Wedanimbi Tengkano
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ULAT GRAYAK Spodoptera litura Fabricius (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA TANAMAN KEDELAI DAN PENGENDALIANNYA Wedanimbi Tengkano; Suharsono Suharsono
Buletin Palawija No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n10.2005.p43-52

Abstract

Di Indonesia ulat grayak, S. litura, dapat menyerang berbagai jenis tanaman kacang-kacangan. Bioekologi hama ini telah banyak diketahui termasuk arti ekonomi, dan upaya pengendaliannya. Pemahaman bioekologi ulat grayak perlu diketahui untuk dipakai sebagai salah satu pertimbangan guna menentukan strategi pengendalian ulat grayak yang efektif. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai yang intensif telah banyak dilakukan, namun belum sepenuhnya dapat menekan populasi ulat grayak. Atas pertimbangan biaya, keamanan lingkungan, dan strategi pengendalian hama terpadu maka upaya mencari pengendalian alternatif antara lain: penggunaan musuh alami, dan varietas tahan telah dilakukan. Virus penyebab penyakit Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV), pada ulat grayak merupakan entomopathogenic virus yang banyak ditemukan di lapangan dan berpeluang untuk dapat dikembangkan, karena relatif mudah cara penanganannya dibanding dengan penggunaan parasitoid dan predator.
Lalat Kacang, Ophiomyia phaseoli Tryon (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai dan Cara Pengendaliannya Wedanimbi Tengkano
Buletin Palawija No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n5-6.2003.p43-56

Abstract

Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli Tr.), berstatus hama penting pada tanaman kedelai di Indonesia. Serangan yang berlangsung sejak 4–10 hari setelah tanam (HST) mengakibatkan kematian tanaman, dan serangan setelah 10 HST menyebabkan tanaman kerdil dan polong yang terbentuk hanya sedikit. Lalat kacang tersebar di berbagai negara di dunia termasuk di berbagai daerah di Indonesia, dengan tingkat populasi dan serangan yang tinggi pada musim kemarau. Untuk dapat mengendalikan populasi dan serangan lalat kacang secara tepat, efektif, dan efisien, penelitian berbagai aspek ekobiologi lalat kacang dan cara pengendaliannya telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Faktor dominan yang menunjang pertumbuhan populasi lalat kacang di alam bebas adalah tersedianya tanaman inang sepanjang tahun secara berlimpah. Di lain pihak, faktor yang berperan dalam menekan populasi lalat kacang adalah musuh alami yaitu parasitoid dan predator. Periode kritis tanaman kedelai terhadap serangan lalat kacang adalah sejak tumbuh sampai tanaman berumur 10 HST. Puncak populasi imago terjadi pada saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST dan terdapat preferensi imago terhadap umur tanaman untuk meletakkan telurnya. Imago lebih menyukai tanaman umur 5 HST sebagai tempat untuk meletakkan telur. Telur diletakkan di permukaan atas kotiledon sebesar 98,16%. Pemantauan populasi imago dapatdilakukan pada pukul 06.00–08.00 saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST, dan pengamatan tanaman terserang dilakukan pada 7 HST atau 8 HST. Cara penentuan tanaman contoh yang akan diamati menggunakan metode diagonal. Keputusan pengendalian didasarkan pada ambang kendali yaitu populasi imago 14ekor/500 tanaman (=1,4 ekor/50 tanaman) pada saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST. Ambang kendali berdasarkan tanaman terserang saat tanaman berumur 7 HST atau 8 HST adalah sebesar 2,5%. Waktu aplikasi insektisida yang tepat adalah pada saat tanaman kedelai berumur 8 HST (= 4 hari setelah tumbuh), pada pukul 06.00–08.00. Berbagai teknologi pengendalian lalat kacang yang secara parsial efektif mengendalikan populasi dan serangan lalat kacang, ternyata di antara berbagai teknologi pengendalian tersebut terdapat perbedaan efektivitas dalam mengendalikan lalat kacang. Selain itu juga terdapat perbedaan efisiensi dalam mempertahankan kapasitas hasil kedelai Wilis. Teknologi pengendalian lalat kacang yang efektif dan efisien adalah cara kimiawi dengan menggunakan insektisida yang bersifat sistemik (monokrotofos), diaplikasikan pada pagi hari saat tanaman berumur 8 HST (= 4 hari setelah tumbuh), dan berdasarkan pemantauan populasi atau tanaman terserang. Usaha untuk mendapatkan varietas kedelai tahan lalat kacang dengan metode seleksi berdasarkan persen kematian tanaman, penting untuk dilanjutkan.
Lalat Kacang, Ophiomyia phaseoli Tryon (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai dan Cara Pengendaliannya Wedanimbi Tengkano
Buletin Palawija No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.033 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n5-6.2003.p43-56

