R. Garsetiasih
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Potensi Pohon Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) di Kelompok Hutan Gelawan Kampar, Riau N. M. Heriyanto; R. Garsetiasih
Buletin Plasma Nutfah Vol 10, No 1 (2004): Juni
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v10n1.2004.p37-42

Abstract

AbstractThe potencial study of kulim tree (Scorodocarpus borneensis Becc.) conducted at Gelawan Forest Complex, Kamper District, Riau in April 2001. Square plot of 1 x 1 km (100 ha) was used. Five systematically arranged strips of 1,000 x 20 m were used, where distance between strips was 200 m. Observation were done on seedling, sapling, pole, and tree within each strip. Results indicated that kulim stand was abnormal where more trees were found than number and that of the poles, sapling, and seedling. The stage percentageof tree, pole, sapling, and seedling were 41 (41.84%), (18.37%), 14 (14.28%), and 25 (25.51%), respectively. The potencial kulim log with the diameter 20 cm were 367.287.04 m3 while those of 50 cm were 186.344,16 m3. The use of kulim wood in Kampar District for ship industry and house construction was 23.366 m3/year. This indicated that kulim wood of 50 cm in diameter would be enought for only 8 years to come. Factor affecting the availability of kulim wood were human, over exploitation, no regeneration, physiology forest conversion, and insect pest.AbstrakKajian potensi pohon kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) di kelompok hutan Gelawan, Kabupaten Kampar, Riau, dilakukan pada bulan April 2001. Pengkajian menggunakan satuan contoh berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 km (100 ha). Di dalam plot bujur sangkar dibuat lima jalur ukur yang diletakkan secara sistematis dengan jarak antarjalur 200 m, lebar jalur 20 m, panjang 1.000 m, dan pada jalur ini dilakukan pengukuran terhadap semai, pancang, tiang, dan pohon. Jumlah satuan contoh terdiri atas tiga plot. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa struktur tegakan kayu kulim sudah tidak normal, hal ini ditunjukkan oleh jumlah pohon yang lebih banyak daripada permudaan. Dari hasil analisis vegetasi diketahui jumlah tegakan kulim di seluruh jalur ukur adalah tingkat pohon 42%, tiang 18%, pancang 14%, dan tingkat semai 26%. Potensi kayu kulim yang berdiameter >20 cm adalah 367.287 m3, sedangkan yang berdiameter >50 cm adalah 186.344 m3. Penggunaan kayu kulim di Kabupaten Kampar untuk keperluan industri perkapalan dan bangunan mencapai 23.366 m3/tahun. Dengan demikian, kayu kulim yang berdiameter >50 cm di hutan alam hanya mampu bertahan sampai 8 tahun. Penyebab kelangkaan kayu kulim di Kabupaten Kampar adalah faktor manusia berupa eksploitasi yang berlebihan tanpa diimbangi dengan regenerasi, selain itu juga faktor fisiologi, konversi hutan, dan banyaknya hama yang merusak/memakan buah kulim.
Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor R. Garsetiasih; Nina Herlina
Buletin Plasma Nutfah Vol 11, No 1 (2005)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v11n1.2005.p34-

Abstract

The experiment was done to evaluate the supporting capacity of Bogor Palace yard on the population of deer (Axis axis), and conducted in September to October 2001. Observation of vegetation was done through vegetation analysis to evaluate the vegetation composition, productivity, and palatability of grass. Vegetation analysis of grass used sistematic sample plot 1 x 1 m, first plot determined with purposive random sampling. The result showed that the domination of grass respectively by Axonopus compressus, Chrysopogon aciculatus, Zoysia matrella, Kyllinga monochepala, Euleusin indica, and Centella asiatica. Productivity of grass in Bogor Palace yard was 36,13 kg/ha/day in fresh weight or 12,94 kg/ha/day in dry weight. Based in the grass productivity carrying capacity of deer in Bogor Palace yard are 169 individu until 286 individu or 8-13 individu per ha. Finally grass palatability respectively A. compressus, C. aciculatus, and Z. matrella.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung halaman Istana Bogor terhadap populasi rusa totol (Axis axis), yang dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2001. Parameter yang diamati/diukur adalah komposisi vegetasi, produktivitas rumput, palatabilitas, dan nilai gizi rumput serta daya dukung bagi rusa. Pengamatan vegetasi dilakukan melalui analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi vegetasi, produktivitas, dan palatabilitas rumput. Analisis vegetasi tumbuhan bawah dilakukan pada petak contoh ukuran 1 x 1 m. Penetapan petak pertama dilakukan secara purposive random sampling. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan bawah di halaman Istana Bogor didominasi secara berturut-turut oleh Axonopus compressus (rumput pait), Chrysopogon aciculatus (dom-doman), Zoysia matrella (rumput raja), Kyllinga monochepala (rumput teki), Euleusin indica (rumput jampang), dan Centella asiatica (antanan). Produktivitas hijauan rumput di halaman Istana Bogor adalah 36,13 kg/ha/hari bobot segar atau 12,94 kg/ha/hari bobot kering. Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas rumput tersebut diketahui bahwa daya dukung halaman Istana Bogor berkisar antara 169-286 ekor atau 8-13 ekor/ha. Hasil pengamatan terhadap palatabilitas rumput menunjukkan bahwa rumput yang paling disukai oleh rusa totol secara berurutan adalah A. compressus, C. aciculatus, dan Z. matrella.
Kajian Ekologi Pohon Burahol (Stelechocarpus burahol) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur N. M. Heriyanto; R. Garsetiasih
Buletin Plasma Nutfah Vol 11, No 2 (2005)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v11n2.2005.p65-73

