Febri Hirnawan
Universitas Padjadjaran

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Evolusi Cekungan Serayu pada Paleogen hingga Neogen Awal Syaiful Bachri; Febri Hirnawan; Adjat Sudradjat; Ildrem Syafri; Djajang Sukarna
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 1, No 3 (2011)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijas.v1i3.1877

Abstract

On the basis of paleogeographic study, it is revealed that during Paleogene, or exactly during Middle Eocene – Oligocene times, the southern part of the study area was occupied by the Bogor Trough Low, or Bobotsari Low in the Purbalingga area. The lows were bounded by the Southern Serayu Range high in the south. During that time, the South Serayu Range high , including the active volcanoes  on  it , was still above the sea level, and therefore the Serayu Basin formed a back arc basin. During the Neogene time the volcanic belt moved northwards to the north of the Bogor Through. The peak of volcanism occurred during Late Miocene – the lower part of Early Pliocene, which is indicated by formation of the Kumbang volcanic rocks. Meanwhile, the South Serayu Range has been submerged by transgression event causing the Serayu Basin turned to be fore-arc basin. The method used in this research is probabilistic analysis involving XRD variable, i.e. Q/(Q+F) or quartz per quartz and feldspar,  and petrographic analysis variable, i.e. amount of constituents of volcanic origin or total volcanic rock fragments and volcanic glass (Rv+Gv). The result of probabilistic analysis using the variables as mentioned previously suggests that since the formation of the Worawari Formation (Middle Eocene – Oligocene) to the formation of the Penyatan Formation (Late Miocene – lower part of the Early Pliocene) tectonic activity increased, triggering increasing volcanic activity. ****Berdasarkan studi paleogeografi diketahui bahwa selama Paleogen, atau tepatnya pada waktu Eosen Tengah – Oligosen,  bagian selatan daerah penelitian ditempati oleh rendahan Palung Bogor, atau rendahan Bobotsari di daerah Purbalingga, sementara rendahan tersebut berbatasan langsung dengan tinggian Pegunungan Serayu Selatan. Pada waktu itu Pegunungan Serayu Selatan beserta gunungapi – gunungapi yang aktif masih berada di atas muka air laut, sehingga Cekungan Serayu merupakan cekungan busur – belakang. Pada waktu Neogen, terjadi pergeseran lajur gunungapi ke sebelah utara Palung Bogor. Puncak kegiatan vulkanisme terjadi pada Miosen Akhir – bagian bawah Pliosen Awal, yang ditandai oleh pembentukan Batuan Gunungapi Kumbang. Sementara itu, Pegunungan Serayu Selatan sudah tenggelam oleh peristiwa genang-laut yang menyebabkan Cekungan Serayu berubah menjadi cekungan busur muka. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis probabilistik yang melibatkan variabel defraksi sinar-X , yaitu Q/(Q+F) atau kuarsa per kuarsa dan feldspar, dan variabel dari analisis petrografi, yaitu jumlah penyusun asal volkanik atau total fragmen batuan volkanik dan gelas volkanik (Rv+Gv). Hasil analisis probabilistik dengan variabel-variabel tersebut di atas menunjukkan bahwa sejak pembentukan Formasi Worawari (Eosen Tengah – Oligosen) hingga Formasi Penyatan (Miosen Akhir – bagian bawah Pliosen Awal) menunjukkan peningkatan kegiatan tektonik yang disertai peningkatan kegiatan gunungapi.
KESTABILAN LERENG TAMBANG TERBUKA BATUBARA DI DAERAH DESA PURWAJAYA, KECAMATAN LOAJANAN, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Sulaeman Sulaeman; Rd. Ivan Sophian; Geni Dipatunggoro; Febri Hirnawan
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 9 No. 2 (2014): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6165.418 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v9i2.126

Abstract

Pertambangan batubara pada 10 tahun terakhir mengalami peningkatan. Kegiatan pertambangan tidak terlepas dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Tambang terbuka maupun tambang bawah permukaan erat hubungannya dengan kajian geoteknik dan menjadi persyaratan dalam mengajukan izin kegiatan penambangan. Lokasi administrasi daerah penelitian terletak di daerah Desa Purwajaya, Kecamatan Loajanan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kegiatan di lapangan dilakukan pemetaan geologi teknik dan pengeboran geoteknik. Dari hasil kegiatan tersebut data diolah dilaboratorium dan menghasilkan sifat fisik dan mekanik tanah dan batuan untuk dapat mengetahui kekuatan massa batuan. Analisis laboratorium menghasilkan data sifat fisik dan mekanik tanah dan batuan. Hasil analisis tersebut digabungkan dengan hasil deskripsi pengeboran geoteknik yang kemudiandigunakan untuk menentukan kekuatan massa batuan (RMR) di setiap titik bor. Pada titik bor GT 01 dengan RMR kisaran 37 termasuk dalam kelas IV (poor rock) dan kelas III (fair rock). Titik bor GT 02 dengan kisaran RMR 35 termasuk kelas IV (poor rock) dan 68 untuk kelas II (good rock). Titik bor GT 03 dengan kisaran RMR 30 termasuk kelas IV (poor rock) dan 73 untuk kelas II (good rock). Simulasi kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan data hasil analisis laboratorium pada kedalaman dan sudut lereng tertentu dan menghasilkan nilai FS 1,265 untuk highwall dan 1,311 untuk lowwall.