Syahrir Pakki
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jalan Dr. Ratulangi No. 274, Kotas Pos 173 Maros 90514 Telp. (0411) 371529, 371016, Faks. (0411) 371961

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EPIDEMIOLOGI DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora sp.) PADA TANAMAN JAGUNG Syahrir Pakki
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n2.2014.p47-52

Abstract

Penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora sp. merupakan penyakit utama pada tanaman jagung di Indonesia. Serangan bulai terjadi secara sporadis dalam dimensi ruang maupun waktu. Oleh karena itu, pengendalian penyakit secara terpadu khususnya di daerah endemis bulai dan sentra produksi jagung masih diperlukan. Tulisan ini membahas hasil-hasil penelitian tentang pengendalian penyakit bulai. Di Indonesia ditemukan tiga spesies cendawan penyebab penyakit bulai, yaitu P. maydis, P. philip-pinensis, dan P. sorghi. Spesies yang dominan merusak pertanaman jagung yaitu P. maydis dan P. philippinensis. Spesies P. maydis ditemukan di Jawa dan P. philippinensis menyebar di Sulawesi. Gejala penyakit bulai pada tanaman jagung mulai tampak pada umur 10-14 hari, kemudian meningkat dan mencapai puncaknya pada 4-5 minggu setelah tanam. Setelah tanaman berumur 60 hari, infeksi baru penyakit bulai tidak lagi ditemukan. Pada varietas yang tergolong rentan, makin awal tanaman terinfeksi, makin besar kehilangan hasil yang dapat mencapai 90%. Penggunaan fungisida berbahan aktif metalaksil pada varietas rentan tidak efektif mengendalikan penyakit bulai. Strategi pengendalian penyakit bulai yang efektif ialah melalui pencegahan dengan penggunaan varietas tahan dan fungisida berbahan aktif metalaksil. Menghindarkan tanaman dari infeksi dilakukan dengan pengendalian gulma dan penanaman serempak pada awal musim kemarau.
EPIDEMIOLOGI DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora sp.) PADA TANAMAN JAGUNG Syahrir Pakki
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n2.2014.p47-52

Abstract

Penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora sp. merupakan penyakit utama pada tanaman jagung di Indonesia. Serangan bulai terjadi secara sporadis dalam dimensi ruang maupun waktu. Oleh karena itu, pengendalian penyakit secara terpadu khususnya di daerah endemis bulai dan sentra produksi jagung masih diperlukan. Tulisan ini membahas hasil-hasil penelitian tentang pengendalian penyakit bulai. Di Indonesia ditemukan tiga spesies cendawan penyebab penyakit bulai, yaitu P. maydis, P. philip-pinensis, dan P. sorghi. Spesies yang dominan merusak pertanaman jagung yaitu P. maydis dan P. philippinensis. Spesies P. maydis ditemukan di Jawa dan P. philippinensis menyebar di Sulawesi. Gejala penyakit bulai pada tanaman jagung mulai tampak pada umur 10-14 hari, kemudian meningkat dan mencapai puncaknya pada 4-5 minggu setelah tanam. Setelah tanaman berumur 60 hari, infeksi baru penyakit bulai tidak lagi ditemukan. Pada varietas yang tergolong rentan, makin awal tanaman terinfeksi, makin besar kehilangan hasil yang dapat mencapai 90%. Penggunaan fungisida berbahan aktif metalaksil pada varietas rentan tidak efektif mengendalikan penyakit bulai. Strategi pengendalian penyakit bulai yang efektif ialah melalui pencegahan dengan penggunaan varietas tahan dan fungisida berbahan aktif metalaksil. Menghindarkan tanaman dari infeksi dilakukan dengan pengendalian gulma dan penanaman serempak pada awal musim kemarau.