Sudaryono Sudaryono
BALITKABI

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMBERDAYAAN ALFISOL DENGAN ZK-PLUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL KACANG TANAH DI INDONESIA Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p50-58

Abstract

Alfisol atau Tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang menduduki presentase tertinggi sebagai areal kacang tanah. Bahan induk Alfisol umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang kuat. Dari analisis dan telaah percobaan lapang pada lahan tegal Alfisol basis ternyata miskin hara P, K, Mg, Fe, Zn, dan Cu serta dapat diemukakan bahwa: (1) Pemakaian ZK-Plus dengan bahan dasar abu produk samping pabrik Etanol mempunyai dampak peningkatan kesuburan hara tanah cukup lengkap, baik hara makro maupun mikro, (2) Peningkatan status hara K tersedia hingga taraf optimum pada tebal solum 10 cm memerlukan 10 t abu ZK-Plus/ha dengan hasil kacang tanah mecapai 2,7 t polong kering/ha dan efek residunya mampu menghasilkan kedelai 1,4 t/ha yang ditanam sesudah kacang tanah, dan (3) Penigkatan status hara K di atas 20% dari K tersedia selain kurang praktis pada aplikasi bahan pupuknya juga berpengaruh kurang baik berupa proses antargonistik antar unsur hara. Penambahan hara berdasarkan status hara dalam tanah dan dihitung menurut massa tanah sebenarnya pendekatan yang realistis. Namun pendekatan sering dianggap mahal secara teknis agronomis dan ekonomis yang mengedepankan gatra budidaya tanaman bermatra satu periode tanam. Implikasi penelitian yang mempunyai target luaran reklamasi dan rehabilitasi kesuburan lahan, pendekatan perbaikan massa tanah (soil basis) akan lebih cocok, sebaliknya untuk penelitian yang mendasarkan pada peningkatan efisien dan bersifat jangka pendek pendekatan berdasarkan pertumbuhan tanaman lebih cocok. Pemanfaatan ZK-Plus pada Alfisol memiliki kelayakan teknik kimiawi tanah sehingga menigkatkan kesuburan tanah. Pemberdayaan Alfisol untuk pengembangan agribisnis kacang memerlukan kajian komprehensis.
TANGGAP TANAMAN UBIKAYU TERHADAP PUPUK FORMULA A DAN B Sudaryono Sudaryono; Agus Supeno
Buletin Palawija Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v15n1.2017.p15-23

Abstract

Ubikayu memiliki prospek bagus di masa depan karena  empat hal, yaitu peningkatan kebutuhan bahan baku untuk(1)  pangan, (2)pakan,  (3) industri, dan (4) farmasi. Penelitian bertujuan meramu formula pupuk lengkap spesifik untuk ubikayu. Percobaan lapangandilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Krebet, Kecamatan Masaran dan Kebun Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Sragen. Rancangan percobaanadalah acak kelompok (RAK), dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah macam pupuk, ada lima macam, yaitu : Formula A, Formula B, NPK Holland 15-15-15, Phonska 15-15-15, dan Formula B+pupuk organik. Faktor kedua adalah takaran pupukterdiri atasempat level, yaitu   0,  0,5, 1, dan 1,5 kali rekomendasi. Takaran rekomendasi 400 kg/ha.Pupuk Formula A pupuk  NPK  15-6-18, dan Formula B adalah NPKCaMg 15-10-18-5-5.Percobaan menggunakan varietas unggulUJ 5 untuk desa Krebet dan Kaspro untuk kebun BPP Sragen.Percobaandilaksanakan pada Desember 2011 hingga Setember 2012.Data yang diamati adalah tinggi tanaman, hasil ubi, dan kadar pati ubi, analisis kimia tanah dan pupuk, serapan hara N,P,K. Hasil penelitian menunjukkanpupuk Formula A dan Formula B meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil ubikayu seperti  pupuk pembanding Holland  ataupun Phonska. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk Formula A dan Formula B memiliki kelayakan teknis sama seperti Holland maupun Phonska.Takaran pupuk dari masing-masing formula meningkatkan pertumbuhan dan hasil ubikayu. Hasil ubikayu  berkisar antara  13– 32  t/ha untuk Desa Krebet dan antara  16 - 40 t/ha untuk kebun Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sragen. Hasil ubikayu tertinggiyang dapat dicapai 32,14  t/ha di desa Krebet dengan pemupukan  400kg/ha pupuk NPK Phonska  dan  40,81 t/ha di kebun BPP Sragen dengan pemupukan 400 kg/ha Formula B dikombinasi dengan 5 t/ha pupuk organik. Rendemen pati ubikayu berkisar antara 20 - 29%untuk desa Krebet dan antara 23 -29% untuk ubikayu di kebun BPP Sragen. Peningkatan takaran pupuk  mampu meningkatkan rendemen pati ubikayu. Rendemen tertinggi dicapai pada takaran 600 kg/ha dengan pupuk Formula A.Kesimpulan menunjukkan bahwa pupuk Formula A maupun Formula B memiliki kelayakan teknis dan cocok untuk tanaman ubikayu serta memiliki nilai kompetitif yang sebanding dengan pupuk Holland maupun Phonska.Untuk mempercepat penyebaran dan adopsi penggunaan pupuk Formula A dan Formula B disarankan perlunya sosialisasi dengan mengadakan demplot pupuk di tingkat kelompok tani di daerah-daerah sentra produksi ubikayu.
INOVASI REKAYASA TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n13.2007.p16-28

