Nasir Saleh
Balai Penelitian tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Arti Penting Penularan Virus Lewat Biji Kacang-kacangan dan Hubungannya dengan Sertifikasi dan Produksi Benih Sehat Nasir Saleh
Buletin Palawija No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n5-6.2003.p1-12

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) di Indonesia adalah karena sebagian besar petani masih menggunakan benih asalan yang tidak terjamin kualitasnya. Benih sehat merupakan modal utama dalam usaha tani tanaman kacang-kacangan, namun sejauh ini kesehatan benih (terutama terhadap patogen virus) belum dimasukkan dalam program sertifikasi benih. Di Indonesia, diantara lebih dari 15 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kacang-kacangan, tujuh di antaranya ditularkan melalui biji. Penularan virus dari induk tanaman sakit terjadi melalui infeksi sel telur dan/atau tepungsari. Virus terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga) biji terinfeksi. Sejauh ini belum ada usaha perlakuan benih secara fisik maupun kimiawi yang dapat menginaktifkan virus di dalam embrio tanpa mempengaruhi viabilitas benih tersebut. Penularan virus melalui biji terbukti memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Deteksi virus dalam biji dapat dilakukan dengan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan, uji infektivitas hingga teknik serologi uji presipitasi, uji aglutinasi, immunosorbent electron microscopy, ELISA, RISA, dan nucleic acid hybridization. Permasalahan yang timbul dalam penerapan uji serologi adalah ketersediaan antiserum dan bahan bahan kimia. Benih yang relatif bebas virus dapat diproduksi dengan cara menghindari sumber infeksi awal dengan mulai dengan penggunaan benih sehat, menghilangkan tanaman terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, mencegah masuk dan tersebarnya virus ke pertanaman dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor serta menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat biji. Sertifikasi kesehatan benih (terhadap patogen virus) sebaiknya diterapkan secara bertahap dalam program sertifikasi benih. Untuk itu pemurnian dan produksi antiserum virus kacang-kacangan perlu dilakukan di dalam negeri oleh lembaga penelitian/perguruan tinggi/swasta bersamaan dengan peningkatan SDM dan fasilitas
PENULARAN VIRUS MOSAIK KEDELAI (SMV) DAN VIRUS KERDIL KEDELAI (SSV) LEWAT BENIH, DAN UPAYA MEMPRODUKSI BENIH KEDELAI BEBAS SMV DAN SSV Nasir Saleh
Buletin Palawija No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n9.2005.p11-20

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai di Indonesia adalah karena serangan penyakit virus dan penggunaan benih yang kualitasnya tidak terjamin. Di antara lebih dari 10 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kedelai di Indonesia, dua diantaranya yaitu virus mosaik kedelai (Soybean mosaic virus= SMV ) dan virus kerdil kedelai ( Soybean stunt virus =SSV) ditularkanmelalui benih kedelai. Di dalam biji kedelai yang terinfeksi, virus SMV dan SSV terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga). Penularan SMV and SSV melalui benih kedelai memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Untuk mendeteksi SMV dan SSV dalam biji kedelai dapat dilakukan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan (growing-on test), uji infektivitas (invectivity test) atau menggunakan teknik serologi (uji presipitasi, uji aglutinasi, immunoelectron microscopy (IEM), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), radio immunosorbent assay (RISA), dan hibridisasi asam nukleat. Benih kedelai yang bebas virus SMV dan SSV dapat diproduksi dengan cara: (1) menghindari sumber infeksi awal, yaitu dengan menggunakan stok benih sehat, menghilangkan tanaman kedelai terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, (2) mencegah masuk dan tersebarnya virus SMV dan SSV ke pertanaman kedelai dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor, serta (3) menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat biji
Arti Penting Penularan Virus Lewat Biji Kacang-kacangan dan Hubungannya dengan Sertifikasi dan Produksi Benih Sehat Nasir Saleh
Buletin Palawija No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.029 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n5-6.2003.p1-12

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) di Indonesia adalah karena sebagian besar petani masih menggunakan benih asalan yang tidak terjamin kualitasnya. Benih sehat merupakan modal utama dalam usaha tani tanaman kacang-kacangan, namun sejauh ini kesehatan benih (terutama terhadap patogen virus) belum dimasukkan dalam program sertifikasi benih. Di Indonesia, diantara lebih dari 15 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kacang-kacangan, tujuh di antaranya ditularkan melalui biji. Penularan virus dari induk tanaman sakit terjadi melalui infeksi sel telur dan/atau tepungsari. Virus terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga) biji terinfeksi. Sejauh ini belum ada usaha perlakuan benih secara fisik maupun kimiawi yang dapat menginaktifkan virus di dalam embrio tanpa mempengaruhi viabilitas benih tersebut. Penularan virus melalui biji terbukti memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Deteksi virus dalam biji dapat dilakukan dengan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan, uji infektivitas hingga teknik serologi uji presipitasi, uji aglutinasi, immunosorbent electron microscopy, ELISA, RISA, dan nucleic acid hybridization. Permasalahan yang timbul dalam penerapan uji serologi adalah ketersediaan antiserum dan bahan bahan kimia. Benih yang relatif bebas virus dapat diproduksi dengan cara menghindari sumber infeksi awal dengan mulai dengan penggunaan benih sehat, menghilangkan tanaman terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, mencegah masuk dan tersebarnya virus ke pertanaman dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor serta menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat biji. Sertifikasi kesehatan benih (terhadap patogen virus) sebaiknya diterapkan secara bertahap dalam program sertifikasi benih. Untuk itu pemurnian dan produksi antiserum virus kacang-kacangan perlu dilakukan di dalam negeri oleh lembaga penelitian/perguruan tinggi/swasta bersamaan dengan peningkatan SDM dan fasilitas
PENULARAN VIRUS MOSAIK KEDELAI (SMV) DAN VIRUS KERDIL KEDELAI (SSV) LEWAT BENIH, DAN UPAYA MEMPRODUKSI BENIH KEDELAI BEBAS SMV DAN SSV Nasir Saleh
Buletin Palawija No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.32 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n9.2005.p11-20

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai di Indonesia adalah karena serangan penyakit virus dan penggunaan benih yang kualitasnya tidak terjamin. Di antara lebih dari 10 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kedelai di Indonesia, dua diantaranya yaitu virus mosaik kedelai (Soybean mosaic virus= SMV ) dan virus kerdil kedelai ( Soybean stunt virus =SSV) ditularkanmelalui benih kedelai. Di dalam biji kedelai yang terinfeksi, virus SMV dan SSV terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga). Penularan SMV and SSV melalui benih kedelai memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Untuk mendeteksi SMV dan SSV dalam biji kedelai dapat dilakukan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan (growing-on test), uji infektivitas (invectivity test) atau menggunakan teknik serologi (uji presipitasi, uji aglutinasi, immunoelectron microscopy (IEM), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), radio immunosorbent assay (RISA), dan hibridisasi asam nukleat. Benih kedelai yang bebas virus SMV dan SSV dapat diproduksi dengan cara: (1) menghindari sumber infeksi awal, yaitu dengan menggunakan stok benih sehat, menghilangkan tanaman kedelai terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, (2) mencegah masuk dan tersebarnya virus SMV dan SSV ke pertanaman kedelai dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor, serta (3) menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat biji