Syafrinani
Departemen Prostodonsia Fakultasi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES Syafrinani Syafrinani; Yudi Setiawan
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol. 12 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode September-Desember 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.907 KB) | DOI: 10.36911/pannmed.v12i2.25

Abstract

Denture base widely were made from heat polymerized acrylic resin. Either one of physical properties on this material must be concern is surface roughness, rough surface could interfere patient’s comfort, and microbial colonization. Therefore polishing procedure were needed, polishing material that mostly used on acrylic resin was pumice, there is another alternative material i.e eggshell and toothpaste because had abrasive ability. The aim of this research is to determine the difference surface roughness of heat polymerized acrylic denture base resin used pumice, eggshell and toothpaste as polishing materials. The design research in this study is laboratory experimental with rectangle sample with size 50 x 20 x 3 ±1 mm. There are 30 samples for 3 groups. The result of this research shows a significant difference between pumice group and eggshell group with p value = 0,0001 (p < 0,05), pumice and toothpaste with p value = 0,0001 (p < 0,05), egghsell and toothpaste with p value = 0,032 (p < 0,05). Polishing that used an alternative material from eggshell and toothpaste produce lower surface roughness score rather than pumice.
Perbedaan kekasaran permukaan basis nilon termoplastik menggunakan bahan pumis, cangkang telur, dan pasta gigi sebagai bahan polesThe difference in surface roughness of thermoplastic nylon bases with pumice, eggshell, and toothpaste as a polishing material Wilda Ludika Simanjuntak; Syafrinani Syafrinani
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 3 (2019): Desember 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v31i3.18736

Abstract

Pendahuluan: Penyelesaian akhir dan pemolesan basis nilon termoplastik merupakan tahapan yang penting dalam mencapai permukaan yang halus sehingga estetika dan kebersihan mulut serta kenyamanan pasien dalam menggunakan gigi tiruan dapat tercapai. Pemolesan mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan abrasif, seperti pumis. Alternatif bahan abrasif lain yang dapat digunakan adalah cangkang telur dan pasta gigi. Cangkang telur memiliki kandungan calcite pada calcium carbonate sebanyak 94-97% sehingga memiliki sifat abrasif. Cangkang telur merupakan limbah dari masyarakat yang sangat bermanfaat yang dapat digunakan sebagai bahan poles. Selain itu alternatif, lain seperti pasta gigi memiliki sifat abrasif karena mengandung silika. Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai dan perbedaan nilai kekasaran permukaan basis nilon termoplastik setelah dipoles dengan bahan poles pumis, cangkang telur, dan pasta gigi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris terhadap 3 kelompok perlakuan: kelompok pumis, cangkang telur, dan pasta gigi. Pemolesan dilakukan dengan 30 gram bahan poles untuk setiap sampel. Pengukuran nilai kekasaran permukaan basis nilon termoplastik menggunakan profilometer kontak. Data dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA (p<0,05) dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil: Berdasarkan uji LSD terdapat perbedaan nilai kekasaran permukaan antara kelompok pumis  dengan cangkang telur (p=0,0001), kelompok cangkang telur dengan pasta gigi (p=0,001), tetapi tidak terdapat perbedaan antara kelompok pumis dengan pasta gigi (p=0,279). Simpulan: Nilai kekasaran permukaan nilon termoplastik yang dipoles menggunakan bubuk cangkang telur lebih kecil dibandingkan pumis dan pasta gigi.Kata kunci: Cangkang telur, kekasaran permukaan, nilon termoplastik, pasta gigi, pumis. ABSTRACT  Introduction: The finishing and polishing of a thermoplastic nylon base is an important step in achieving a smooth surface to ensure the aesthetical aspect and oral hygiene; also meets the patient’s comfort in using dentures. Mechanical polishing is generally performed using abrasive materials, such as pumice. Another alternative abrasive that can be used are eggshells and toothpaste. Eggshells have as much as 94-97% calcite content of calcium carbonate, thus showing abrasive properties. The eggshell is a beneficial community waste that can be used as polishing material. Other materials like toothpaste have abrasive properties due to the silica component. This study was aimed to determine the value and differences in the surface roughness value of thermoplastic nylon bases after being polished with three different polishing materials, which were pumice, eggshells, and toothpaste. Methods: This study was an experimental laboratory conducted on 3 treatment groups: the pumice, eggshell, and toothpaste groups. The polishing was carried out with 30 grams of polishing material for each sample — thermoplastic nylon surface roughness measurement was performed using a contact profilometer. Data were analysed using one-way ANOVA test (p < 0.05) followed by LSD test. Results: The LSD test results showed that there were differences in the surface roughness values between the pumice and eggshell group (p = 0.0001), the eggshell with toothpaste group (p = 0.001), but there was no difference between the pumice and toothpaste group (p = 0.279). Conclusion: The surface roughness value of thermoplastic nylon polished using eggshell powder is smaller than pumice and toothpaste.Keywords: Eggshell, surface roughness, thermoplastic nylon, toothpaste, pumice.
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KERANGKA LOGAM KOMBINASI BAHAN FLEKSIBEL SEBAGAI UPAYAMEMENUHI KEBUTUHAN ESTETIK PADA GIGI PENYANGGA DENGAN RESESI GINGIVA Sri Yuliharsini; Syafrinani Syafrinani
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 3, Nomor 1, Juni 2016
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.32

