Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

INVENTARISASI BUNYI VOKAL DAN KONSONAN BAHASA ALUNE Erniati Erniati
GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 2 (2019): Desember
Publisher : Kantor Bahasa Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47269/gb.v5i2.82

Abstract

Abstrak: Bahasa Alune merupakan salah satu bahasa yang masih digunakan oleh masyarakat. Bahasa Alune merupakan bahasa yang memiliki penutur yang masih banyak. Oleh sebab itu, patut mendapat prioritas dan perhatian yang sama dengan bahasabahasa daerah lain. Bahasa ini digunakan oleh kelompok masyarakat yang tinggal di Pulau Seram Bagian Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk memperoleh data, digunakan metode simak, yakni dengan menyimak bahasa secara langsung dari penutur. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakteristik fonem bahasa Alune dan distibusinya dalam kata. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi fonem bahasa Alune dan distribusinya dalam kata. Berdasarkan hasil kajian disimpulkan bahwa bahasa Alune memiliki 23 buah fonem segmental yang terdiri atas 15 konsonan, 7 vokal (monoftong), dan 3 diftong. Fonem-fonem tersebut, yaitu: /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, /y/ , /G/, /?/, /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, / O /,dan /E/.Kata Kunci: fonologi, fonetik, fonemAbstract: Alune language is one of the languages that is still used by the community. This language is a regional language that has many speakers. Therefore, it should deserve the same priority and attention as other regional languages. This language is used by community groups living in West Seram Island. The method used in this research is descriptive method. To obtain data, listening method, namely by listening to the language directly from the speaker. The problem in this research is how the characteristics of the Alune phoneme. The objective to be achieved in this research is to inventory the Alune language phonemes. Based on the results of the study, concluded that the Alune language has 23 segmental phonemes consisting of 15 consonants, 7 vowels (monophthongs), and 3 diphthongs. The phonemes, namely: / p /, / b /, / t /, / d /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l / , / w /, / y /, / G /, /? vowels (monophthongs), and 3 diphthongs. The phonemes, namely: / p /, / b /, / t /, / d /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l / , / w /, / y /, / G /, /? /, / a /, /i /, / u /, / e /, / o /, / O /, and /E /.Keywords: phonology, phonetics, phonemes
Pronomina Persona Bahasa Melayu Ambon di Wilayah Tutur Kota Ambon Erniati Erniati
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 16, No 1 (2020): UNDAS
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/und.v16i1.1799

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk pronomina persona bahasa Melayu Ambon. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif mengkaji fenomena kebahasaan yang secara objektif. Data dalam penelitian berupa data lisan yang bersumber dari tindak komunikasi masyarakat Kota Ambon dan sekitarnya yang terdiri atas semua rentang usia, yang menggunakan bahasa Melayu Ambon. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi melalui teknik rekam dan catat. Data yang telah diklasifikasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pronomina bahasa Melayu Ambon terdiri atas pronomina persona pertama tunggal dan jamak, pronomina persona kedua tunggal dan jamak, pronomina persona ketiga tunggal dan jamak, dan pronomina persona leksem kekerabatan.The objective of this study is to describe the types of personal pronouns in the Ambonese Malay language. This research applies the qualitative descriptive method to analyze the language phenomenon objectively. The research data are oral data taken from communication between the people in Ambon City and its surroundings, which consists of all ages of the Ambonese Malay language speaker.  The data are collected using the observation method, recording, and writing technique. The analysis of selected data is using a descriptive qualitative method. The results show that there are several pronouns of the Ambonese Malay language. They are first-singular personal pronouns, and first-plural personal pronouns; second-singular personal pronouns, and second-plural personal pronouns; third-singular personal pronoun, and third-plural personal pronouns; kinship lexeme personal pronouns.
Karakteristik Fonem Segmental Bahasa Melayu Dialek Ambon Erniati Erniati
Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5 No 2 (2017): Gramatika, Volume V, Nomor 2, Juli--Desember 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.556 KB) | DOI: 10.31813/gramatika/5.2.2017.109.102--114

