Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS TANAMAN OBAT DAN AROMATIK SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN DICONOCORIS HEWETTI DIST (HEMIPTERA; TINGIDAE) Wiratno Wiratno; Siswanto Siswanto; Luluk Luluk; Sondang Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Bioassay beberapa minyak tanaman obat dan aromatik sebagai bahan aktif insekti-sida nabati untuk mengendalikan Dicono-coris hewetti. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Bangka Belitung sejak April sampai Nopember 2009. Minyak atsiri diformulasikan menjadi insektisida nabati dengan mencampurkan 3 bagian minyak dengan 6,5 bagian etanol dan 0,5 bagian sabun sebagai emulsifier. Formula selan-jutnya dilarutkan dengan air sehingga di-peroleh konsentrasi uji yang diinginkan. Bioassay dilakukan dalam 3 tahapan ke-giatan. Pada tahap pertama formula ber-bahan aktif 1 jenis minyak atsiri diuji pada konsentrasi 10%. Formula yang mampu membunuh >80% serangga dilakukan uji lanjutan pada konsentrasi 5 dan 2,5%. Dua jenis minyak yang paling toksik diuji pada konsentrasi 2,5% dalam bentuk tunggal dan gabungan/kombinasi dengan komposisi 1:1, 1:2, dan 2:1. Aplikasi dila-kukan dengan meneteskan 1,5 µl larutan uji ke toraks serangga dengan mengguna-kan mikro pipet. Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan menggunakan 10 ekor serangga uji yang dipelihara di dalam cawan petri berisi bunga lada. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam terhadap kematian serangga uji sampai tidak ada peningkatan kematian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak lengkuas dan serai wangi paling efektif dipergunakan sebagai ba-han aktif insektisida nabati. Kedua minyak tersebut bersifat sinergis sehingga bila di-gunakan secara bersama-sama mampu meningkatkan toksisitas insektisida. Kom-binasi yang paling efektif adalah 1:1, pa-da 48 jam setelah perlakuan mampu mengendalikan 82% serangga uji.
PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN AROMATIK SEBAGAI MULSA DAN DAYA REPELENSINYA TERHADAP Doleschallia polibete Wiratno Wiratno; Sondang Suriati; Muhamad Djazuli; Siswanto Siswanto
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Penelitian dilakukan sejak April sampai Juli 2010. Observasi dilakukan di beberapa lokasi penyulingan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Uji repelensi limbah terhadap Doleschallia polibete dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Uji repelensi limbah terhadap larva dilakukan di laboratorium dengan memasukkan larva D. polibete instar tiga ke dalam pipa yang menghubungkan antara tanaman yang diberi dan yang tidak diberi mulsa. Larva diamati keberadaannya pada satu dan 24 jam setelah perlakuan. Pengujian diulang 10 kali dan setiap ulangan menggunakan satu ekor larva. Uji repelensi limbah terhadap serangga dewasa dilakukan di rumah kasa dengan melepas 20 pasang kupu-kupu ke dalam kurungan kasa berukuran 2 x 2 x 4 m3 yang di dalamnya telah diletakkan enam kelompok tanaman handeuleum yang telah diberi mulsa 50 g per tanaman. BioHassay menunjukkan limbah tanaman aromatik mampu menekan peletakkan telur serangga dewasa. Jumlah terendah ter-dapat pada perlakuan limbah serai dapur diikuti akar wangi, serai wangi, cengkeh, nilam dan kontrol dengan rata-rata jumlah kelompok telur berturut-turut 0,3, 1,2, 1,4, 1,8, 3,4, dan 5,3 kelompok. Sebaliknya limbah yang diuji ternyata bersifat menarik larva D. polibete dengan nilai indeks repelen (IR) terendah pada perlakuan limbah serai dapur diikuti serai wangi, cengkeh, akar wangi, dan nilam dengan IR berturut-turut -68,1, -61,6,    -58,9, -53,6, dan -42,9. Nilai C/N rasio terendah terdapat pada perlakuan akar wangi, diikuti nilam, serai dapur, serai wangi, cengkeh, dan kontrol dengan nilai ratio berturut-turut 10,5, 11,3, 12,8, 12,8, 13,79, dan 13,7. Dari lima limbah yang diuji, limbah nilam, serai dapur, serai wangi, dan cengkeh menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik dari perlakuan kontrol.
