Rahmat Hasan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG, DI BANGKA TENGAH Adhe Phoppy Etika; Rahmat Hasan; nFN Muzammil; nFN Rubiyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n3.2017.p241-252

Abstract

ABSTRACT Influence of fertilization on soybean’s growth and yield in post-mined land in Central Banka. Ministry of Agriculture focuses to increase soybean production through extensification of  marginal lands such as tin post-mined land. However, the soil fertility is a limitation factor to optimize the marginal land. This study aimed to get an optimum rate of inorganic fertilizer for the growth and production of soybean at the tin post-mined land in Central Bangka. This research was conducted in tin post-mined lowland in the village of Perlang, Central Bangka district from June to September 2015. The study was arranged in a randomized block design (RAK) with inorganic fertilizer treatment dose level, which were urea 50 kg/ha, SP36 125 kg/ha and KCl 50 kg/ha (P1); urea 75 kg/ha, SP36 125 kg/ha and KCl 75 kg/ha (P2); urea 100 kg/ha, SP36 125 kg/ha and KCl 100 kg/ha (P3). The treatment was repeated nine times and it used Wilis soybean variety. The activities consisted of land preparation, early soil data collection, planting, fertilizer application dose treatment, maintenance, observation, harvest and post-harvest. The oberserved parameters were the chemical properties of the soil, growth and yield of soybean. Statistical data was analyzed with analysis of variance. The results showed that the rate of inorganic fertilizer did not significantly affect the plant growth of soybean but significantly affected on the soybeans yield. Fertilizer rate of 100-125-100 kg/ha (Urea-SP36-KCl) gave the highest yield, i.e. 1.16 tonnes/ha compared with the rate of 75-125 -75 kg/ha (Urea-SP36-KCl) and 50-125-50 kg/ha (Urea-SP36-KCl). Fertilization with the rate of 75-125-75 kg/ha Urea-SP36-KCl was the optimum rate in tin post-mined land for soybean crop since it gave the highest MBCR value, i.e. 7.76. fertilization, tin post-mined land, soybean ABSTRAK Kementerian Pertanian telah memfokuskan untuk meningkatkan produksi kedelai dengan ekstensifikasi ke lahan-lahan marginal. Optimalisasi lahan marginal terkendala oleh faktor kesuburan tanah yang rendah sehingga dibutuhkan tambahan pupuk organik dan anorganik. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukan anorganik yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan bekas tambang timah. Pengkajian dilakukan di Desa Perlang, Kabupaten Bangka Tengah dari Bulan Juni hingga September 2015, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tiga taraf dosis pupuk anorganik: urea 50 kg/ha, SP36 125 kg/ha, KCl 50 kg/ha (P1); urea 75 kg/ha, SP36 125 kg/ha, KCl 75 kg/ha (P2); urea 100 kg/ha, SP36 125 kg/ha, KCl 100 kg/ha (P3). Perlakuan diulang sembilan kali dan menggunakan kedelai varietas Wilis. Pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan lahan, pengambilan data tanah awal, penanaman, perlakuan dosis pemupukan, pemeliharaan, pengamatan, panen dan pasca panen. Parameter pengamatan adalah sifat kimia tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dosis pemupukan anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman namun berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kedelai. Dosis pemupukan 100-125-100 kg/ha (Urea-SP36-KCl) memberikan hasil tertinggi yaitu 1,16 ton/ha dibandingkan  dosis 75-125-75 kg/ha (Urea-SP36-KCl) dan dosis 50-125-50 kg/ha (Urea-SP36-KCl). Pemberian pupuk dengan dosis 75-125-75 kg/ha Urea-SP36-KCl merupakan introduksi teknologi pemupukan yang optimum untuk di terapkan di lahan bekas tambang timah pada tanaman kedelai dengan nilai MBCR tertinggi yaitu 7,76.lahan bekas tambang timah, pemupukan, kedelai
Reklamasi Lahan Bekas Tambang Timah Berpotensi sebagai Lahan Pertanian di Kepulauan Bangka Belitung asmarhansyah asmarhansyah; Rahmat Hasan
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v12n2.2018.73-82

