Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kombinasi tingkat penggunaan masukan yang memaksimumkan keuntungan usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Adreng Purwoto; Muchjidin Rachmat
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 8, No 1-2 (1990): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v8n1-2.1990.23-28

Abstract

IndonesianTulisan ini melihat tingkat penggunaan masukan dalam usahatani bawang merah di desa Larangan Kabupaten Brebes MT 1987. Hasil analisa menunjukkan tingkat penggunaan masukan ditingkat petani belum merupakan kombinasi optimal yang memberikan tingkat keuntungan maksimum. Untuk memperoleh tingkat keluaran/produksi bawang merah sebesar 5834,64 kg atau senilai Rp 1828,9 ribu, pada kondisi keuntungan masksimum, maka penggunaan pupuk kimia harus dikurangi dari 817,9 kg menjadi 719,5 kg, bibit dari 744,1 kg menjadi 650,7 kg, tenaga kerja dari 3616,6 jam kerja menjadi 3090,9 jam kerja dan pengeluaran obat dari Rp 170,8 ribu menjadi Rp 156,8 ribu. Alokasi optimal tersebut telah menurunkan biaya produksi per hektar atau meningkatkan pendapatan usahatani sebesar Rp 175 ribu per hektar.
Analisis usahatani padi dan palawija pada lahan kering di Kalimantan Selatan: Studi kasus di desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin Adreng Purwoto
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n2.1989.32-41

Abstract

IndonesianDi masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan perkembangan penduduk, tidak dapat hanya mengandalkan lahan pertanian di Jawa. Kontribusi Jawa terhadap pemenuhan akan pangan dan gizi diduga akan menurun. Hal ini dikarenakan setiap tahun terjadi mutasi lahan pertanian di Jawa yang relatif tinggi untuk penggunaan di sektor non-pertanian. Oleh karena itu, ekstensifikasi dan intensifikasi usahatani padi dan palawija di luar Jawa perlu memperoleh porsi perhatian lebih besar. Dalam tulisan ini dengan menggunakan metoda tabulasi dilakukan analisis tentang keragaan pola tanam, serta keragaan penggunaan masukan dan produksi berbagai usahatani pada lahan kering di Kalimantan Selatan. Untuk mengetahui keragaan profitabilitas berbagai usahatani tersebut dilakukan juga analisis finansial menggunakan metoda akuntansi sederhana. Dapat dikemukakan bahwa penerapan pola tanam pada lahan kering di Kalimantan Selatran belum optimal dalam pengertian pengusahaan usahatani umumnya hanya dilakukan pada musim hujan. Inovaso varietas komoditas yang lebih sesuai dengan agro-ekosistem lahan kering sekaligus memiliki produktivitas tinggi adalah diperlukan. Permodalan masih merupakan pembatas bagi sebagian petani untuk berpatisipasi dalam penggunaan teknologi produksi khususnya pupuk buatan. Penyediaan fasilitas perkreditan merupakan langkah pemecahan yang mutlak diperlukan agar petani dapat membiayai secara optimal usahatani yang dikelolanya. Ditinjau dari segi profitabilitas, serta pemenuhan kebutuhan akan bahan makanan pokok, dan uang tunai, sistem usahatani yang seharusnya diterapkan pada lahan kering adalah tumpangsari antara komoditas sebagai sumber bahan makanan pokok dan sebagai sumber memperoleh uang tunai.
Kebijakan Pengelolaan Cadangan Pangan pada Era Otonomi Daerah dan Perum Bulog Handewi Purwati Saliem; Adreng Purwoto; Gatoet Sroe Hardono
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v23n2.2005.73-83

Abstract

EnglishThis paper aims at assessing the food security policy, especially the stock management aspect in the era of regional autonomy and change in status of the Logistic Agency (Bulog) from a Government Agency into a Public Company. The description consists of concept, role, and food security management policy aspects in the said era. Data and information come from research results and references related with the topic. To meet people’s demand for food physically and economically, it is necessary to manage food stock at all government’s lines and community’s components. The central government manages rice stock centrally for the purposes of operating, buffer, and pipe line stocks. The local governments manage decentralized reserve stock for emergency purposes, such as natural disasters and regional conflicts, and also handle non-rice food reserve in accordance with local food stuff. Community’s food stocks are developed through: (1) Encouraging and maintaining community’s tradition to take aside some of harvest for food stock individually, and (2) Promoting community’s tradition to establish collective food stock, i.e. food warehouses construction. IndonesianTulisan ini bertujuan untuk menelaah kebijakan pengelolaan ketahanan pangan khususnya aspek pengelolaan cadangan pangan di era otonomi daerah dan Bulog menjadi Perum (Perusahaan Umum). Bahasan mencakup konsep, peran, dan aspek kebijakan pengelolaan ketahanan pangan dalam era tersebut.  Sumber data dan informasi berasal dari hasil penelitian dan pustaka yang relevan dengan bahan kajian. Untuk  menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk  secara fisik maupun ekonomi, maka diperlukan pengelolaan cadangan pangan di semua lini pemerintahan dan di seluruh komponen masyarakat. Pemerintah pusat mengelola cadangan pangan beras dengan sistem sentralistik untuk pengelolaan stok operasi, stok penyangga, dan pipe line stock. Pemerintah daerah mengelola reserve stock keperluan emergensi seperti bencana alam dan konflik sosial yang tidak bersifat nasional dengan pendekatan terdesentralisasi (bukan terpusat) , serta mengelola cadangan pangan non-beras sesuai  makanan pokok masyarakat setempat. Sementara itu pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan dengan: (1) Menumbuhkembangkan dan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan menyisihkan sebagian hasil panen untuk cadangan pangan, dan (2) Menumbuh- kembangkan tradisi masyarakat melakukan cadangan pangan secara kolektif dengan membangun lumbung pangan.
PROYEKSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS UTAMA PERTANIAN, 2005-2020 Nizwar Syafa'at; Proyogo U. Hadi; Adreng Purwoto; Dewa Ketut Sadra; Frans B.D Frans B.D; Jefferson Situmorang
JURNAL PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v15i1.280

Abstract

Data proyeksi penawaran dan permintaan komoditas pertanian sangat penting sebagai basis bagi perencanaan pembangunan pertanian nasional umumnya dan Departmen Pertanian khususnya dalam rangka peningkatan produksi pertanian minimal untuk 15 tahun ke depan (2005-2020). Untuk analisis digunakan model parsial dan model simultan. Hasil proyeksi produksi dan konsumsi selama periode 2005-2020 menunjukkan bahwa secara umum komoditas pertanian utama mengamalmi surplus kecuali kedele, gula, cabai, dan jeruk, tetapi hasilnya masih di bawah target rencana strategis Departemen Pertanian. Hasil analisis lima komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi menunjukkan bahwa hanya komoditas jagung yang melebihi target yang ditetapkan pemerintah, sedangkan komoditas pangan lainnya masih di bawah target.