Abstract

Ambonese Malay is classified as a dialect of the standard Malay language spoken in Maluku Province including Ambon City, Ambon Island, Lease islands of Saparua, Haruku and Nusa Laut and Buano Island, Manipa Island, Kelang island, Seram island. In addition, this language is also used as a trading language in Kei, Banda, Watubela Islands, Buru Island, Southeast Maluku to Southwest Maluku. Ambonese Malay has 2-2.5 million speakers spreading throughout the Maluku Islands. Ambonese Malay is included in the Malay Polynesian family. To preserve Ambonese Malay, it is necessary to study the characteristics of phonemes of Ambonese Malay and its distribution in word. This study aims to determine the number of Ambonese Malay’s phonemes and its distribution in the word. The method used is descriptive qualitative method. The results show that the phoneme contained in Ambonese Malay consists of eighteen consonant phonemes.
DISTRIBUSI FONEM BAHASA TEON DI PULAU SERAM, MALUKU TENGAH (Teon Language Phoneme Distribution on Seram Island, Central Maluku) Erniati Erniati
SAWERIGADING Vol 27, No 2 (2021): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2021
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1491.91 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v27i2.934

Abstract

Salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku adalah bahasa Teon. Bahasa Teon dituturkan oleh masyarakat di empat negeri, yakni Desa Watludan, Yafila, dan Issu, di Kabupaten Malukut Tengah. Bahasa Teon merupakan salah satu bahasa derah yang kondisinya sangat kritis, tidak lagi menjadi media komunikasi sehari-hari antargenerasi. Salah satu upaya untuk melestarikan bahasa daerah dengan melakukan penelitian.  Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan  mengidentifikasi  dan mendisdistribusi fonem bahasa Teon dalam kata.  Masalah penelitian ini adalah mengidentifikasi mendeskripsikan fonem bahasa  Teon ke dalam kata. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu  metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bahasa Teon memiliki    18  konsonan dan 8  vokal. Vokal tersebut,  yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, /a/, /E/, /O/, dan /|/. vokal yang berdistribusi lengkap, yang menduduki semua posisi baik posisi awal, tengah dan akhir, yaitu vocal /a/, /e/, /u/, /i/, dan /O/.  Vokal /o/ hanya berdistribusi pada tengah dan akhir kata sedangkan vokal /E/ dan /|/ hanya berdistribusi pada posisi tengah kata saja. Konsonan bahasa Teon, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/,/k/, /g/, /G/, /h/, /?/, /l/, /r/, /m/,/n/, /w/,/s/,/f/, dan /y/. Empat  dari konsonan itu merupakan konsonan pinjaman, yaitu konsonan [b], [d], [g], dan [c].   Konsonan  yang berdistribusi lengkap, yang menduduki semua posisi baik posisi awal, tengah dan akhir, yaitu konsonan /p/, /t/, /s/, /m/, /n/, dan /r/.  Konsonan bahasa Teon yang menduduki posisi awal dan tengah kata, yaitu konsonan /y/, /w/, /l/, /f/, /k/,/g/, /d/, dan /b/. Konsonan yang  berdistribusi pada tengah kata, yaitu /?/,  konsonan yang berdistribusi pada awal kata, yaitu /c/, konsonan yang berdistribusi pada awal dan akhir, yaitu /h/, dan konsonan yang berdistribusi tengah dan akhir /G/. Konsonan  [b], [d], [g], dan [c] merupakan konsonan pinjaman dari bahasa Indonesia namun sudah digunakan sebagai konsonan bahasa Teon pada kata-kata tertentu yang tidak memiliki konsep dalam bahasa Teon. Sedangkan pola suku kata bahasa Teon ditemukan sebanyak sembilan pola, yaitu pola suku kata V, KV, KVK, KKVK, KVV. KKV, KVVK, KKVV, dan ½ KV.
POLA SUKU KATA BAHASA LISABATA [Lisabata Syllabe Pattern Language] Erniati Erniati
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.998 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.44