Abstract

Abstrak. Lahan bekas tambang timah berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai areal pertanian dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan mengatasi persoalan lingkungan pasca penambangan. Tujuan makalah ini adalah untuk mengkaji upaya reklamasi lahan bekas tambang timah untuk dijadikan areal pertanian di Kepulauan Bangka Belitung. Luas seluruh izin usaha penambangan (IUP) yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat dan daerah dan dimiliki oleh perseroan di darat sebesar 327.524 ha, sedangkan luas IUP di laut 183.837 ha. Aspek biofisik lahan sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang timah. Pemanfaatan lahan bekas tambang timah sebagai areal pertanian menemui sejumlah kendala biofisik lahan, seperti bentang lahan (lanskap) yang tidak beraturan, hilangnya lapisan atas tanah (top soil), rendahnya status kesuburan tanah, dan terganggunya kualitas air kolong. Selain aspek biofisik, upaya reklamasi juga patut mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, seperti status kepemilikan lahan, pengetahuan dan keterampilan petani, dan kelayakan biaya usaha tani. Penyimpanan tanah pucuk, penataan lahan, penggunaan amelioran, pengembangan Legume Cover Crops, implementasi Integrated Farming Systems, dan perbaikan kualitas air kolong di lahan bekas tambang timah diyakini mampu meningkatkan kualitas dan daya dukung lahan bekas tambang timah untuk areal pertanian. Reklamasi lahan bekas tambang timah juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan tambang timah. Kegiatan reklamasi yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat untuk berusaha tani di lahan bekas tambang timah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan reklamasi pasca penambangan.Abstract. Abandoned tin-mining lands have the potential to be used as agricultural areas in order to fulfill food demand and solve the environmental problems derived from mining activities. The purpose of this paper is to assess the reclamation measures on abandoned-tin mining areas which could be used as agricultural areas in Bangka Belitung Islands. The total areas of the mining business license (IUP) issued by the central and local government and owned by the company are 327,524 ha in inland and 183,837 ha in the sea. Biophysical aspects largely determines the success of reclamation of abandoned tin-mining areas. Utilization of abandoned-tin mining areas as agricultural areas is facing land biophysical constraints, such as undulating landscape, losses of top soil, low soil fertility status, and disruption of water quality of tin-mining pond. In addition to the biophysical aspects, reclamation efforts should also consider the socio-economic aspects, including land ownership status, knowledge and skills of farmers, and the feasibility of the cost of farming systems. Conservation of top soil, arrangement of land, development of legume cover crops, implementation of Integrated Farming Systems, and improvement of water quality in the area under the former tin mine are believed to improve the quality and carrying capacity of abandoned tin-mining areas to be used as agricultural areas. Reclamation of abandoned tin-mining areas also requires the active participation of the community, local government, and tin mining company. Reclamation activities that can provide benefits to local communities for farming in tin mined land can be used as one indicator of the success of the post-mining reclamation.
Reklamasi Lahan Bekas Tambang Timah Berpotensi sebagai Lahan Pertanian di Kepulauan Bangka Belitung asmarhansyah asmarhansyah; Rahmat Hasan
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v12n2.2018.73-82

Abstract

Abstrak. Lahan bekas tambang timah berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai areal pertanian dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan mengatasi persoalan lingkungan pasca penambangan. Tujuan makalah ini adalah untuk mengkaji upaya reklamasi lahan bekas tambang timah untuk dijadikan areal pertanian di Kepulauan Bangka Belitung. Luas seluruh izin usaha penambangan (IUP) yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat dan daerah dan dimiliki oleh perseroan di darat sebesar 327.524 ha, sedangkan luas IUP di laut 183.837 ha. Aspek biofisik lahan sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang timah. Pemanfaatan lahan bekas tambang timah sebagai areal pertanian menemui sejumlah kendala biofisik lahan, seperti bentang lahan (lanskap) yang tidak beraturan, hilangnya lapisan atas tanah (top soil), rendahnya status kesuburan tanah, dan terganggunya kualitas air kolong. Selain aspek biofisik, upaya reklamasi juga patut mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, seperti status kepemilikan lahan, pengetahuan dan keterampilan petani, dan kelayakan biaya usaha tani. Penyimpanan tanah pucuk, penataan lahan, penggunaan amelioran, pengembangan Legume Cover Crops, implementasi Integrated Farming Systems, dan perbaikan kualitas air kolong di lahan bekas tambang timah diyakini mampu meningkatkan kualitas dan daya dukung lahan bekas tambang timah untuk areal pertanian. Reklamasi lahan bekas tambang timah juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan tambang timah. Kegiatan reklamasi yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat untuk berusaha tani di lahan bekas tambang timah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan reklamasi pasca penambangan.Abstract. Abandoned tin-mining lands have the potential to be used as agricultural areas in order to fulfill food demand and solve the environmental problems derived from mining activities. The purpose of this paper is to assess the reclamation measures on abandoned-tin mining areas which could be used as agricultural areas in Bangka Belitung Islands. The total areas of the mining business license (IUP) issued by the central and local government and owned by the company are 327,524 ha in inland and 183,837 ha in the sea. Biophysical aspects largely determines the success of reclamation of abandoned tin-mining areas. Utilization of abandoned-tin mining areas as agricultural areas is facing land biophysical constraints, such as undulating landscape, losses of top soil, low soil fertility status, and disruption of water quality of tin-mining pond. In addition to the biophysical aspects, reclamation efforts should also consider the socio-economic aspects, including land ownership status, knowledge and skills of farmers, and the feasibility of the cost of farming systems. Conservation of top soil, arrangement of land, development of legume cover crops, implementation of Integrated Farming Systems, and improvement of water quality in the area under the former tin mine are believed to improve the quality and carrying capacity of abandoned tin-mining areas to be used as agricultural areas. Reclamation of abandoned tin-mining areas also requires the active participation of the community, local government, and tin mining company. Reclamation activities that can provide benefits to local communities for farming in tin mined land can be used as one indicator of the success of the post-mining reclamation.