Ketut Kariyasa
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH INOVASI TEKNOLOGI DAN PENGGUNAAN INPUT TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT / Influence of Technological Innovation and Use of Production Input on Productivity of Oil Palm in West Kalimantan Province I Ketut Ardana; Ketut Kariyasa
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.125-134

Abstract

Indonesian government within the framework of the Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI) have established oil palm as the main commodity to be developed in the so-called corridor of Kalimantan. This is mainly due to the commodity role as Indonesia's main export commodities as well as the tipping point of regional economic development in ensuring the welfare of local farmers in a sustainable manner. West Kalimantan is one of the centers of the development of oil palm in Kalimantan, after Central Kalimantan. This study aimed to analyze the role of the superior technology and use of production inputs to improve the productivity of oil palm and the factors that influence the adoption of new technologies at the farm level. Results of decomposition analysis of productivity showed that the productivity of oil palm plantations increased by 45.59%. The role of the difference in the applied technology is 22.62% and 22.97% came from the difference in input use. Quality of seeds available/planted by farmers contributed significantly to the level of productivity. Adequate provision of improved seed policies must be the top priority in efforts to improve the productivity of oil palm in the future. The policy needs to be accompanied by quality control and distribution of improved seed is strictly and continuously. The next priority policies should be aimed at encouraging farmers to use production inputs as recommended . In order for the policy to be effective, it needs to be supported by the trading system improvements to ensure the feasibility of palm oil prices at the farm level.Keywords: oil palm, decomposition of productivity, innovation, production inputs AbstrakPemerintah Indonesia dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menetapkan komoditas kelapa sawit sebagai komoditas utama untuk lebih dikembangkan di wilayah Kalimantan Barat atau disebut koridor Kalimantan. Hal ini terutama disebabkan oleh peran komoditas ini sebagai komoditas ekspor utama Indonesia dan sekaligus sebagai titik ungkit pembangunan ekonomi daerah dalam menjamin peningkatan kesejahteraan petani setempat secara berkelanjutan. Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, setelah Kalimantan Tengah, oleh sebab itu penelitian dilaksanakan di Kalimantan Barat pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran teknologi unggulan dan penggunaan input produksi terhadap perbaikan produktivitas kelapa sawit dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru di tingkat petani. Hasil analisis dekomposisi produktivitas menunjukkan bahwa penggunaan teknologi unggulan (karakterisik teknologi unggulan perbaikan manajemen produksi, serta penggunanan input sesuai anjuran) menyebabkan produktivitas kelapa sawit meningkat sebesar 45,59%. Dari peningkatan tersebut, sebesar 22,62% bersumber dari adanya perbedaan teknologi yang diterapkan dan 22,97% bersumber dari adanya perbedaan penggunaan input. Kualitas benih yang tersedia/ditanam petani memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat produktivitas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit, maka penyediaan benih unggul yang memadai harus menjadi kebijakan prioritas utama dalam pengembangan kebun sawit ke depan. Kebijakan prioritas berikutnya dapat ditujukan untuk mendorong petani agar menggunakan input produksi sesuai anjuran. Kebijakan ini tentunya akan efektif jika pada saat yang sama petani juga memperoleh harga sawit yang layak.Kata kunci: kelapa sawit, dekomposisi produktivitas, inovasi, input produksi
Dampak Kenaikan Harga Bbm terhadap Kinerja Pertanian dan Implikasinya terhadap Penyesuaian HPP Gabah Ketut Kariyasa
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 4, No 1 (2006): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v4n1.2006.54-69

Abstract

Abstrak tidak tersedia
Usulan HET Pupuk Berdasarkan Tingkat Efektivitas Kebijakan Harga Pembelian Gabah Ketut Kariyasa
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 1 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v5n1.2007.72-85

Abstract

Kebijakan menaikkan HET pupuk memang tidak populis. Namun dalam konteks makro, kebijakan ini justru mampu memperbaiki kinerja produksi beras saat ini, asal pemerintah menjamin HPP gabah aman sampai di petani. Paling tidak ada empat manfaat jika HET pupuk Urea dinaikan: (1) Menghindari penggunaan pupuk urea berlebih, (2) Produksi dan rendemen gabah ke beras meningkat, (3) Subsidi pupuk menjadi berkurang, dan (4) Petani akan mulai beralih ke pupuk organik.  Hasil simulasi menunjukkan bahwa HET pupuk urea yang ditetapkan pemerintah sekarang sebesar Rp 1200/kg sangat relevan dengan realita di lapangan, dimana harga gabah yang diterima petani hanya sekitar Rp 1500/kg atau 86,7% dari HPP yang ditetapkan pemerintah. Tanpa mengurangi keuntungan petani, jika efektivitas kebijakan HPP gabah bisa mencapai 100%, maka pemerintah sebenarnya masih relevan menaikkan HET pupuk urea menjadi Rp 1500/kg.
Konsep Sitem Usaha Pertanian, serta Peranan BPTP dalam Rekayasa Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Tahlim Sudaryanto; Pantjar Simatupang; Ketut Kariyasa
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 4 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v3n4.2005.349-366

