Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

VOKAL BAHASA BUDONG-BUDONG Mardi Nugroho
GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 4, No 1 (2018): Juni
Publisher : Kantor Bahasa Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2084.075 KB) | DOI: 10.47269/gb.v4i1.49

Abstract

The Budong-Budong language is an almost extinct language. Number of speakers of Budong-Budong language are 70 people. Therefore, this language should be prioritized for conservation. The efforts included in the conservation programe are the preparation of phonological, morphological, syntactic, and literary or orthographic systems. The problem of the research is to know any vowels are available in Budong-Budong language. The purpose of this research is to find vowels contained in Budong-Budong language and their allophones that are expected to be useful for any preparation of its phonology system. The method used in this research is descriptive. Data collection is done by interview and recording. Data processing is done by the method of matching (referent and opponent referral tool) and the method of distribution (with the technique of minimal pair opposition). This study refers to the theory of Verhar on the concept of phonemes, vowel types, and the identity of phonemes as distinct identities. The result of data analysis is vowels in Budong-Budong as much as five, that are / i /, / e /, / a /, / o /, and / u /. There is a special vowel in Budong-Budong language, i.e. /a/. The /a/ vowel of Budong-Budong has two allophones, i.e. [a] and [_]. The examples of allophone [a] are such as in the following words:  /ako/ [ako] ‘what’, /babuah/ [babu:ah] ‘chest’, and /bulampa/ [bulampa] ‘thigh’. The examples of allophone [_] are such as in the following words: /aso?/ [_So?] ‘rib’, /kanding/ [k_ndiG] ‘forehead’, dan /lima/ [lim_] ‘five’. AbstrakBahasa Budong-Budong merupakan bahasa yang hampir punah. Bahasa Budong-Budong jumlah penuturnya 70 orang. Oleh karena itu, bahasa ini selayaknya diprioritaskan untuk dikonservasi. Contoh upaya yang termasuk dalam program konservasi ialah penyusunan sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan sistem aksara atau ortografi. Masalah dalam penelitian ini ialah vokal apa saja yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong. Tujuan penelitian ini ialah menemukan vokal-vokal yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong dan alofon-alofonnya yang diharapkan berguna dalam upaya penyusunan sistem fonologinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan perekaman. Pengolahan data dilakukan dengan metode padan (alat penentunya referen dan lawan bicara) dan metode distribusional (dengan teknik oposisi pasangan minimal). Penelitian ini mengacu pada teori Verhar mengenai konsep fonem, jenis-jenis vokal, identitas fonem sebagai identitas pembeda. Hasil analisis data ialah vokal dalam bahasa Budong-Budong sebanyak lima, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/. Ada vokal yang khas dalam bahasa Budong-Budong, yaitu /a/. Vokal /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Contoh alofon [a] ialah pada kata-kata /ako/ [ako] ‘apa’, /babuah/ [babu:ah] ‘dada’, dan /bulampa/ [bulampa] ‘paha’. Contoh alofon [_] ialah pada kata-kata /aso?/ [_So?] ‘rusuk’, /kanding/ [k_ndiG] ‘dahi’, dan /lima/ [lim_] ‘lima’.
PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA TALONDO Mardi Nugroho
Sirok Bastra Vol 5, No 2 (2017): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.946 KB) | DOI: 10.37671/sb.v5i2.102

