Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

APLIKASI MODEL PEMUPUKAN BERIMBANG PADA TANAMAN CENGKEH (Syzigium aromaticum) Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk 1) menda-patkan dosis pupuk anjuran berdasarkan hasil analisa tanah dan daun untuk 3 sentra produksi cengkeh (Jawa Barat, Jawa Timur dan Sula-wesi Utara), dan 2) menguji kehandalan model matematis pemupukan berimbang. Kegiatan di-awali dengan mengoleksi dan menganalisa sampel tanah dan daun dari pertanaman ceng-keh di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Hasil analisa kemudian dimasukkan kedalam model matematis sehingga diperoleh dosis pupuk anjuran untuk masing-masing lo-kasi. Untuk menguji kehandalan model maka, pupuk anjuran diuji di lapangan (Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) dengan cara memban-dingkan dosis pupuk NPKMg hasil perhitungan model dengan dosis anjuran umum dan tanpa pemupukan, terhadap pertumbuhan dan pro-duksi cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Model matematis : DA (dosis anjuran) = (KD x KT x DAU) + DAU dapat di-gunakan untuk menetapkan dosis pupuk anjur-an untuk tanaman cengkeh, (2) Hasil perhi-tungan model menunjukkan bahwa untuk da-erah Cianjur dosis pupuk Urea sama dengan dosis anjuran umum yaitu 8.577 g/pohon, KCl lebih tinggi sebesar 84 g/pohon dan SP-36 serta Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 42 dan 158 g/pohon. Untuk daerah Sukabumi dosis pupuk Urea dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 7.433 dan 19 g/pohon, SP-36 dan KCl lebih tinggi berturut-turut se-besar 19.027 dan 47 g/pohon. Untuk daerah Pacitan, dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl lebih rendah berturut-turut sebesar 279, 3 dan 7 g/pohon serta Kieserit  lebih tinggi sebesar 11 g/pohon. Untuk daerah Banyuwangi dosis pupuk Urea, SP-36 dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 156, 20 dan 133 g/pohon serta KCl lebih tinggi 42 g/pohon. Untuk da-erah Minahasa dosis pupuk Urea, SP-36, KCl dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 233, 120, 15 dan 287 g/pohon, dan (3) Ber-dasarkan perhitungan model untuk daerah Ka-bupaten Sukabumi dapat dihemat pupuk Urea dan Kieserit masing-masing sebesar 9227,3 dan 23,6 ton.
PENENTUAN KEBUTUHAN POKOK UNSUR HARA N, P, K UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN PANILI (Vanilla planifolia Andrews) Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ke-butuhan poko unsur hara makro N, P dan K untuk pertumbuhan tanaman panili. Tahapan penelitian yaitu : 1) Penentuan konsentrasi op-timum larutan unsur hara. Larutan hara standar yang digunakan adalah larutan Hewitt yang telah dimodifikasi. Perlakuan yang diuji adalah : kontrol (aquades); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0  dan 2,5 kali konsentrasi larutan standar. 2). Penentuan nilai kritis, kecukupan, optimal dan kelebihan unsur hara N, P dan K. Konsentrasi larutan hara yang digunakan adalah hasil terbaik dari hasil penelitian tahap kesatu. Perlakuan yang diuji adalah : larutan optimum tanpa N (LON), LON + 0,5 N, LON + 1 N, LON + 1,5 N, LON + 2 N, larutan optimum tanpa P (LOP), LOP + 0,5 P, LOP + 1 P, LOP + 1,5 P, LOP + 2P, larutan optimum tanpa K (LOK), LOK + 0,5 K, LOK + 1 K, LOK + 1,5 K, LOK + 2K. Media tumbuh yang digunakan adalah pasir kwarsa pada pot plastik ukuran 30 x 40 cm. Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok, di0-ulang 3 kali dengan 12 tanaman/perlakuan. Parameter yang diamati adalah panjang sulur, diameter sulur, jumlah, warna dan indeks luas daun serta kandungan unsur hara pada daun. Batas kekurangan, kecukupan, optimum, dan kelebihan unsur hara dianalisis dengan uji korelasi dan regresi.  Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan bahwa konsentrasi larutan hara sebesar 1,8 kali larutan standar merupakan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan ta-naman panili. Kebutuhan pokok unsur hara N dan P untuk pertumbuhan tanaman panili masing-masing terletak pada kisaran pemberian hara 90,7 – 453,9 mg NO3/l dan 16,8 – 83,7 mg PO4/l. Pada kisaran tersebut makin tinggi pem-berian unsur hara pertumbuhan makin baik.  Kebutuhan pokok unsur hara K belum bisa diketahui karena kurva responnya masih linier. Pada kondisi pertumbuhan tanaman panili yang baik (kecukupan hara) kandungan hara N dan P pada daun masing-masing adalah 1,23 – 1,90 % dan 0,08 – 0,12 %. Pada kondisi pertumbuhan yang kritis kandungan hara N dan P pada daun masing-masing adalah   ≤1,23 % dan ≤0,08 %. 
