Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perkembangan investasi dan kaitannya dengan penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja di Sub sektor Perikanan nFN Saptana; nFN Hermanto; Victor T. Manurung; Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v12n1.1994.1-13

Abstract

IndonesianInvestasi pihak swasta pada subsektor perikanan rakyat dapat dikatakan berkembang, terutama oleh swasta nasional. Namun, disisi lain selama periode 1985 hingga 1990 terlihat bahwa realisasi investasi lebih rendah dari pada rencana. Hal ini menunjukkan bahwa daya serap subsektor perikanan masih rendah terhadap investasi. Perkembangan investasi tidak hanya terlihat dari besarnya investasi dan laju pertumbuhannya, melainkan juga dari segi keragaman jenis usaha yang dikembangkan. Akhir-akhir ini jenis usaha dalam subsektor perikanan yang dikembangkan oleh swasta semakin banyak ragamnya. Namun perkembangan investasi oleh pihak swasta pada sub sektor ini tidak diikuti secara proporsional oleh perkembangan nilai ekspor yang mereka hasilkan. Selama periode 1986 - 1990 peranan pihak swasta pada sub sektor perikanan dalam penyerapan tenaga kerja relatif kecil. Secara umum rasio tenaga kerja dengan investasi pada subsektor ini lebih kecil dibandingkan dengan rasio tersebut pada subsektor lain dalam lingkungan sektor pertanian. Tampaknya teknologi yang digunakan oleh pihak swasta dalam subsektor perikanan lebih bersifat padat modal dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh subsektor lainnya. Selain itu, ada indikasi bahwa teknologi yang digunakan oleh pihak swasta asing dalam usaha perikanan lebih bersifat padat modal dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh swasta nasional. Oleh sebab itu jika kita ingin mengembangkan ekspor produksi perikanan sekaligus meningkatkan kesempatan kerja, maka investasi swasta nasional lebih tepat dikembangkan daripada investasi swasta asing.
Karya Usaha Mandiri (KUM): Suatu Model Alternatif Skim Kredit untuk Golongan Miskin di Pedesaan Indonesia Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.120-127

Abstract

IndonesianKUM adalah suatu kaji tindak (action research) Skim Kredit untuk golongan miskin di pedesaan Indonesia. Skim ini adalah replikasi pola Grameen Bank, Bangladesh, dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan Indonesia. Kaji tindak ini berlokasi di kecamatan Nanggung Bogor. Proyek ini dimulai pada bulan Januari 1989 - 1991 oleh Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. Pada dasarnya kredit diberikan secara individu, tapi untuk memperoleh kredit calon peserta/peminjam diharuskan berkumpul dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 orang anggota. Selama periode kaji tindak, KUM telah menjangkau 7 dari 10 desa yang ada di kecamatan Nanggung dengan total anggota sebanyak 329 orang. Dari jumlah ini 290 orang (88 persen) adalah anggota wanita dan 29 orang (12 persen) adalah anggota pria. Adapun jumlah pinjaman yang disalurkan sebanyak Rp 22.945.000,-, dengan rata-rata pinjaman per anggota adalah Rp 69.741,- dan kisaran pinjaman antara Rp 50.000, sampai Rp 125.000,- per anggota. Pelajaran yang menarik dari pengalaman kaji tindak ini adalah bahwa kendatipun kelompok sasarannya adalah golongan termiskin di pedesaan, tetapi mereka mampu mengembalikan pinjaman dengan teratur dan berdisplin. Selain itu mereka juga mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung. Dengan kata lain golongan miskin di pedesaan, khususnya kaum wanita, adalah layak diberikan kredit.
Skala Usaha dan Efisiensi Ekonomik Pengolahan Ikan Asin di Muncar, Jawa Timur Bambang Irawan; Victor T. Manurung; Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 5, No 1-2 (1987): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v5n1-2.1987.1-8

