Curah hujan yang tinggi di awal musim hujan sering menimbulkan genangan (kondisi jenuh air) pada pertanaman kedelai. Kondisi ini merupakan kendala bagi upaya peningkatan kedelai di lahan sawah. Penelitian bertujuan untuk menguji adaptasi dan daya hasil galur-galur harapan kedelai toleran kondisi tanah jenuh air pada berbagai sentra produksi kedelai. Sebanyak 13 galur harapan kedelai dan dua varietas yaitu Grobogan (pembanding umur genjah) dan Kawi (pembanding toleran jenuh air) diuji di empat sentra produksi kedelai, yaitu Banyuwangi, KP Jambegede, Midang (NTB) dan Sandik (NTB), pada MKI 2011. Kedelai ditanam pada kondisi jenuh air mulai umur 14 hst (fase V2) sampai fase masak, melalui penggenangan pada saluran drainase dengan cara mengatur tinggi permukaan air di dalam saluran drainase diusahakan selalu tetap pada tingkat tertentu (3-5 cm di bawah permukaan bedengan). Rancangan penelitian menggunakan Acak Kelompok, empat ulangan. Untuk menguji tingkat stabilitas dan adaptabilitas galur berdasarkan analisis AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction) yang digambarkan oleh grafik biplot AMMI melalui IPCA (interaction principal component axes), galur yang berada dekat dengan titik nol (0,0) dinilai stabil. Interaksi galur dengan lingkungan nyata untuk hasil biji dan komponen hasil. Dari uji adaptasi di empat lokasi diperoleh dua galur yang secara konsisten mampu memberikan hasil terbaik pada kondisi jenuh air yaitu Galur Tgm/Anjs-T205-1-750 dan Sib/Grob-V64-5-137. Galur Tgm/Anjs-T205-1-750 memiliki potensi hasil 2,63 t/ha, berumur genjah (78 hari), dan berukuran biji sedang (12,3 g/100 biji). Galur Sib/Grob-V64-5-137 memiliki potensi hasil 2,71 t/ha, berumur genjah (79 hari), dan berukuran biji besar (14,5 g/100 biji). Berdasarkan metode AMMI, galur Tgm/Anjs-T205-1-750 dan Sib/Grob-V64-5-137 dinilai stabil dan berpeluang dikembangkan di berbagai sentra produksi kedelai, terutama pada kondisi tanah jenuh air.