Abstract

Di Mamuju, Sulawesi Barat terdapat bahasa Talondo. Jumlah penuturnya sangat minim, yaitu 400 orang (Lewis, 2009:448). Tingkat vitalitasnya ialah mengalami kemunduran (Aritonang, 2014). Bahasa yang jumlah penuturnya sangat minim dan tingkat vitalitasnya mengalami kemunduran selayaknya diprioritaskan untuk didokumentasikan. Salah satu langkah dalam mendokumentasikan suatu bahasa ialah menyusun strukturnya. Penelitian ini berusaha menemukan bagian kecil dari struktur bahasa Talondo, yaitu pembentukan kata. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, teknik rekam, serta teknik simak dan catat. Analisis data dilakukan dengan metode distribusional (dengan teknik urai unsur terkecil, teknik pergantian, dan teknik ekspansi) serta metode padan (dengan teknik referensial). Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada tiga macam cara pembentukan kata dalam bahasa Talondo, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Pembentukan kata dengan afiksasi terdiri atas pembentukan kata dengan prefiksasi, konfiksasi, infiksasi, dan sufiksasi. Pembentukan kata dengan reduplikasi terdiri atas reduplikasi murni, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi yang berkombinasi dengan afiksasi.
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BAHASA IBUNYA: DAYAK LENGILU, BENGGOI, DAN PAKKADO (SOCIETY ATTITUDE TOWARDS MOTHER TONGUE: DAYAK LENGILU, BENGGOI, AND PAKKADO) Mardi Nugroho
Kadera Bahasa Vol 10, No 1 (2018): Kadera Bahasa Volume 10 Nomor 1
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.429 KB) | DOI: 10.47541/kaba.v10i1.41

Abstract

The speakers of Dayak Lengilu language are only four people in 2000. The condition of the language is almost extinct.  In 1989, the speaker of Benggoi language were 350 people. According to society information, in Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, there is Pakkado language which the condition is endangered. Local languages with few speakers and local languages whose condition is almost extinct or endangered should be prioritized for protection. Knowing the attitude of the society toward the local language is important in the revitalization program local languages usage. The mother tongue for most Indonesian citizens is the local language. The problem of this research is how the attitude of society toward their mother tongue, especially the Dayak Lengilu, Benggoi, and Pakkado people? The purpose of this research is to know the attitude of Dayak Lengilu, Benggoi, and Pakkado people towards their mother tongue. This research uses quantitative method. The data were collected by using questionnaire. Data processing is done quantitatively with simple statistics. Language attitude theory, measurement scale determining theories, questionnaire compiling, and questionnaire validity test theory were used in this research. The result shows that the attitude of Dayak Lengilu, Benggoi, and Pakkado language is positive. This study recommends that the results of this study can be used as a consideration in the local language protection program.
Vitalitas Bahasa Saleman di Negeri Saleman Mardi Nugroho
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 9, No 2 (2020): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v9i2.2938

Abstract

There has been no report on the study of the vitality of Saleman language. The purpose of this study is to determine the vitality of Saleman language in Saleman Village and try to explain the vitality based on the factors that determine the vitality of the language. This research uses a mixed method. The dominant method is the quantitative method. Qualitative methods used to help explain the findings of quantitative methods. Data collection done by questionnaire, interview, and observation. Research data processing in the form of respondents' responses to the questionnaire done quantitatively. Research results show that the vitality of the Saleman language in Village of Saleman is in a position of decline. Four factors determine the vitality of language, namely language contact, the realm of language use, documentation, and responses to new challenges. The index value is lower than the total index value. These four factors are the main contributors so that the vitality of the Saleman language in the State of Saleman is low, namely in a position of decline.AbstrakSejauh penelusuran penulis, belum ada laporan mengenai kajian vitalitas bahasa Saleman. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman dan berusaha menjelaskan vitalitas itu berdasarkan faktor-faktor yang menentukan vitalitas bahasa. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Metode yang dominan ialah metode kuantitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan untuk membantu memberikan penjelasan dari temuan metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan observasi. Pengolahan data penelitian yang berupa tanggapan responden terhadap kuesioner dilakukan secara kuantitatif. Hasil peneilitian menunjukkan bahwa vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman dalam posisi mengalami kemunduran. Empat faktor yang menentukan vitalitas bahasa, yaitu kontak bahasa, ranah penggunaan bahasa, dokumentasi, dan respon terhadap tantangan baru nilai indeksnya lebih rendah daripada nilai indeks total. Keempat faktor itulah yang menjadi penyumbang utama sehingga vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman rendah, yaitu dalam posisi mengalami kemunduran.