M. Muchlish Adie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategi Pengembangan Produksi Menuju Swasembada Kedelai Berkelanjutan Sumarno Sumarno; M. Muchlish Adie
Iptek Tanaman Pangan Vol 5, No 1 (2010): Juli 2010
Publisher : Puslitbang Tanaman Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencukupan kebutuhan produksi kedelai nasional telah diprogramkan sejak tahun1963, diteruskan dalam beberapa tahapan PELITA periode 1983-1998. Pada tahun 2000an diprogramkan swasembada melalui Gema Palagung dan Gerakan Kedelai Bangkit, dan pada tahun 2009 dicanangkan swasembada kedelai pada 2014. Program tersebut nampaknya sukar berhasil karena peningkatan luas areal panen kurang nyata dan tidak permanen. Untuk mencapai produksi kedelai pada tingkat swasembada perlu penambahan luas areal tanam dua juta ha, padalahan kering bukaan baru, yang secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan kedelai. Lahan sesuai untuk tanaman semusim menurut BBSDLP tersedia 7,1 juta ha, perlu direklamasi dan dilakukan ameliorasi untuk budi daya kedelai. Keuntungan perluasan areal tanam kedelai di lahan kering adalah: (1) tidak terjadi persaingan antarkomoditas, (2) penambahan areal tanam bersifat berkelanjutan, (3) skala usaha petani dapat dioptimalkan, dan (4) kenaikan produksi kedelai lebih nyata. Usahatani kedelai komersial (soybean farming) skala 8-10 ha setiap petani merupakan langkah rintisan dalam membangun pertanian maju yang berdaya saing secara internasional, dan memberikan kehidupan yang layak bagi petani. Teknologi produksi kedelai pada lahan kering yang mampu menghasilkan hingga 2 t/ha telah tersedia dan siap diaplikasikan pada skala luas. Teknik produksi kedelai perlu memasukkan mekanisasi terpilih, termasuk untuk penyiapan lahan, penanaman, penyiangan, dan pembijian. Peralatan mesin pertanian untuk kegiatan tersebut telah tersedia dan tidak memerlukan perawatan yang sulit. Insentif ekonomi berupa tingkat harga yang tinggi dan stabil, melalui proteksi dari persaingan produk impor yang berlebihan, perlu diberlakukan. Tanpa adanya alokasi peruntukan lahan yang definitif dan permanen untuk berproduksi kedelai, sangat sulit bagi Indonesia berswasembada produksi kedelai.
Keragaman Jalur Harapan Kedelai di Lahan Pasang Surut Yardha Yardha; M. Muchlish Adie
Jurnal Agrista Vol 13, No 1 (2009): Volume 13 Nomor 1 April 2009
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.187 KB)

Abstract

Performance of Several Soybean Promissing Lines Grown Tidal Swamp AreasABSTRACT. Jambi soybean is one the soybean production centers of tidal swamp areas. This trial was aimed at evaluating of several soybean promising lines and selecting the most adaptable to tidal swamp growing areas in Jambi Province. There were 12 promising lines and 4 control varieties tested were G100H/SHR-60-38, SHR60/G100H-70, SHR60/G100H-75, G100H/TGM-D-1-3,G100H/TGM-D-1-16, MYP/G100H-D-2, and MYP/G100H-D-6. The control varieties were Wilis, Kaba, Anjasmoro, and Tanggamus. The trial was located at farmer’s field at Desa Bandar Jaya, Kecamatan Rantau Rasau, Tanjung Jabung Timur District, Jambi Province frol April to September 2008. The crop was grown at standard cultural practices for soybean with planting distance 40 by 15 cm and two seed per hole. Variables collect were germination rate, days to flower, plant height, days to maturity, number of productive branches, percentage of fertile seeds, one hundred seed weight, yield, pest, and disease infection. Result showed that all of tested lines and varieties had fairly good adaptation at tidal swamp growing areas. There were two lines which gave yield above 2 t/ha, namely G100H/SHR-60-38 (2.10 ton ha-1) and G100H/SHR60-34 (2.04 ton ha-1). Yield of these line is comparable to yield of control variety Tanggamus (2.07 ton ha-1). The two lines have better agronomic traits of compared to Tanggamus, namely bigger seeds and mature earlier.