Abstract

The language of Lisabata is used as the first language by native speakers of the Lisabata community on Seram Island, Maluku, precisely in the border area of West Seram and East Seram, West Lisabata Village, Nualiali Village, Desa Sukaraja, and Kawa Village. SIL (2006: 16—17) identified this language as the dialect of dialect, the dialect of the Eastern Lisabata, Nuniani, Sukaraja, and Kawa, Austronesian classes. Until now, the language of Lisabata has  still been used as an oral communication tool by certain circles in life community speakers. Nevertheless, the language of Lisabata can be categorized as an almost extinct local language, since there has no inheritance process to the younger generation. To prevent this, it is necessary to make a variety of rescue efforts that one of them through research. This research provided an overview of the pattern of the Lisabata language syllables. This study aimed to describe the pattern of the Lisabata syllable, the Eastern Lisabata dialect. The method used  descriptive qualitative method. Data was obtained from the direct speech of the native speakers of the language and speakers who were considered capable. The results showed that the Lisabata syllabic pattern consists of V, VK, KV,  KVK, VKV, KKVK, , 1 / 2KV.Bahasa Lisabata dipakai sebagai bahasa pertama oleh penutur asli masyarakat Lisabata di Pulau Seram, Maluku, tepatnya di daerah perbatasan Seram Barat dan Seram Timur, Desa Lisabata Barat,  Desa Nualiali, Desa Sukaraja,  dan Desa Kawa. SIL (2006:16—17) mengidentifikasi bahasa ini sebagai bahasa dengan tempat dialeknya, yaitu dialek Lisabata Timur, Nuniani, Sukaraja, dan Kawa, kelas Austronesia. Hingga saaat ini, bahasa Lisabata masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan oleh kalangan tertentu dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun demikian, bahasa Lisabata dapat dikategorikan sebagai bahasa daerah yang hampir punah, karena tidak ada proses pewarisan kepada generasi mudanya.  Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu diantaranya melalui penelitian. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pola suku kata bahasa Lisabata. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola suku kata bahasa Lisabata, dialek Lisabata Timur. Metode yang digunakan adalah meode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari ucapan langsung penutur asli bahasa tersebut dan penutur yang dianggap mampu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola suku kata bahasa Lisabata terdiri atas V,VK, KV, KVK, VKV, KKVK, 1/2KV,.
PEMERTAHANAN BAHASA BUGIS DI KOTA AMBON [Bugis Language Defence in the city of Ambon] Erniati Erniati
TOTOBUANG Vol. 6 No. 2 (2018): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2018
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.05 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v6i2.93

Abstract

This study examines the maintenance of Bugis language in the Wara neighborhood, Ambon City. As a language brought by immigrants from South Sulawesi, the Bugis language is a minority language that is in the midst of the majority language, namely Ambonese Malay. According to experts that the existence of minority languages in an area will melt into the majority language but in fact the Bugis language remains used in daily communication among ethnic groups. The research problem is how is the defense of Bugis language in Ambon and what factors support this achievement. The purpose of this study was to see how far the Bugis language was preserved in Ambon City and what factors supported the defense. This study uses the method of observation and interviews with respondents. The results showed that the Bugis ethnic community in Ambon City, especially Bugis who lived in the Wara environment still used Bugis language in the family realm, the realm of neighboring, the realm of work, the realm of education, and the realm of religion. Factors of loyalty of speakers and Bugis ethnic community organizations are the things that most support the defense of Bugis in Ambon City, especially in the Wara Neighborhood.Kajian ini meneliti tentang pemertahanan bahasa Bugis di Lingkungan Wara, Kota Ambon. Sebagai bahasa yang dibawa oleh pendatang dari Sulawesi Selatan, bahasa Bugis merupakan bahasa minoritas yang berada di tengah-tengah bahasa mayoritas, yakni bahasa Melayu Ambon.menurut para ahli bahwa keberadaan bahasa minoritas di suatu daerah akan lebur ke dalam bahasa mayoritas namun kenyatannya bahasa Bugis tetap digunakan dalam komunikasi sehari-hari di antara sesama etnis. Masalah penelitian adalah bagaimanakah pemertahanan bahasa Bugis di Ambon dan factor-faktor apakah yang mendukung pemerthanan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana pemertahanan bahasa Bugis di Kota Ambon dan factor-faktor apa yang mendukung pemertahanan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara terhadap responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat etnis Bugis di Kota Ambon, khususnya etnis Bugis yang tinggal di Lingkungan Wara masih menggunakan bahasa Bugis pada ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah pekerjaan, ranah pendidikan, dan ranah agama. Factor loyalitas penutur dan organisasi masyrakat etnis Bugis merupakan hal yang paling mendukung pemertahanan bahasa Bugis di Kota Ambon, khususnya di Lingkungan Wara.
PERBANDINGAN FONEM SEGMENTAL BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA HITU DI NEGERI HITU LAMA, KECAMATAN LEIHITU, KABUPATEN MALUKU TENGAH [Comparison of Indonesian Segmental Phonemes with Hitu Language in Negeri Hitu Lama, Leihitu District, Central Maluku District] Erniati Erniati
TOTOBUANG Vol. 7 No. 2 (2019): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/ttbng.v7i2.161