Abstract

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan pilihan perawatan yang efektif dan terjangkau pada kasus kehilangan gigi sebagian. Kebanyakan pasien dari segala usia memilih menghindari penggunaan logam pada perawatan GTSL karena menginginkan senyum yang cemerlang. Pada kehilangan gigi sebagian dengan gigi penyangga resesi gingiva, pembuatan GTSL resin akrilik konvensional menimbulkan masalah estetik karena cangkolan yang terlihat saat pasien tersenyum. Laporan kasus ini memaparkan penatalaksanaan kehilangan gigi sebagian dengan GTSL kerangka logam kombinasi bahan fleksibel pada kasus gigi penyangga resesi gingiva. Pasien perempuan, berusia 70 tahun datang ke RSGMP FKG USU dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan rahang atas dan bawah yang terbaik, gigi depan rahang bawahnya goyang sejak 8 tahun yang lalu, pasien tidak ingin terlihat ompong sebelum gigi tiruannya selesai. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi yang hilang pada rahang atas 17, 25, 26; rahang bawah 37, 38, 45, 46; 15, 27, 28 ekstrusi; 24 resesi gingiva dan 31 mobiliti derajat II, 41 mobiliti derajat III. Penatalaksanaan kasus untuk rahang atas adalah dengan GTSL kerangka logam kombinasi bahan fleksibel dan GTSL imidiat resin akrilik untuk rahang bawah. Cangkolan wrap around pada gigi penyangga 24 dengan prinsip retento-grip tissue-bearing retention berfungsi sebagai lengan retentif sekaligus menutupi resesi gingiva, cangkolan akers pada 16 memaksimalkan retensi dan konektor mayor anterior-posterior palatal strap berfungsi untuk mendistribusikan beban ke gigi penyangga dan jaringan pendukung serta memberikan kenyamanan pada pasien. Perawatan kasus dengan GTSL kerangka logam kombinasi bahan fleksibel memiliki keuntungan yang diperoleh dari bahan fleksibel dimana lengan retentif menutupi resesi gingiva sehingga estetik tercapai dan kerangka logam menjadikan gigi tiruan lebih kaku, kuat dan stabil.selanjutnya dan kesuksesan perawatan ortodonti itu sendiri.
PENATALAKSANAAN GIGI TIRUAN LENGKAP DENGAN LINGGIR DATAR DAN HUBUNGAN RAHANG KLAS III DISERTAI CEREBROVASCULAR ACCIDENT (LAPORAN KASUS) Veronica Angelia; Syafrinani Syafrinani
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.283 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.14

Abstract

Kasus edentulus dengan resorpsi linggir alveolaris yang berlebihan banyak dijumpai pada pasien lanjut usia (lansia). Selain itu sering juga disertai penyakit sistemik seperti Cerebrovascular accident (CVA) yang berdampak pada daerah rongga mulut dan sekitarnya antara lain paralisis wajah, dysphagia, aphasia, dysphasia, dan dysarthria. Penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datar untuk pasien seperti di atas sering menimbulkan kesulitan dalam memperoleh retensi, stabilisasi, oklusi dan estetis yang baik. Laporan kasus ini menjelaskan tentang penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datar dan hubungan rahang klas III disertai CVA. Pasien perempuan, usia 70 tahun, datang ke RSGMP FKG USU, ingin dibuatkan gigi tiruan rahang atas dan bawah dengan keluhan sulit mengunyah makanan. Pasien menderita CVA. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan profil wajah tampak samping lurus. Pemeriksaan intraoral menunjukkan linggir datar pada rahang bawah dan ukuran lengkung rahang atas lebih kecil dari rahang bawah. Penatalaksanaan linggir datar rahang bawah yaitu desain basis yang diperluas sampai sulkus alveolingual dan basis diperkuat dengan kerangka logam untuk mencegah patah. Relasi rahang Klas III diatasi dengan pemilihan gigi artifisial semi anatomis dan penyusunan gigi crossbite bilateral. Pasien mengalami CVA sehingga perawatan harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan suasana yang nyaman di pagi hari. Kontrol otot diperlukan untuk meningkatkan stabilitas gigi tiruan. Pada keadaan paralisis wajah, latihan memakai gigi tiruan untuk mendeteksi bentuk benda yang ditempatkan di mulut dan melatih pengunyahan pada kedua sisi rahang. Pasien dengan linggir datar dan hubungan rahang klas III disertai CVA memerlukan modifikasi dalam penatalaksanaan gigi tiruan lengkap sehingga menghasilkan retensi, stabilisasi, oklusi dan estetis yang baik untuk dapat meningkatkan nutrisi, kesehatan umum dan kualitas hidup.
PENGARUH BAHAN POLES TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN BASIS NILON TERMOPLASTIK Sylvia Indriana; Syafrinani Syafrinani
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 7, Nomor 1, Juni 2020
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v1i1.275