Abstract

Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli Tr.), berstatus hama penting pada tanaman kedelai di Indonesia. Serangan yang berlangsung sejak 4–10 hari setelah tanam (HST) mengakibatkan kematian tanaman, dan serangan setelah 10 HST menyebabkan tanaman kerdil dan polong yang terbentuk hanya sedikit. Lalat kacang tersebar di berbagai negara di dunia termasuk di berbagai daerah di Indonesia, dengan tingkat populasi dan serangan yang tinggi pada musim kemarau. Untuk dapat mengendalikan populasi dan serangan lalat kacang secara tepat, efektif, dan efisien, penelitian berbagai aspek ekobiologi lalat kacang dan cara pengendaliannya telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Faktor dominan yang menunjang pertumbuhan populasi lalat kacang di alam bebas adalah tersedianya tanaman inang sepanjang tahun secara berlimpah. Di lain pihak, faktor yang berperan dalam menekan populasi lalat kacang adalah musuh alami yaitu parasitoid dan predator. Periode kritis tanaman kedelai terhadap serangan lalat kacang adalah sejak tumbuh sampai tanaman berumur 10 HST. Puncak populasi imago terjadi pada saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST dan terdapat preferensi imago terhadap umur tanaman untuk meletakkan telurnya. Imago lebih menyukai tanaman umur 5 HST sebagai tempat untuk meletakkan telur. Telur diletakkan di permukaan atas kotiledon sebesar 98,16%. Pemantauan populasi imago dapatdilakukan pada pukul 06.00–08.00 saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST, dan pengamatan tanaman terserang dilakukan pada 7 HST atau 8 HST. Cara penentuan tanaman contoh yang akan diamati menggunakan metode diagonal. Keputusan pengendalian didasarkan pada ambang kendali yaitu populasi imago 14ekor/500 tanaman (=1,4 ekor/50 tanaman) pada saat tanaman berumur 5 HST atau 6 HST. Ambang kendali berdasarkan tanaman terserang saat tanaman berumur 7 HST atau 8 HST adalah sebesar 2,5%. Waktu aplikasi insektisida yang tepat adalah pada saat tanaman kedelai berumur 8 HST (= 4 hari setelah tumbuh), pada pukul 06.00–08.00. Berbagai teknologi pengendalian lalat kacang yang secara parsial efektif mengendalikan populasi dan serangan lalat kacang, ternyata di antara berbagai teknologi pengendalian tersebut terdapat perbedaan efektivitas dalam mengendalikan lalat kacang. Selain itu juga terdapat perbedaan efisiensi dalam mempertahankan kapasitas hasil kedelai Wilis. Teknologi pengendalian lalat kacang yang efektif dan efisien adalah cara kimiawi dengan menggunakan insektisida yang bersifat sistemik (monokrotofos), diaplikasikan pada pagi hari saat tanaman berumur 8 HST (= 4 hari setelah tumbuh), dan berdasarkan pemantauan populasi atau tanaman terserang. Usaha untuk mendapatkan varietas kedelai tahan lalat kacang dengan metode seleksi berdasarkan persen kematian tanaman, penting untuk dilanjutkan.