Abstract

Tulisan ini membicarakan tentang perbandingan fonem bahasa Indonesia dengan bahasa Hitu. Bahasa Hitu  merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku yang dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Hasil kajian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki 22 buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, /y/ dan lima buah fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Sementara itu, bahasa Hitu memiliki fonem segmental sebanyak 24 fonem segmental, yang terdiri dari 5 buah fonem vocal dan 19 fonem konsonan. Konsonan-konsonan bahasa Hitu yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/, /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /r/, /s/, /t/, /w/, /y/, /ň/, /?/,dan /G/.This paper discusses the comparison of Indonesian phonemes with Hitu. Hitu Language is one of the regional languages in Maluku Province that is spoken by the community in Leihitu District, Central Maluku Regency. The results of the study show that Indonesian has 22 consonant phonemes, namely / p /, / b /, / t /, / d /, / c /, / j /, / k /, / g /, / g /, m /, / n /, / ŋ /, / ñ /, / l /, / f /, / s /, / z /, / ʃ /, / x /, / h /, / r /, / w /, / y / and five vowel phonemes, namely / a /, / i /, / u /, / e /, / o /. Mean while, Hitu has 24 segmental phonemes, consisting of 5 vocal phonemes and 19 consonant phonemes. The consonants of Hitu language that have been successfully described are: / p /, / b /, / c /, / d /, / g /, / h /, / j /, / k /, / l /, / l /, / m /, / n /, / r /, / s /, / t /, / w /, / y /, / ň /, /? /, and / G /.   
KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI FONEM BAHASA WOIRATA DI KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA [Language Characteristics and Distribution of Woirata Phonems in the District of Maluku Barat Daya] Erniati Erniati
TOTOBUANG Vol. 8 No. 2 (2020): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/ttbng.v8i2.246

Abstract

Woirata language is the only regional language in Maluku Province which belongs to the non-Austronesian family. It is spoken only in two villages, named Oirata Barat and Oirata Timur on Kisar Island. This study aimed to describe the phoneme distribution of the Woirata language. The research problem  describe the Woirata language phonemes into words. The method used in this research was  qualitative . The results of the research proved  the Woirata language has 19 segmental phonemes consisting of 14 consonant phonemes and five vocal phonemes. The vowel phonemes are / i /, / u /, / e /, / o /, and / a /. All of the five vowel phonemes were completely distributed. They infested all positions in  words, either at the beginning, middle, and end of the word. Meanwhile, the consonant phonemes of Woirata were 14. The phonemes, named: / p /, / t /, / d /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l /, / w /, / y /, / G /, and /? /. The distribution of the fourteen consonant phonemes varied. Complete distribution of consonant phonemes infested all positions in  words, either at the beginning, middle and end of the word, named / p /, / t /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l /, / w /, and / y /. Consonant phonemes infested the initial and middle positions of  words, named / d /, and / l /. while the consonant phonemes only infested the middle and back positions of  words, named /G /, and /? /. Bahasa Woirata merupakan satu-satunya bahasa daerah di Provinsi Maluku yang termasuk rumpun non Austronesia. Dituturkan hanya di dua desa yaitu Desa Oirata Barat dan Oirata Timur di Pulau Kisar. Masalah yang akan dibahas dalam  penelitian adalah bagaimana deskripsi fonem bahasa Woirata ke dalam kata. Tujuannya adalah mendeskripsikan fonem bahasa Woirata dan mendistribusikan fonem tersebut ke dalam kata.  Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa bahasa Woirata memiliki 19 buah fonem segmental yang terdiri atas 14 fonem konsonan dan lima buah fonem vocal. Fonem vokal tersebut, yaitu u /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Kelima fonem vokal tersebut, semuanya berdistribusi lengkap, yaitu menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.  Fonem konsonan bahasa Woirata berjumlah 14 buah. Fonem-fonem tersebut, yaitu: /p/, /t/, /d/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, /y/, /G/, dan /?/.  Distirbusi keempat belas fonem konsonan tersebut bervariasi. Fonem konsonan yang berdistribusi lengkap yang menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, yaitu /p/, /t/,  /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, dan /y/. Fonem konsonan yang menempati posisi awal dan tengah kata, yaitu /d/, dan /l/.  Fonem konsonan yang hanya menempati posisi tengah dan belakang kata, yaitu G/, dan /?/.
KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BANGGOI DAN BAHASA HOTI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR [Lexicostatistic Classification Of Banggai And Hoti Language In East Seram District] Erniati Erniati
TOTOBUANG Vol. 9 No. 2 (2021): TOTOBUANG: EDISI DESEMBER 2021
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/ttbng.v9i2.333