RESPON TANAMAN LADA PERDU TERHADAP PEMUPUKAN NPK PADA JENIS TANAH INCEPTISOLS DAN ULTISOLS Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n1.2011.%p

Abstract

Response of bushy black pepper to NPK fertilizers on inceptisols and ultisols soilsBlack pepper could be developed in the form of bushy pepper. Many of black pepper cultivating areas in Indonesia are on Inceptisols and Ultisols soil types such as in Lampung, Bangka and Borneo. Each type of soil has different physical, che-mical and biological characteristics, so that the level of their input needs will also vary. In general, the level of Inceptisols and Ultisol soil fertility is relatively low.  Fertilizer application is needed to increase its fertility. The study was conducted in Indonesian of Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI) Bogor using plastic pots under the auspices of paranet (light intensity 75%) from January 2000 to December 2002. The research aims to study the response of bushy black pepper to NPK fertilization on Inceptisols and Ultisols soil, in order to obtain the dosage and composition of the proper nutrients to promote growth and production. The research was arranged in split plot design, repeated 3 times. As the main plot are two types of soil (Inceptisols and Ultisols), sub plots are combination of dosages and composition of NPK nutrients, namely : 20 (1:1:1), 40 (1:1:1), 60 (1:1: 1), 80 (1:1:1), 20 (1:1:2), 40 (1:1:2), 60 (1:1:2), and 80 (1:1:2) g/plant. The ob-served parameters were number of leaves, number of secondary branches, number of panicles and fruit weight. The results sho-wed, bushy black pepper gives a signify-cantly different response to NPK fertiliza-tion planted on Inceptisols and Ultisols soils. The best growth and production of bushy black pepper grown on Inceptisol soil obtained by NPK fertilizer (1:1:1) 20-60 g/plant, while on Ultisols soil at NPK fertilizer (1:1:2) 40-120 g/plant. Bushy black pepper grown on Inceptisols soil produce an average fresh weight of pepper berry 7.09-11.63% higher than the one planted on Ultisols soil. 
RESPON TANAMAN CABE JAWA PRODUKTIF TERHADAP PEMUPUKAN DI SUMENEP MADURA Agus Ruhnayat; Rosita Sri Muljati; Wawan Haryudin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Cabe jawa (Piper retrofractum) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang memiliki banyak manfaat dalam pengobat-an. Untuk memperoleh sediaan jamu atau industri farmasi berbahan baku cabe jawa yang terstandar, perlu didukung dengan penyediaan teknologi hulu yang memadai, sehingga simplisia dan ekstrak yang akan digunakan terjamin mutunya. Teknologi budidaya yang dilakukan petani cabe jawa umumnya belum mengacu pada standar good agricultural practice (GAP) untuk mendukung quality, safety, and efficacy (QSE). Produksi dan mutu cabe jawa diduga dapat ditingkatkan melalui pemu-pukan. Penelitian dilakukan untuk menge-tahui respon tanaman cabe jawa produktif terhadap pemupukan organik dan anorga-nik serta komposisinya di sentra produksi Sumenep, Madura. Penelitian mengguna-kan rancangan petak-petak terbagi (split-split plot), dengan 3 ulangan. Sebagai pe-tak utama adalah pupuk kandang sapi (5, 10, 15 kg/phn/th), anak petak adalah dosis pupuk anorganik/urea, SP-36, dan KCl (75 dan 50 g/phn/th), dan sebagai anak anak petak adalah komposisi urea, SP-36, dan KCl (1:1:1, 1:2:2, 2:1:2, dan 2:2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pem-berian 5 kg/phn/th pupuk kandang de-ngan 75 g/phn/th pupuk urea+SP-36 +KCl (1:2:2) atau 15 kg/phn/th pupuk kandang dengan 50 g/phn/th pupuk urea+SP-36+KCl (2:1:2) dapat me-ningkatkan pertumbuhan tanaman ca-be jawa. Pemberian pupuk kandang saja sebanyak 15 kg/phn/th secara nyata me-ningkatkan produksi buah segar (7.612,5 g/phn), dan buah kering (2.537,5 g/phn setara dengan produksi 6,344 t/ha). Pe-ningkatan produksi cabe jawa kering mencapai 28,24% dibandingkan dengan rata-rata petani Sumenep. Kadar piperin (1,87%) dan minyak atsiri (0,91%) yang dihasilkan telah memenuhi standar farma-kope herbal Indonesia.