Abstract

IndonesianModel fungsi keuntungan Cobb-Douglas digunakan dalam tulisan ini untuk menduga skala usaha dan efisiensi ekonomik pengolahan ikan asin di Muncar. Hasil analisa menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan asin di Muncar berada pada kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil berkurang yang berarti perluasan usaha hanya akan menyebabkan naiknya biaya produksi. Ini terjadi karena kurang tersedianya bahan baku ikan segar bagi industri pengolahan ikan tersebut terutama bagi pengolah dengan skala besar. Karena itu dalam rangka menekan biaya produksi, industri pengolahan ikan tersebut sebaiknya dilayani oleh pengolah dengan skala yang tidak terlalu besar. Dalam hal ini pengolah dengan skala sedang (rata-rata kapasitas pengolahan 27,5 kuintal/proses pengoalahn) tampaknya merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan. Secara ekonomik pengolah dengan skala tersebut ternyata lebih efisien dibandingkan pengolah skala kecil maupun skala besar.
Sistem Bagi Hasil dan Dampak Motorisasi Penangkapan Ikan Terhadap Pendapatan Nelayan di Langkat Sumatera Utara. Bambang Irawan; Achmad Suryana; Sahat M. Pasaribu; Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.26-35

Abstract

IndonesianTulisan ini mencoba mengkaji sistem bagi hasil dan dampak motorisasi penangkapan ikan terhadap pendapatan nelayan di dua desa di Kabupaten Langkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan pendapatan nelayan meningkat dengan semakin besarnya ukuran motor yang digunakan. Namun demikian kenaikan pendapatan tersebut ternyata cenderung lebih tinggi pada nelayan pemilik kapital daripada buruh nelayan (operator). Kecenderungan ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diterapkan cenderung menurunkan bagian pendapatan buruh nelayan dengan semakin besarnya ukuran motor. Secara umum buruh nelayan telah memperoleh imbalan yang sebanding dengan produktivitas tenaga kerja yang dicurahkan. Sedangkan pemilik kapital memperoleh bagian pendapatan yang sedikit lebih tinggi dari yang seharusnya diperoleh. Kurang berimbangnya jumlah kapal dan tenaga kerja yang tersedia mungkin merupakan penyebab dari kenyataan ini. Faktor ini pulalah yang menyebabkan sistem bagi hasil yang dianjurkan pemerintah tidak diterapkan nelayan di Langkat karena sistem tersebut cenderung menurunkan keuntungan pemilik kapital.
Pola pelayanan kredit untuk masyarakat berpendapatan rendah di pedesaan Jawa barat Mat Syukur; nFN Sumaryanto; Chaerul Muslim
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v11n2.1993.1-13

Abstract

IndonesianKajian mengenai ragam, bentuk dan prosedur pelayanan kredit untuk masyarakat berpendapatan rendah diharapkan mampu membantu memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang pola pelayanan yang paling sesuai untuk masyarakat berpendapatan rendah. Pada tahun 1990 penelitian dilakukan di Jawa Barat Kecamatan Jonggol dan Nanggung Kabupaten Bogor dengan melakukan wawancara terhadap 105 rumahtangga contoh. Dari hasil Penelitian ini ditunjukkan bahwa (1) ragam dan pola pelayanan kredit pedesaan untuk golongan miskin sangat banyak, baik yang berbentuk kredit program (KUT, UPPKA) maupun komersial (LPK, BKPD, Bank Harian), (2) perilaku permintaan kredit masyarakat berpendapatan rendah dalam pasar kredit tidak sepenuhnya ditentukan oleh pertimbangan tentang bunga kredit, tetapi juga pada kesederhanaan prosedur dan syarat perolehan krdit. Oleh karena itu untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap sumber modal (kredit) dapat ditempuh dengan cara menyederhanakan prosedur dan syarat perolehan pinjaman dengan supervisi yang intensif.
Analisa Biaya dan Keuntungan Usaha Penangkapan Ikan Skala Kecil di Langkat, Sumatera Utara Mat Syukur; Sahat M. Pasaribu; Bambang Irawan; Achmad Suryana
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 5, No 1-2 (1987): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v5n1-2.1987.9-14

Abstract

IndonesianTulisan ini menyajikan analisa biaya dan keuntungan usaha penangkapan ikan skala kecil di kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Analisa dilakukan berdasarkan jenis alat tangkap, dan ukuran kekuatan mesin (HP), dan musim ikan. Hasil analisa menunjukkan bahwa alat tangkap pukat Tuamang dan Belat memberikan penerimaan bersih yang relatif besar, dan Belat merupakan alat yang paling efisien jika ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan. Makin besar ukuran mesin kapal, makin besar penerimaan bersih dari usaha penangkapan ikan, naum kapal dengan mesin berukuran 5-7 HP memberikan efisiensi penggunaan biaya yang paling besar. Seperti diharapkan, pada musim sepi ikan, penerimaan nelayan dari usaha menangkap ikan relatif kecil.
DINAMIKA KREDIT PROGRAM DAN PERSPEKTIF SKEMA BARU KREDIT USAHA RAKYAT UNTUK PEMBIAYAAN PERTANIAN 2020-2024 Sri Wahyuni; Endro Gunawan; Sri Hastuti Suhartini; Julia Forcina Sinuraya; Mat Syukur; Nyak Ilham
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Forum penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v38n2.2020.103-117