Abstract

This study is a lexicostatistical study that aims to classify words that are related statistically to classify similarities. This research is focused on Banggoi and Hoti languages spoken by the people in West Bula District, East Seram Regency, Maluku Province. The aim is to determine the kinship classification of Banggoi and Hoti languages and determine the time of separation between the two languages. The method used is quantitative and qualitative methods with data collection techniques using direct observation, listening, note-taking, and recording methods. The results showed that Banggoi language and Hoti language have kinship with percentage of 31.5%. Based on this percentage, the two languages are at the stok/family kinship level. The existence of this kinship is influenced by geographical proximity, while the time of separation of the two languages is estimated at 1,170 years ago. Kajian ini merupakan kajian leksikostatistik yang bertujuan mengelompokkan kata-kata yang berkerabat dengan mengelompokkan persamaan secara statistik. Peneltian ini difokuskan pada bahasa Banggoi dan bahasa Hoti yang ditutukan oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui klasifikasi kekerabatan bahasa Banggoi dan bahasa Hoti dan menentukan waktu pisah dari kedua bahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan  metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik  observasi langsung, simak, catat, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara bahasa Banggoi dan bahasa Hoti memilki kekerabatan dengan persentase 31,5%. Berdasarkan persentase tersebut maka kedua bahasa tersebut berada pada tingkat kekerabatan stok/rumpun.  Adanya kekerabatan bahasa Banggoi dan bahasa Hoti karena dipengaruhi oleh letak geografi yang berdekatan dan  waktu pisah kedua bahasa tersebut diperkirakan pada 1.170 tahun  yang lalu.
Korespondensi Fonemis Bahasa Alune dan Wemale: Phonemic Correspondence in Alune and Wemale Languages Yohanis Sanjoko; Erniati Erniati
Kibas Cenderawasih : Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol. 17 No. 2 (2020): Kibas Cenderawasih, October 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.674 KB) | DOI: 10.26499/kc.v17i2.282

Abstract

This study aims to describe the linguistic situation and the phonemic correspondence formula for Alune and Wemale languages. The Alune and Wemale languages ​​are derived from the same family, the Autronesian family. Alune and Wemale languages ​​have many speakers and are spread on Seram Island, Maluku Province. The kinship of languages ​​is proven not only from the close geographical location, but also evidenced in several glossos that have kinship in the field of phonemic correspondence. The method used is descriptive qualitative method. Data collection was carried out by interviewing informant informants and then analyzed using the phonemic correspondence analysis method between the Alune language and Wemale language with the data source is two hundred basic swadesh vocabulary which will be compared between the two languages. The results of the study showed that fourteen glossos were found to have the same shape, sound and meaning in common. Alune and Wemale languages ​​show phonemic correspondence which appears regularly in the form of vowels and consonants. The phonemic correspondence formula found in Alune and Wemale languages ​​has ten phonemic correspondences, namely b~p/#-, /ø~y/#-, /ø~a/#K-, /e~a/-#, /E~e/#-, /a~u/#K-, /E~ø/-#, /p~k/#-,  /n~l/#-, /m~s/#-, dan /l~d/#-.