhtani", merupakan kendala sosial yang perlu dicari jalan tengah antara kepentingan pemerataan kesempatan kerja/pendapatan dengan peningkatan produksi kedelai.