RESPON TANAMAN LADA PERDU TERHADAP PEMUPUKAN NPK PADA JENIS TANAH INCEPTISOLS DAN ULTISOLS Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n1.2011.%p

Abstract

Response of bushy black pepper to NPK fertilizers on inceptisols and ultisols soilsBlack pepper could be developed in the form of bushy pepper. Many of black pepper cultivating areas in Indonesia are on Inceptisols and Ultisols soil types such as in Lampung, Bangka and Borneo. Each type of soil has different physical, che-mical and biological characteristics, so that the level of their input needs will also vary. In general, the level of Inceptisols and Ultisol soil fertility is relatively low.  Fertilizer application is needed to increase its fertility. The study was conducted in Indonesian of Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI) Bogor using plastic pots under the auspices of paranet (light intensity 75%) from January 2000 to December 2002. The research aims to study the response of bushy black pepper to NPK fertilization on Inceptisols and Ultisols soil, in order to obtain the dosage and composition of the proper nutrients to promote growth and production. The research was arranged in split plot design, repeated 3 times. As the main plot are two types of soil (Inceptisols and Ultisols), sub plots are combination of dosages and composition of NPK nutrients, namely : 20 (1:1:1), 40 (1:1:1), 60 (1:1: 1), 80 (1:1:1), 20 (1:1:2), 40 (1:1:2), 60 (1:1:2), and 80 (1:1:2) g/plant. The ob-served parameters were number of leaves, number of secondary branches, number of panicles and fruit weight. The results sho-wed, bushy black pepper gives a signify-cantly different response to NPK fertiliza-tion planted on Inceptisols and Ultisols soils. The best growth and production of bushy black pepper grown on Inceptisol soil obtained by NPK fertilizer (1:1:1) 20-60 g/plant, while on Ultisols soil at NPK fertilizer (1:1:2) 40-120 g/plant. Bushy black pepper grown on Inceptisols soil produce an average fresh weight of pepper berry 7.09-11.63% higher than the one planted on Ultisols soil. 
RESPON TANAMAN CABE JAWA PRODUKTIF TERHADAP PEMUPUKAN DI SUMENEP MADURA Agus Ruhnayat; Rosita Sri Muljati; Wawan Haryudin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Cabe jawa (Piper retrofractum) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang memiliki banyak manfaat dalam pengobat-an. Untuk memperoleh sediaan jamu atau industri farmasi berbahan baku cabe jawa yang terstandar, perlu didukung dengan penyediaan teknologi hulu yang memadai, sehingga simplisia dan ekstrak yang akan digunakan terjamin mutunya. Teknologi budidaya yang dilakukan petani cabe jawa umumnya belum mengacu pada standar good agricultural practice (GAP) untuk mendukung quality, safety, and efficacy (QSE). Produksi dan mutu cabe jawa diduga dapat ditingkatkan melalui pemu-pukan. Penelitian dilakukan untuk menge-tahui respon tanaman cabe jawa produktif terhadap pemupukan organik dan anorga-nik serta komposisinya di sentra produksi Sumenep, Madura. Penelitian mengguna-kan rancangan petak-petak terbagi (split-split plot), dengan 3 ulangan. Sebagai pe-tak utama adalah pupuk kandang sapi (5, 10, 15 kg/phn/th), anak petak adalah dosis pupuk anorganik/urea, SP-36, dan KCl (75 dan 50 g/phn/th), dan sebagai anak anak petak adalah komposisi urea, SP-36, dan KCl (1:1:1, 1:2:2, 2:1:2, dan 2:2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pem-berian 5 kg/phn/th pupuk kandang de-ngan 75 g/phn/th pupuk urea+SP-36 +KCl (1:2:2) atau 15 kg/phn/th pupuk kandang dengan 50 g/phn/th pupuk urea+SP-36+KCl (2:1:2) dapat me-ningkatkan pertumbuhan tanaman ca-be jawa. Pemberian pupuk kandang saja sebanyak 15 kg/phn/th secara nyata me-ningkatkan produksi buah segar (7.612,5 g/phn), dan buah kering (2.537,5 g/phn setara dengan produksi 6,344 t/ha). Pe-ningkatan produksi cabe jawa kering mencapai 28,24% dibandingkan dengan rata-rata petani Sumenep. Kadar piperin (1,87%) dan minyak atsiri (0,91%) yang dihasilkan telah memenuhi standar farma-kope herbal Indonesia.