Abstract

One of the Government's efforts to achieve food security is through increasing People’s Business Credit (KUR) fund. KUR disbursement, so far, is relatively low and it is necessary to implement the new scheme perspective on KUR. This paper presents the new scheme perspective on KUR to improve its disbursement as well as agricultural production. The basis for the new scheme perspective is derived from Agricultural Financing Program review, KUR implementation, driving factors and the benefits. Agricultural Financing Program before and during KUR era shows that the success of KUR disbursement is affected by socialization and human resources capacity. This finding is supported by the review that KUR disbursement success is determined by human’s character. Existing KUR scheme gets better and successful in increasing the farmers’ income. On the other hand, some unsuccessful results ok KUR is due to moral hazard. The new scheme of KUR should focus on effective and efficient socialization of this program credit to all stakeholders. For example, socialization is implemented using social media which is easily understood and accessed. Utilizing applications of cellular phone is also very useful to improve the program knowledge and to deal with moral hazard. Additionally, it is necessary to include ecological aspect as well as youth and women access in the scheme.
KERAGAAN PEMBIAYAAN USAHATANI TEMBAKAU BESUKI Na Oogst SUGIARTO -; MAT SYUKUR
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 3 November 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.187 KB)

Abstract

The necessity of capital for the community in village, especially for tobacco Besuki NaOogst farmer is very important to sustainable farm. Nevertheless, the problem of lowcapital will always appear to increase farm and income. So that, the research that giveinformation about financing farm performance tobacco Besuki Na Oogst. Research showafter the end PRPTE project, the access of tobacco farmer to get credit which comes fromformal institution financing, in fact that it doesn’t give any credit for tobacco farmer.Besides that, the frequency of borrowing and values are still low. At first, cost oftransaction is expected to become burden for the credit; it doesn’t have any influence to theborrower. It is because the screening, delivery, and the pattern of incentive, alsoenforcement, application form which has been applied by formal financing institution isgood enough and easy to understand by the farmer who wants to access them. Althoughtobacco farmer aspiration to the formal institution financing which is expected withoutdifficult procedure, on time, exact in the quantity but also with requirement for borrowingapplication which is cheap. To make it cheap and easy for farmer to access formalinstitution financing, that will be better if make Micro Finance Institution (LembagaKeuangan Mikro) in the village which can bridge the credit for agriculture. In thiscondition we hope that it can solve the limits of capital and it can increase farm agriculturaland society income.
Dampak Pelelangan Terhadap Stabilisasi Harga Ikan pada Tingkat Produsen di Pantai Utara Jawa Victor T. Manurung; Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n2.1989.12-19

Abstract

IndonesianPemasaran ikan pada tingkat produsen merupakan masalah yang kompleks dalam sistem produksi prikanan rakyat. Peningkatan produksi tanpa diikuti dengan upaya perbaikan pemasaran belum tetntu dapat meningkatkan pendapatan nelayan (produsen). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai lembaga pemasaran dimaksudkan dapat berperan untuk memperbaiki pemasaran pada tingkat produsen. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pelelangan terhadap stabilitas harga pada tingkat produsen. Metoda analisis adalah analisa struktur pasar dan variabilitas harga. Lokasi penelitian adalah TPI Eretan Wetan dan Bedahan di Kabupaten Indramayu Jawa Barat dan TPI Brondong dan Kranji di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai September 1988. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelelangan mempengaruhi struktur pasar dan perilaku harga pada tingkat produsen. Pada penjualan dengan sistem lelang, variabilitas harga bulanan lebih kecil daripada harga bulanan pada penjualan tanpa sistem lelang. Ini berarti bahwa pada penjualan dengan lelang, harga lebih stabil daripada harga pada penjualan dengan tanpa lelang. Dengan kata lain, pada batas tertentu, kegiatan pelelangan dapat menstabilkan harga pada tingkat produsen.