EFEKTIFITAS MINYAK MASOYI (Massoia aromatica)TERHADAP Helopeltis antonii SIGN PADA JAMBU METE DAN Chrysocoris javanus PADA JARAK PAGAR Warsi Rahmat Atmadja; Ma’mun Ma’mun; Sondang Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian efektifitas minyak masoyi terhadap H. antonii pada jambu mete dan C. javanus pada jarak pagar telah dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Kelti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, sejak September sampai Desember 2005. Penelitian terdiri atas : 1) Efektivitas minyak masoyi terhadap H. antonii pada jambu mete, dan 2) Efektifitas minyak masoyi terhadap C. javanus pada jarak pagar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsen-trasi minyak masoyi yang efektif dalam mengendalikan H. antonii pada jambu mete dan C. javanus pada jarak pagar. Aplikasi dilakukan dengan cara semprot serangga H. antonii dan C. javanus dengan konsentrasi : 2; 1; 0,5; 0,25; dan 0,125% serta kontrol, dan 6; 4; 2; dan 1% serta kontrol masing-masing terhadap H. antonii dan C. javanus. Infestasi serangga H. antonii dan C. javanus masing-masing 10 ekor. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan untuk uji H. antonii serta meng-gunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 6 ulangan untuk uji C. javanus. Pengamat-an dilakukan setiap hari dengan cara meng-hitung tingkat kematian H. antonii dan C. javanus. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa minyak masoyi yang efektif mengendalikan H. antonii adalah konsentrasi 2 dan 1% sejak hari kedua dan ketiga setelah aplikasi. Tingkat kematian H. antonii tertinggi pada konsentrasi 1% yaitu 90%.  Minyak  masoyi  yang  efektif terhadap C. javanus konsentrasi 6; 4; 2; dan 1% berturut-turut 100; 94; 92; dan 86%. Ting-kat kematian tertinggi terhadap C. javanus yaitu mencapai 100% pada konsentrasi 6%. 
ASPEK BIOLOGIS HAMA Aspidomorpha milliaris F. (Coleoptera : Crysomelidae) PADA TANAMAN YLANG-YLANG Adria Adria; Sondang Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Aspidomorpha milliaris (Coleoptera : Crysomelidae) adalah salah satu hama pada tanaman ylang-ylang (Canangium odoratum forma guneina) di Kebun Per-cobaan Laing Solok. Sehubungan dengan itu telah dilakukan studi aspek biologis A. milliaris sejak Januari sampai Desember 2008 dalam skala rumah kaca dan obser-vasi lapangan. Penelitian rumah kaca dilak-sanakan dengan metode rearing pada April dan Oktober 2008. Pada setiap tahapan telur A. milliaris dikoleksi dari lapangan, dipelihara dalam kotak transparan Æ 25 cm, dan diamati perkembangannya sampai jadi imago. Pengamatan dilakukan setiap hari, meliputi persentase ekslosi telur, mortalitas larva tiap instar, lama periode larva, lama periode pupa, persentase emergensi pupa menjadi imago, konsumsi makan larva dan imago. Observasi lapang dilaksanakan terhadap 15 tanaman contoh yang ditentukan secara sistematik random sampling. Pengamatan dilakukan setiap bulan dan parameter yang diamati : kera-patan populasi (larva, pupa, dan imago) dan intensitas serangan. Hasil penelitian diketahui aspek biologis, khususnya siklus hidup, A. milliaris pada tanaman ylang-ylang dari telur sampai imago berlangsung 63,35 hari, terdiri atas stadium telur, larva, dan pupa masing-masing selama 6,56; 45,31; dan 11,48 hari. Lama siklus pada musim hujan lebih panjang 3,09 hari dibanding musim kemarau. Tingkat ekslosi telur mencapai 88,67%, pupasi 67,30%, dan emergensi pupa 70,65% masing-masing dalam waktu 5-8; 8-12; dan 10-14 hari. Volume makan larva instar VI dan imago paling tinggi mencapai 0,503 dan 0,449 g/ekor/hari. Padat populasi men-capai 43,72 ekor/tanaman, terdiri dari larva, pupa, dan imago masing-masing 27,48; 8,97; dan 7,27 ekor/tanaman. Intensitas serangan mencapai 36,55%, yang meliputi 18,90% pada daun muda dan 17,65% pada daun tua. 
PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN AROMATIK SEBAGAI MULSA DAN DAYA REPELENSINYA TERHADAP Doleschallia polibete Wiratno Wiratno; Sondang Suriati; Muhamad Djazuli; Siswanto Siswanto
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Penelitian dilakukan sejak April sampai Juli 2010. Observasi dilakukan di beberapa lokasi penyulingan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Uji repelensi limbah terhadap Doleschallia polibete dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Uji repelensi limbah terhadap larva dilakukan di laboratorium dengan memasukkan larva D. polibete instar tiga ke dalam pipa yang menghubungkan antara tanaman yang diberi dan yang tidak diberi mulsa. Larva diamati keberadaannya pada satu dan 24 jam setelah perlakuan. Pengujian diulang 10 kali dan setiap ulangan menggunakan satu ekor larva. Uji repelensi limbah terhadap serangga dewasa dilakukan di rumah kasa dengan melepas 20 pasang kupu-kupu ke dalam kurungan kasa berukuran 2 x 2 x 4 m3 yang di dalamnya telah diletakkan enam kelompok tanaman handeuleum yang telah diberi mulsa 50 g per tanaman. BioHassay menunjukkan limbah tanaman aromatik mampu menekan peletakkan telur serangga dewasa. Jumlah terendah ter-dapat pada perlakuan limbah serai dapur diikuti akar wangi, serai wangi, cengkeh, nilam dan kontrol dengan rata-rata jumlah kelompok telur berturut-turut 0,3, 1,2, 1,4, 1,8, 3,4, dan 5,3 kelompok. Sebaliknya limbah yang diuji ternyata bersifat menarik larva D. polibete dengan nilai indeks repelen (IR) terendah pada perlakuan limbah serai dapur diikuti serai wangi, cengkeh, akar wangi, dan nilam dengan IR berturut-turut -68,1, -61,6,    -58,9, -53,6, dan -42,9. Nilai C/N rasio terendah terdapat pada perlakuan akar wangi, diikuti nilam, serai dapur, serai wangi, cengkeh, dan kontrol dengan nilai ratio berturut-turut 10,5, 11,3, 12,8, 12,8, 13,79, dan 13,7. Dari lima limbah yang diuji, limbah nilam, serai dapur, serai wangi, dan cengkeh menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik dari perlakuan kontrol.
EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS TANAMAN OBAT DAN AROMATIK SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN DICONOCORIS HEWETTI DIST (HEMIPTERA; TINGIDAE) Wiratno Wiratno; Siswanto Siswanto; Luluk Luluk; Sondang Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Bioassay beberapa minyak tanaman obat dan aromatik sebagai bahan aktif insekti-sida nabati untuk mengendalikan Dicono-coris hewetti. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Bangka Belitung sejak April sampai Nopember 2009. Minyak atsiri diformulasikan menjadi insektisida nabati dengan mencampurkan 3 bagian minyak dengan 6,5 bagian etanol dan 0,5 bagian sabun sebagai emulsifier. Formula selan-jutnya dilarutkan dengan air sehingga di-peroleh konsentrasi uji yang diinginkan. Bioassay dilakukan dalam 3 tahapan ke-giatan. Pada tahap pertama formula ber-bahan aktif 1 jenis minyak atsiri diuji pada konsentrasi 10%. Formula yang mampu membunuh >80% serangga dilakukan uji lanjutan pada konsentrasi 5 dan 2,5%. Dua jenis minyak yang paling toksik diuji pada konsentrasi 2,5% dalam bentuk tunggal dan gabungan/kombinasi dengan komposisi 1:1, 1:2, dan 2:1. Aplikasi dila-kukan dengan meneteskan 1,5 µl larutan uji ke toraks serangga dengan mengguna-kan mikro pipet. Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan menggunakan 10 ekor serangga uji yang dipelihara di dalam cawan petri berisi bunga lada. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam terhadap kematian serangga uji sampai tidak ada peningkatan kematian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak lengkuas dan serai wangi paling efektif dipergunakan sebagai ba-han aktif insektisida nabati. Kedua minyak tersebut bersifat sinergis sehingga bila di-gunakan secara bersama-sama mampu meningkatkan toksisitas insektisida. Kom-binasi yang paling efektif adalah 1:1, pa-da 48 jam setelah perlakuan mampu mengendalikan 82% serangga uji.