Abstract

Abstrak tidak tersedia
PENGARUH INOVASI TEKNOLOGI DAN PENGGUNAAN INPUT TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT / Influence of Technological Innovation and Use of Production Input on Productivity of Oil Palm in West Kalimantan Province I Ketut Ardana; Ketut Kariyasa
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.45 KB) | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.125-134

Abstract

Indonesian government within the framework of the Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI) have established oil palm as the main commodity to be developed in the so-called corridor of Kalimantan. This is mainly due to the commodity role as Indonesia's main export commodities as well as the tipping point of regional economic development in ensuring the welfare of local farmers in a sustainable manner. West Kalimantan is one of the centers of the development of oil palm in Kalimantan, after Central Kalimantan. This study aimed to analyze the role of the superior technology and use of production inputs to improve the productivity of oil palm and the factors that influence the adoption of new technologies at the farm level. Results of decomposition analysis of productivity showed that the productivity of oil palm plantations increased by 45.59%. The role of the difference in the applied technology is 22.62% and 22.97% came from the difference in input use. Quality of seeds available/planted by farmers contributed significantly to the level of productivity. Adequate provision of improved seed policies must be the top priority in efforts to improve the productivity of oil palm in the future. The policy needs to be accompanied by quality control and distribution of improved seed is strictly and continuously. The next priority policies should be aimed at encouraging farmers to use production inputs as recommended . In order for the policy to be effective, it needs to be supported by the trading system improvements to ensure the feasibility of palm oil prices at the farm level.Keywords: oil palm, decomposition of productivity, innovation, production inputs AbstrakPemerintah Indonesia dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menetapkan komoditas kelapa sawit sebagai komoditas utama untuk lebih dikembangkan di wilayah Kalimantan Barat atau disebut koridor Kalimantan. Hal ini terutama disebabkan oleh peran komoditas ini sebagai komoditas ekspor utama Indonesia dan sekaligus sebagai titik ungkit pembangunan ekonomi daerah dalam menjamin peningkatan kesejahteraan petani setempat secara berkelanjutan. Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, setelah Kalimantan Tengah, oleh sebab itu penelitian dilaksanakan di Kalimantan Barat pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran teknologi unggulan dan penggunaan input produksi terhadap perbaikan produktivitas kelapa sawit dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru di tingkat petani. Hasil analisis dekomposisi produktivitas menunjukkan bahwa penggunaan teknologi unggulan (karakterisik teknologi unggulan perbaikan manajemen produksi, serta penggunanan input sesuai anjuran) menyebabkan produktivitas kelapa sawit meningkat sebesar 45,59%. Dari peningkatan tersebut, sebesar 22,62% bersumber dari adanya perbedaan teknologi yang diterapkan dan 22,97% bersumber dari adanya perbedaan penggunaan input. Kualitas benih yang tersedia/ditanam petani memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat produktivitas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit, maka penyediaan benih unggul yang memadai harus menjadi kebijakan prioritas utama dalam pengembangan kebun sawit ke depan. Kebijakan prioritas berikutnya dapat ditujukan untuk mendorong petani agar menggunakan input produksi sesuai anjuran. Kebijakan ini tentunya akan efektif jika pada saat yang sama petani juga memperoleh harga sawit yang layak.Kata kunci: kelapa sawit, dekomposisi produktivitas, inovasi, input produksi
Konsep Sitem Usaha Pertanian, serta Peranan BPTP dalam Rekayasa Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Tahlim Sudaryanto; Pantjar Simatupang; Ketut Kariyasa
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 4 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.774 KB) | DOI: 10.21082/akp.v3n4.2005.349-366

Abstract

Abstrak tidak tersedia
Usulan HET Pupuk Berdasarkan Tingkat Efektivitas Kebijakan Harga Pembelian Gabah Ketut Kariyasa
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 1 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.39 KB) | DOI: 10.21082/akp.v5n1.2007.72-85

Abstract

Kebijakan menaikkan HET pupuk memang tidak populis. Namun dalam konteks makro, kebijakan ini justru mampu memperbaiki kinerja produksi beras saat ini, asal pemerintah menjamin HPP gabah aman sampai di petani. Paling tidak ada empat manfaat jika HET pupuk Urea dinaikan: (1) Menghindari penggunaan pupuk urea berlebih, (2) Produksi dan rendemen gabah ke beras meningkat, (3) Subsidi pupuk menjadi berkurang, dan (4) Petani akan mulai beralih ke pupuk organik.  Hasil simulasi menunjukkan bahwa HET pupuk urea yang ditetapkan pemerintah sekarang sebesar Rp 1200/kg sangat relevan dengan realita di lapangan, dimana harga gabah yang diterima petani hanya sekitar Rp 1500/kg atau 86,7% dari HPP yang ditetapkan pemerintah. Tanpa mengurangi keuntungan petani, jika efektivitas kebijakan HPP gabah bisa mencapai 100%, maka pemerintah sebenarnya masih relevan menaikkan HET pupuk urea menjadi Rp 1500/kg.