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
Inovasi Rekayasa Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p47-59

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
TANGGAP TANAMAN UBIKAYU TERHADAP PUPUK FORMULA A DAN B Sudaryono Sudaryono; Agus Supeno
Buletin Palawija Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v15n1.2017.p15-23

Abstract

Ubikayu memiliki prospek bagus di masa depan karena  empat hal, yaitu peningkatan kebutuhan bahan baku untuk(1)  pangan, (2)pakan,  (3) industri, dan (4) farmasi. Penelitian bertujuan meramu formula pupuk lengkap spesifik untuk ubikayu. Percobaan lapangandilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Krebet, Kecamatan Masaran dan Kebun Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Sragen. Rancangan percobaanadalah acak kelompok (RAK), dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah macam pupuk, ada lima macam, yaitu : Formula A, Formula B, NPK Holland 15-15-15, Phonska 15-15-15, dan Formula B+pupuk organik. Faktor kedua adalah takaran pupukterdiri atasempat level, yaitu   0,  0,5, 1, dan 1,5 kali rekomendasi. Takaran rekomendasi 400 kg/ha.Pupuk Formula A pupuk  NPK  15-6-18, dan Formula B adalah NPKCaMg 15-10-18-5-5.Percobaan menggunakan varietas unggulUJ 5 untuk desa Krebet dan Kaspro untuk kebun BPP Sragen.Percobaandilaksanakan pada Desember 2011 hingga Setember 2012.Data yang diamati adalah tinggi tanaman, hasil ubi, dan kadar pati ubi, analisis kimia tanah dan pupuk, serapan hara N,P,K. Hasil penelitian menunjukkanpupuk Formula A dan Formula B meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil ubikayu seperti  pupuk pembanding Holland  ataupun Phonska. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk Formula A dan Formula B memiliki kelayakan teknis sama seperti Holland maupun Phonska.Takaran pupuk dari masing-masing formula meningkatkan pertumbuhan dan hasil ubikayu. Hasil ubikayu  berkisar antara  13– 32  t/ha untuk Desa Krebet dan antara  16 - 40 t/ha untuk kebun Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sragen. Hasil ubikayu tertinggiyang dapat dicapai 32,14  t/ha di desa Krebet dengan pemupukan  400kg/ha pupuk NPK Phonska  dan  40,81 t/ha di kebun BPP Sragen dengan pemupukan 400 kg/ha Formula B dikombinasi dengan 5 t/ha pupuk organik. Rendemen pati ubikayu berkisar antara 20 - 29%untuk desa Krebet dan antara 23 -29% untuk ubikayu di kebun BPP Sragen. Peningkatan takaran pupuk  mampu meningkatkan rendemen pati ubikayu. Rendemen tertinggi dicapai pada takaran 600 kg/ha dengan pupuk Formula A.Kesimpulan menunjukkan bahwa pupuk Formula A maupun Formula B memiliki kelayakan teknis dan cocok untuk tanaman ubikayu serta memiliki nilai kompetitif yang sebanding dengan pupuk Holland maupun Phonska.Untuk mempercepat penyebaran dan adopsi penggunaan pupuk Formula A dan Formula B disarankan perlunya sosialisasi dengan mengadakan demplot pupuk di tingkat kelompok tani di daerah-daerah sentra produksi ubikayu.
INOVASI REKAYASA TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.935 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n13.2007.p16-28

