This Author published in this journals
All Journal Farmaka
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

REVIEW: RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA TERAPI PENGOBATAN JERAWAT Winona Madelina; Sulistiyaningsih Sulistiyaningsih
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.311 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17665

Abstract

Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit peradangan kronis dengan patogenesis kompleks, melibatkan kelenjar sebasea, hiperkeratinisasi folikular, kolonisasi bakteri berlebihan, reaksi imun tubuh dan peradangan. Antibiotik memegang peran penting dalam terapi pengobatan jerawat. Pilihan pengobatan didasarkan pada persepsi dokter terkait efikasi, efektivitas biaya atau rasio risiko-manfaat dan jarang mempertimbangkan resistensi bakteri. Antibiotik topikal dan oral secara rutin digunakan untuk mengobati jerawat. Namun, kasus resistensi antibiotik meningkat, dengan banyak negara melaporkan bahwa lebih dari 50% dari strain Propionibacterium acnes tahan terhadap makrolida topikal, membuatnya kurang efektif. Prevalensi P. acnes resisten antibiotik bervariasi di berbagai belahan dunia. Angka prevalensi yang tinggi di antara negara-negara Eropa, dengan resistensi eritromisin ⁄ klindamisin berkisar dari 45% hingga 91% dan resistensi tetrasiklin dari 5% menjadi 26,4% (kecuali Italia dan Hungaria yang memiliki 0%). Di Asia, ada perbedaan besar dalam prevalensi P. acnes resisten antibiotik antara berbagai negara Asia. Misalnya di Jepang, tingkat resisten eritromisin ⁄ klindamicin hanya 4% dan tetrasiklin ⁄ doksisiklin dengan 2%. Di Korea, penelitian terbaru hanya menemukan satu dari 33 strain (3,2%) yang diisolasi resisten terhadap klindamisin dan penulis berpendapat bahwa P. acnes resisten antibiotik belum berkembang cukup baik di Korea.