Abstract

Ecological Study of Burahol Tree (Stelechocarpus burahol) Thomson at Meru Betiri National Park, East Java. The purpose of this research was to know the ecology of burahol tree (S. burahol). This research was conducted at Lodadi, Sub Section II of Conservation Regional Office, Ambulu-Meru Betiri National Park, East Java in Desember 2004. Data collection were using purposive random sampling to set the plots and transect line method to make a plot acrossed the slope. The size of plot was 20 m in width and 1.000 m in length, total of plot observation were three plots. The result showed that most of burahol habitat found at surrounding river with steep slope. The vegetative composition around burahol trees could be found Chydenanthus excelsus trees (IVI/important value index = 67.9%), and Sandoricum koetjape trees (IVI = 24.2%). However, C. excelsus tree was the closest asociation with burahol, because it always be found together with burahol. Physical environment that burahol trees found, showed that temperature is 26- 30oC, humidity is 50-85%, the slope of the land was 10-50% and the altitude was 10-210 m. The kind of soil was Latosol with 5.5-6.5 acidity. Regeneration of burahol trees was done by bat (Pteropus vampirus) and surface run of. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekologi pohon burahol (S. burahol). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 berlokasi di blok Lodadi Subseksi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran jalur berpetak dengan lebar jalur 20 m dan panjang 1.000 m. Jalur diletakkan memotong lereng dan jumlah jalur pengamatan tiga jalur. Plot-plot penelitian untuk burahol ditetapkan secara sengaja dengan metode purposive sampling, di mana pengukuran dilakukan pada tempat-tempat yang terdapat pohon burahol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitat burahol di TNMB banyak dijumpai di pinggir aliran sungai dengan topografi agak curam. Di sekitar pohon burahol banyak dijumpai besule (Chydenanthus excelsus) dengan indeks nilai penting (INP) 67,9% dan sentul (Sandoricum koetjape) dengan INP 24,2%. Lingkungan fisik yang berkaitan erat dengan burahol adalah suhu yang berkisar antara 26-30°C, kelembaban udara 50- 85%, kemiringan lahan 10-50%, dan ketinggian tempat di atas permukaan laut 10-210 m. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah Latosol dengan tekstur geluh lempungan dengan pH 5,5-6,5. Besule (C. excelsus) merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan asosiasi kuat dengan burahol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai indeks Ochiai, indeks Dice, dan indeks Jaccard mendekati satu. Regenerasi alami pohon burahol di TNMB dibantu oleh satwa liar, terutama kalong (Pteropus vampirus) dan aliran air hujan.
Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis) R. Garsetiasih
Buletin Plasma Nutfah Vol 13, No 2 (2007)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v13n2.2007.p88-92

Abstract

The experiment was done on two couples of deer to determine digestilibities and consumption of grass and corn. Each heads of deers of 12-14 months, each couple was managed on difference model of stable (mini ranch and traditional stable) the grass was kept available to deers during the periods of observation and corn was given every two days (250 g). Description analysis and Tillman et al. formula (1984) were implemented to know the level of consumption and digestibility of feed on difference model of stable. Quantitativelly, the deers on the mini ranch were the best; the digestilibities of its constituents were 58.4% crude fibre; 58.9% organic matter and 47.7% dry matter, digestilibities on the tradisional stable were 49.2% crude fibre; 52.2% organic matter and 50.7% dry matter. Feed consumption of the deers on the mini ranch and traditional stable were 1.570 kg and 1.440 kg. AbstrakPenelitian dilakukan terhadap dua pasang rusa untuk mengetahui daya cerna dan konsumsi ransum berupa rumput dan jagung. Umur rusa berkisar antara 12-14 bulan, setiap pasang rusa dipelihara dalam kandang yang berbeda, yaitu kandang tradisional (model panggung) dan kandang terbuka (mini ranch). Jenis pakan yang diberikan adalah rumput lapangan yang diberikan secara adlibitum dan jagung diberikan setiap 2 hari sekali, setiap pemberian sebanyak 250 g. Untuk mengetahui konsumsi dan daya cerna pakan oleh rusa di kandang yang berbeda dilakukan analisis secara deskriptif dan perhitungan dengan rumus Tillman et al. (1984). Dari hasil pengamatan diketahui daya cerna ransum pada kandang terbuka, yaitu bahan organik (58,9%), serat kasar (58,4%), dan bahan kering (47,7%). Daya cerna ransum pada rusa dengan model kandang panggung adalah serat kasar (49,20%), bahan organik (52,24%), dan bahan kering (50,7%). Konsumsi bahan kering ransum pada rusa dengan kandang model terbuka dan kandang model panggung masing-masing sebesar 1.570 kg dan 1.440 kg.