Abstract

Pendahuluan: Basis gigi tiruan harus memiliki kekerasan permukaan yang tinggi untuk memaksimalkan ketahanannya terhadap abrasi, goresan, dan daya kerusakan permukaan yang dapat mempengaruhi lama pemakaian suatu gigi tiruan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekerasan permukaan adalah kekasaran permukaan. Oleh karena itu, proses penghalusan dan pemolesan pada basis menjadi tahapan yang penting. Bahan poles yang sering digunakan pada nilon termoplastik adalah pumis, selain itu ada bahan alternatif lain yang dapat digunakan yaitu pasta gigi dan cangkang telur karena memiliki sifat abrasif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan poles terhadap kekerasan permukaan basis nilon termoplastik dengan menggunakan bahan poles pumis, pasta gigi dan cangkang telur. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang menggunakan sampel berbentuk kepingan silinder (Bioplast) dengan ukuran diameter 40 mm dan ketebalan 2 mm. Terdapat jumlah keseluruhan 30 sampel untuk 3 kelompok. Kekerasan permukaan diukur dengan Vickers Hardness Test (Future Tech FM800). Data yang diperoleh secara statistika diuji dengan uji one-way ANOVA. Hasil: Perbandingan nilai kekerasan permukaan nilon termoplastik setelah dipoles dengan pumis, pasta gigi, dan cangkang telur adalah 6,93: 7,1: 7,29 VHN. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada nilai kekerasan permukaan antara ketiga kelompok dengan signifikansi p = 0,0001 (p<0,05). Simpulan: Penggunaan bahan poles yang berbeda pada basis nilon termoplastik memiliki pengaruh terhadap nilai kekerasan permukaannya. Basis nilon termoplastik yang dilakukan pemolesan dengan bahan poles cangkang telur memiliki nilai kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipoles menggunakan bahan poles pumis dan pasta gigi.
Role of finish lines design on stress distribution in fixed partial denture Felix Hartanto Ongko; Syafrinani; Putri Welda Utami Ritonga
Indonesian Journal of Prosthodontic Vol 3 No 2 (2022): December 2022
Publisher : Indonesia Prosthodontic Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46934/ijp.v3i2.151

Abstract

All-ceramic restorations have been widely used in prosthodontics as metal-free restoration because of their esthetics, biocompatibility, and inert properties. However, fracture remains a complication for all-ceramic restorations. All-ce-ramic posterior restorations encounter significant fracture after 5 years of usage than anterior region. Stress distri-tribution in all-ceramic restorations during mastication is higher on cervical margin than other surfaces according to finite element analysis. Shoulder and chamfer finish line are recommended designs for maximum fracture resist-ance of restoration and had influence in stress distribution. Mechanical properties of restoration material such as flex-ural strength, modulus of elasticity (ME), and fracture resistance are important factors that must be considered for its durability. Increasing ME of restoration material will increase strength of fracture. Zirconia usually used because of its superior fracture resistance among other ceramic material (ME±205 GPa). Shoulder is recommended in zir-conia because of greater fracture resistance but other literature suggests chamfer. Lithium disilicate has an improved physical properties and translucency ceramic restoration and is recommended as an alternative treatment (ME±96 GPa). In lithium disilicate, shoulder and chamfer have almost equal fracture resistance. PEEK is a thermoplastic semi-crystalline material with ME near human cortical bone (±3.6 GPa) with shock absorption properties. This litera-ture review role of all-ceramic restoration finish lines design on stress distribution. Shoulder and chamfer still the main choice in FPD but which design is most appropriate still undecided.
The use of hydroflouric acid as a surface treatment material on bond strength in cohesive fractures of fused to metal porcelain restoration Andri Sinulingga; Putri Welda Utami Ritonga; Syafrinani
Indonesian Journal of Prosthodontic Vol 4 No 1 (2023): June 2023
Publisher : Indonesia Prosthodontic Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46934/ijp.v4i1.188

Abstract

Background : Porcelain fused to metal (PFM) restoration is one of the most common restorations for fixed dentures because of its high strength, durability, biocompatibility, and satisfactory esthetics. The brittle nature of ceramic makes it easily fractured. Porcelain fracture is the second largest failure after caries. Repairing porcelain directly using composite resin becomes an option because it is cost-effective and easy to apply. The repair process requires chemical and mechanical bonding to create a strong resin bond. Hydrofluoric acid (HF) can be used as a surface treatment material to achieve good bonding. Concentration and etching time affect the bond strength. However, HF becomes harmful when in contact with soft tissues. Strict protocols in its application are observed and prolonged use in the mouth is avoided. Objective: To describe the effect of HF as a surface treatment material on bonding strength between porcelain and composite resin. Knowing the HF bonding strength changes to time and concentration as a surface treatment material for direct repair. Conclusion : Minimizing the contact of HF on soft tissues, applying HF in the mouth for a short time without reducing its function to achieve good bonding strength. Keywords : porcelain fused to metal, surface treatment, hydrofluoric acid