APLIKASI MODEL PEMUPUKAN BERIMBANG PADA TANAMAN CENGKEH (Syzigium aromaticum) Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk 1) menda-patkan dosis pupuk anjuran berdasarkan hasil analisa tanah dan daun untuk 3 sentra produksi cengkeh (Jawa Barat, Jawa Timur dan Sula-wesi Utara), dan 2) menguji kehandalan model matematis pemupukan berimbang. Kegiatan di-awali dengan mengoleksi dan menganalisa sampel tanah dan daun dari pertanaman ceng-keh di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Hasil analisa kemudian dimasukkan kedalam model matematis sehingga diperoleh dosis pupuk anjuran untuk masing-masing lo-kasi. Untuk menguji kehandalan model maka, pupuk anjuran diuji di lapangan (Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) dengan cara memban-dingkan dosis pupuk NPKMg hasil perhitungan model dengan dosis anjuran umum dan tanpa pemupukan, terhadap pertumbuhan dan pro-duksi cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Model matematis : DA (dosis anjuran) = (KD x KT x DAU) + DAU dapat di-gunakan untuk menetapkan dosis pupuk anjur-an untuk tanaman cengkeh, (2) Hasil perhi-tungan model menunjukkan bahwa untuk da-erah Cianjur dosis pupuk Urea sama dengan dosis anjuran umum yaitu 8.577 g/pohon, KCl lebih tinggi sebesar 84 g/pohon dan SP-36 serta Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 42 dan 158 g/pohon. Untuk daerah Sukabumi dosis pupuk Urea dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 7.433 dan 19 g/pohon, SP-36 dan KCl lebih tinggi berturut-turut se-besar 19.027 dan 47 g/pohon. Untuk daerah Pacitan, dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl lebih rendah berturut-turut sebesar 279, 3 dan 7 g/pohon serta Kieserit  lebih tinggi sebesar 11 g/pohon. Untuk daerah Banyuwangi dosis pupuk Urea, SP-36 dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 156, 20 dan 133 g/pohon serta KCl lebih tinggi 42 g/pohon. Untuk da-erah Minahasa dosis pupuk Urea, SP-36, KCl dan Kieserit lebih rendah berturut-turut sebesar 233, 120, 15 dan 287 g/pohon, dan (3) Ber-dasarkan perhitungan model untuk daerah Ka-bupaten Sukabumi dapat dihemat pupuk Urea dan Kieserit masing-masing sebesar 9227,3 dan 23,6 ton.
PENENTUAN KEBUTUHAN POKOK UNSUR HARA N, P, K UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN PANILI (Vanilla planifolia Andrews) Agus Ruhnayat
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ke-butuhan poko unsur hara makro N, P dan K untuk pertumbuhan tanaman panili. Tahapan penelitian yaitu : 1) Penentuan konsentrasi op-timum larutan unsur hara. Larutan hara standar yang digunakan adalah larutan Hewitt yang telah dimodifikasi. Perlakuan yang diuji adalah : kontrol (aquades); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0  dan 2,5 kali konsentrasi larutan standar. 2). Penentuan nilai kritis, kecukupan, optimal dan kelebihan unsur hara N, P dan K. Konsentrasi larutan hara yang digunakan adalah hasil terbaik dari hasil penelitian tahap kesatu. Perlakuan yang diuji adalah : larutan optimum tanpa N (LON), LON + 0,5 N, LON + 1 N, LON + 1,5 N, LON + 2 N, larutan optimum tanpa P (LOP), LOP + 0,5 P, LOP + 1 P, LOP + 1,5 P, LOP + 2P, larutan optimum tanpa K (LOK), LOK + 0,5 K, LOK + 1 K, LOK + 1,5 K, LOK + 2K. Media tumbuh yang digunakan adalah pasir kwarsa pada pot plastik ukuran 30 x 40 cm. Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok, di0-ulang 3 kali dengan 12 tanaman/perlakuan. Parameter yang diamati adalah panjang sulur, diameter sulur, jumlah, warna dan indeks luas daun serta kandungan unsur hara pada daun. Batas kekurangan, kecukupan, optimum, dan kelebihan unsur hara dianalisis dengan uji korelasi dan regresi.  Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan bahwa konsentrasi larutan hara sebesar 1,8 kali larutan standar merupakan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan ta-naman panili. Kebutuhan pokok unsur hara N dan P untuk pertumbuhan tanaman panili masing-masing terletak pada kisaran pemberian hara 90,7 – 453,9 mg NO3/l dan 16,8 – 83,7 mg PO4/l. Pada kisaran tersebut makin tinggi pem-berian unsur hara pertumbuhan makin baik.  Kebutuhan pokok unsur hara K belum bisa diketahui karena kurva responnya masih linier. Pada kondisi pertumbuhan tanaman panili yang baik (kecukupan hara) kandungan hara N dan P pada daun masing-masing adalah 1,23 – 1,90 % dan 0,08 – 0,12 %. Pada kondisi pertumbuhan yang kritis kandungan hara N dan P pada daun masing-masing adalah   ≤1,23 % dan ≤0,08 %.