Suprio Guntoro
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar, Bali, Indonesia, PO BOX 3480

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGGUNAAN LIMBAH KAKAO TERFERMENTASI UNTUK PAKAN AYAM BURAS PETELUR Guntoro, Suprio; Rai Yasa, I Made
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Native chicken plays important role in egg and meat production in Bali. Sharp price of feed since themonetary crisis encourages the farmers to get alternative cheap feed. Assessment on fermented cacao wastes toreplace rice bran in layer native chicken ransom was conducted in Tukad Aya Village, Jembrana Regency, Bali lastingfrom July to December 2002. The experiment was using a completely randomized design with three treatments andeach of 60 chicken. The treatments were P0, i.e., feed ransom as practiced by the farmers (with out cacao wastes), P1(feed ransom with11 percent of cacao waste), and P2 (feed ransom with 22 percent of cacao waste). The resultsshowed that P2 improved significantly egg production from 31.33 percent (P0) to 35.53 percent (P2). Cacao waste didincrease egg weight significantly and tended to reduce Feed Conversion Ratio from 5.68 (P0) to 4.49 (P2). Cacaowaste treatments also did not reduce physical quality and nutritional contents of the eggs. The treatment was able toincrease the farmers’ income from Rp 221,142/100 chicken/month to Rp 376,677/100 chicken/month or an increaseR/C ratio from 1.65 to 2.34.Key words: native chicken, cacao waste fermented egg productionAyam Buras mempunyai peranan penting sebagai penghasil telur maupun daging di Bali. Melonjaknya hargapakan, semenjak krisis moneter menyebabkan banyak peternak ayam buras yang menerapkan pola intensifmenghentikan usahanya. Karena itu perlu upaya mencari bahan pakan alternatif yang murah. Penelitian tentangpemanfaatan limbah kakao terfermentasi sebagai pengganti dedak dalam ransum ayam buras petelur telah dilakukandi Desa Tukad Aya – Kabupaten Jembrana Bali selama enam bulan (Juli s/d Desember 2002). Penelitian disusundalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan ransum, dengan 60 ekor ayam per perlakuan. Ke-3 perlakuantersebut yaitu (P0) mendapat ransum sesuai dengan cara petani (tanpa limbah kakao). (P1) dengan ransum yangmengandung 11 persen limbah kakao. Kelompok III (P2) dengan ransum yang mengandung 22 persen limbah kakao.Hasil penelitian menunjukkan penggunaan limbah kakao 22 persen dalam ransum menyebabkan meningkatnyaproduksi telur dari rata-rata 31,33 persen (PO) menjadi 36,53 persen (P2) dan secara statistik berbeda nyata (P<005).Pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak juga menyebabkan meningkatnya berat telur, sebaliknya konsumsipakan cenderung menurun dari 72,1 gram/ekor/hari menjadi 69,79 gram/ekor/hari, walaupun secara statistik tidaknyata. Sebagai akibatnya, Feed Convertion Ratio (FCR) menurun secara nyata (P<0,05) dari 5,68 (PO) menjadi 4,49(P2). Penggunaan limbah kakao sebagai pengganti dedak juga tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas fisikmaupun nilai gizi telur. Dengan menurunnya FCR, maka secara ekonomis penggunaan limbah kakao sebagaipengganti dedak secara keseluruhan (22 persen) mampu meningkatkan kuntungan petani dari Rp. 221.142 /100 ekorper bulan menjadi Rp.376.677 /100 ekor/bulan sehingga RC ratio meningkat dari 1,65 menjadi 2,34. Dari hasilpenelitian ini ternyata penggunaan limbah kakao sebagai komponen ransum ayam Buras petelur cukup prospektifuntuk dikembangkan.Kata kunci : ayam buras, limbah, kakao, fermentasi produksi telur
DIVERSITAS GENETIK DAN HAPLOGROUP KAMBING GEMBRONG BERSTATUS KRITIS DI KABUPATEN KARANGASEM, BALI (Genetic Diversity and Haplogroup of Endangered Gembrong Goat In Karangasem, Bali) Syamsul Arifin Zein, M.; Sulandari, Sri; Jakaria, Jakaria; Made Londra, I; Guntoro, Suprio; Bagus Gaga Partama, Ida
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 2 (2016): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i2.5134

Abstract

This study was conducted to evaluate the genetic diversity and phylogeny of Gembrong goat. For this purpose, 21 goats from endangered breed in Karangasem Bali were used. Molecular analysis of genetic diversity and phylogeography used hypervariable segment 1 of mitochondrial DNA control region. The result showed that genetic variability of Gembrong goat was homogeneous with only one different sites, namely the substitution pyrimidines of C T (transitional). Phylogeny analysis results showed maternal origin of Gembrong goat is lineage (subhaplogroup) B1 with frequency of 100%. Haplogroup B were known has been domesticated from wild goat in western Asia, then headed to south Asia and infiltrated to southeast Asia, including Gembrong goat in Bali, Indonesia. As a conclusion, genetic diversity of Gembrong goat from remaining population in Karangasem very low and originate from lineages/haplogroup B1 with a frequency of 100%.