Anwari Anwari
Fakultas Dakwah Jurusan Ilmu Komunikasi Islam, Institut Keislaman Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BERITA BULLYING DI MEDIA ONLINE (Analisis Wacana terhadap Kompas.com dan Republika Online) Firdina Dwi Yanti; Ahmad Khoirul Fata; Anwari Anwari
Jurnal Jurnalisa: Jurnal Jurusan Jurnalistik Vol 7 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jurnalisa.v7i1.20718

Abstract

Tulisan ini mengkaji pemberitaan media online atas peristiwa penganiayaan terhadap siswa SMP di Pontianak bernama Audrey oleh beberapa siswa SMA. Peristiwa ini terjadi di bulan April 2019 dan mendapatkan liputan yang luas dari berbagai media massa (online atau pun offline) sehingga menjadi viral. Kompas.com dan Republika Online (Republika.co.id) dipilih karena keduanya merupakan dua media massa arus utama yang terbit dalam dua paltform, online dan offline, dan memiliki ideologi yang berbeda. Kompas dikenal sebagai media nasionalis yang didirikan kalangan aktivis Kristen dengan bantuan beberapa petinggi militer. Sedangkan Republika merupakan media massa nasionalis yang diinisiasi aktivis Islam (ICMI) dengan dukungan beberapa petinggi pemerintah. Di sini penulis menggunakan  analisis wacananya Van Dijk untuk sebagai metode untuk mengkaji pemberitaan kasus penganiayaan Audrey di dua media tersebut. Dari kajian yang penulis lakukan didapatkan kesimpulan bahwa  Kompas.comMemberitakan peristiwa tersebut sesuai dengan ideologinya yaitu humanisme netral agama. Media ini memberitakan  kronologi dan respon masyarakat terkait tindakan kekerasan yang terjadi pada Audrey. Sedangkan Republika Online lebih menekankan pada pesan moral kepada masyarakat tentang kegagalan orang dewasa dalam mendidik anak. Republika Online menampilkan berita dengan menunjukan warna keislaman yang kental. This paper discusses online media coverage of the persecution of a junior high school student in Pontianak named Audrey by several high school students. This incident occurred in April 2019 and received wide coverage from various mass media (online or offline) so that it went viral. Kompas.com and Republika Online (Republika.co.id) were chosen because they are two mainstream mass media published on two platforms, online and offline, and have different ideologies. Kompas is known as a nationalist media founded by Christian activists with the help of several high-ranking military officials. Meanwhile, Republika is a nationalist mass media initiated by Islamic activists (ICMI) with the support of several high-ranking government officials. Here the author uses Van Dijk's discourse analysis as a method for studying the reporting of the Audrey persecution case in these two media. From the study that the author conducted, it was concluded that Kompas.com Reporting the event is in accordance with his ideology, namely religious neutral humanism. This media reports the chronology and public response regarding the violence that happened to Audrey. Meanwhile, Republika Online emphasizes more on moral messages to the public regarding the failures of adults in educating children. Republika Online displays news by showing a thick Islamic values.
Kontroversi Pembakaran Bendera Tauhid: (Studi Atas Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id) Anna Sofiana; Anwari Anwari; Ahmad Khoirul Fata
Farabi Vol 17 No 2 (2020): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/jf.v17i2.1835

Abstract

The burning of Tawhid flag in Garut, on October 2018, caused a pro-cons reaction in the society. A number of mass media reported it, including two mainstream media: kompas.com and republika.co.id. Both online media have contracted and framed the news of the event according to their ideologies. Using the framing analysis of the Zongdang Pan and Gelarld M. Kosicki, this article tries to uncover the framing of the two new media for the occasion of burning the tawhid flag. From this study, it can be concluded that the framing of Kompas.com is promoting nationalist value by demonstrating the actions and arguments of several public officials in addressing the flag burning incident. Kompas.com try to be neutral by not mentioning vulgar flag name and not giving accusations against any party. While the framing done by Republika.co.id still shows its alignments towards Islam. Republika.co.id often refer to the word ' Tawhid ' as the name of a flag with the use of the word "burning the tawhid flag" and involving Islamic organizations such as GP Ansor, Muhammadiyah, MUI, Persatuan Islam, and HTI. Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut, pada Oktober 2018, menimbulkan reaksi pro-kontra di tengah-tengah masyarakat. Sejumlah media massa pun memberitakannya, termasuk dua media arus utama: kompas.com dan republika.co.id. Kedua media online ini mengonstruk dan membingkai pemberitaan tentang peristiwa tersebut sesuai dengan ideologinya masing-masing. Dengan menggunakan analisis framing model Zongdang Pan dan Gelarld M. Kosicki, tulisan ini mencoba mengungkap pembingkaian yang dilakukan kedua media baru tersebut atas peristiwa pembakaran bendera tauhid tersebut. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa framing yang dilakukan Kompas.com mengedepankan nilai nasionalis dengan memperlihatkan tindakan dan argumen beberapa pejabat publik dalam menyikapi insiden pembakaran bendera. Kompas.com mencoba bersikap netral dengan tidak menyebut secara vulgar nama bendera dan tidak memberikan tuduhan terhadap pihak manapun. Sementara framing yang dilakukan Republika.co.id masih menunjukkan keberpihakannya terhadap Islam. Dalam beritanya Republika.co.id kerap menyebut kata ‘tauhid’ sebagai nama sebuah bendera dengan penggunaan kata “pembakaran bendera tauhid” dan melibatkan Ormas-ormas Islam seperti GP Ansor dan HTI sebagai pihak yang berseteru.
MEDIA MASSA DALAM BINGKAI KEKUASAAN (Analisis Wacana Berita Munas Golkar di Metrotv dan tvOne) Anwari Anwari
Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1 No 2 (2013): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/kanal.v1i2.335

Abstract

There are two issues that are examined in this study (1) Do MetroTv and tvOne use a balanced or unbias perspective in telling reports on the 8th Golkar Assembly to the chairman of the Golkar candidates (2) Is there any discourse of domination in the news about the 8th Golkar Assembly. To tell these issues in depth, this study uses discourse analysis of Teun A Van Dijk models which are useful to know and understand whether MetroTV and TVOne use impartial perspective in telling the 8th Golkar Assembly for the candidates and that there is Golkar chairman domination in news discourse of the 8th Golkar Assembly. This study found that tvOne news was dominated by a candidate of Golkar chairman, Bakrie, while the other candidates are not given an equal share in announcing the nomination of Golkar chairman. In the mean time, MetroTV announcing the nomination of Golkar chairman candidates to the election of Golkar chairman for 2009-2014 period, and MetroTV also explained clearly to the community only, the other candidates are not given an equal share in announcing the chairman of Golkar. Nomination black list was there in the news of MetroTV which was done to marginalize other groups.