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
Inovasi Rekayasa Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.258 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n14.2007.p47-59

Abstract

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai memiliki makna filosofis sebagai suatu pendekatan dalam budidaya tanaman kedelai yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, organisme pengganggu tanaman (OPT), sosial ekonomi, dan kelembagaan wilayah secara terpadu. Inovasi rekayasa teknologi PTT kedelai mengandung empat pengertian, yaitu (1) perbaikan, (2) pembaharuan (innovation), (3) kreasi rancangan teknologi, dan (4) pengaturan kombinasi komponen teknologi untuk budidaya tanaman kedelai agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan dapat dirumuskan teknologi budidaya tanaman kedelai untuk agroekologi sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa lebak maupun lahan rawa pasang surut yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di masing-masing agroekologi tersebut. Penerapan PTT pada skala yang lebih luas pada daerah-daerah sentra produksi kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam akan berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kedelai, dan diharapkan pada gilirannya apabila diterapkan pada skala nasional akan mampu meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Gairah petani kedelai akan meningkat bilamana didukung kebijakan dan sistem kelembagaan yang kondusif terhadap serapan kedelai produk petani dalam negeri. Alih teknologi sekaligus sosialisasi teknologi di tingkat petani dapat dirancang dan dilaksanakan di setiap agroekologi.
PEMBERDAYAAN ALFISOL DENGAN ZK-PLUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL KACANG TANAH DI INDONESIA Sudaryono Sudaryono
Buletin Palawija No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1341.689 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n1.2001.p50-58

Abstract

Alfisol atau Tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang menduduki presentase tertinggi sebagai areal kacang tanah. Bahan induk Alfisol umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang kuat. Dari analisis dan telaah percobaan lapang pada lahan tegal Alfisol basis ternyata miskin hara P, K, Mg, Fe, Zn, dan Cu serta dapat diemukakan bahwa: (1) Pemakaian ZK-Plus dengan bahan dasar abu produk samping pabrik Etanol mempunyai dampak peningkatan kesuburan hara tanah cukup lengkap, baik hara makro maupun mikro, (2) Peningkatan status hara K tersedia hingga taraf optimum pada tebal solum 10 cm memerlukan 10 t abu ZK-Plus/ha dengan hasil kacang tanah mecapai 2,7 t polong kering/ha dan efek residunya mampu menghasilkan kedelai 1,4 t/ha yang ditanam sesudah kacang tanah, dan (3) Penigkatan status hara K di atas 20% dari K tersedia selain kurang praktis pada aplikasi bahan pupuknya juga berpengaruh kurang baik berupa proses antargonistik antar unsur hara. Penambahan hara berdasarkan status hara dalam tanah dan dihitung menurut massa tanah sebenarnya pendekatan yang realistis. Namun pendekatan sering dianggap mahal secara teknis agronomis dan ekonomis yang mengedepankan gatra budidaya tanaman bermatra satu periode tanam. Implikasi penelitian yang mempunyai target luaran reklamasi dan rehabilitasi kesuburan lahan, pendekatan perbaikan massa tanah (soil basis) akan lebih cocok, sebaliknya untuk penelitian yang mendasarkan pada peningkatan efisien dan bersifat jangka pendek pendekatan berdasarkan pertumbuhan tanaman lebih cocok. Pemanfaatan ZK-Plus pada Alfisol memiliki kelayakan teknik kimiawi tanah sehingga menigkatkan kesuburan tanah. Pemberdayaan Alfisol untuk pengembangan agribisnis kacang memerlukan kajian komprehensis.