Suharsono Suharsono
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Buletin Palawija

Peluang Mendapatkan Sumber Ketahanan Untuk Hama Penting Pada Tanaman Kedelai Suharsono Suharsono
Buletin Palawija No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n7-8.2004.p18-29

Abstract

Di daerah tropis seperti di Indonesia, tanaman kedelai sangat rentan terhadap berbagai jenis hama. Ragam serangga hama yang menyerang tanaman kedelai sangat banyak dipandang dari spesies maupun familinya. Serangan berat dapat menyebabkan kehilangan hasil 80% bahkan sampai ”puso”. Serangan dapat terjadi sejak tanaman tumbuh sampai menjelang panen, baik secara sendiri maupun secara bersamaan. Salah satu komponen pengendalian hama kedelai adalah penggunaan varietas tahan. Komponen penting dalam rangka membentuk varietas tahan hama adalah tenaga peneliti yang profesional, pengetahuan biologi serangga, tingkat populasi hama, sumber ketahanan (sumber gen tahan), dan metode atau teknik skrining yang tepat. Selain itu perlu penelitian yang lebih mendalam mengenai tingkat ketahanan yang ditemukan pada inang, status hama sasaran (key, occasional, incidental atau potential pest), adanya biotipe dan faktor penentu ketahanan. Berdasarkan beberapa evaluasi yang telah dilakukan di Balitkabi Malang sebelumnya, telah ditemukan sumber-sumber ketahanan terhadap hama pengisap polong, hama ulat grayak dan hama penggerek polong. Galur-galur tersebut adalah IAC-100 dan IAC-80-596-2 yang diketahui mempunyai ketahanan terhadap hama pengisap polong, hama penggerek polong, dan hama ulat grayak. Pada tahun 2003 telah dilepas kedelai varietas Ijen, yaitu galur B4F3WH-177-382-109 yang diperoleh dari persilangan antara varietas Wilis dengan Himeshirazu. Pada tahun 2004 telah ditemukan bahwa galur W/80-2-4-20 (hasil persilangan antara Wilis dengan IAC-80-596-2) mempunyai sifat ketahanan terhadap hama ulat grayak.
PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI TAHAN ULAT GRAYAK M. Muchlish Adie; Suharsono Suharsono
Buletin Palawija No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n3.2002.p26-36

Abstract

Ulat Grayak (Spodoptera litura) merupakan hama perusak daun utama pada tanaman kedelai di Indonesia. Tersedianya sumber gen dan metode seleksi merupakan hal penting dalam program pemuliaan untuk meningkatkan ketahanan terhadap ulat grayak.Pemuliaan kedelai untuk ketahanan terhadap ulat grayak telah dimulai tahun 1995, diawali dengan kegiatan skrining ketahanan terhadap sejumlah genotipe baik di lapang maupun laboratorium. Mekanisme ketahanan kedelai terhadap ulat grayak dapat ditilik dari faktor antixenosis (nilai preferensi) dan antibiosis (abnormalitas, mortalitas, umur larva, dan berat larva). Genotipe Sodendaizu, Himeshirazu, IAC 80 dan IAC 100 dinilai tahan terhadap ulat grayak, yang diindikasikan oleh nilai indeks antixenosis lebih rendah dari 1,0 dan diikuti oleh parameter antibiosis berupa tingginya pertumbuhan larva abnormal, mortalitas tinggi dan diikuti oleh pertumbuhan larva lebih lama. Berat larva umur 10 hari setelah investasi (HSI) dari genotipe IAC 80 (14,8 g) lebih rendah dibanding varietas wilis (180,1 g). Berat larva 10 his berkorelasi nyata dengan nilai indeks antixenosis (r = 0,68*). Karenanya berat larva umur 10 HSI berpeluang digunakan sebagai parameter seleksi ketahanan kedelai terhadap ulat gayak.Seleksi ketahanan galur kedelai terhadap ulat grayak di laboratorium dan dilanjutkan dengan oleh penilaian karakter agronomik di lapang diperoleh lima galur harapan (B4F3WH-177-382-109, B3F3KW-25-2-10, B4F5W80-177-8-1-4, B4F4W80/80-115-1-47 dan B5F3W80-327-42-174) dengan daya hasil sekitar 2,0 t/ha. Galur harapan tersebut masih perlu dinilai lagi ketahanannya terhadap ulat grayak dilapang.