Sapri Hadiwisastra
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

AIR TAWAR DI PULAU KECIL TERUMBU KARANG DERAWAN: MASALAH DAN ADAPTASI TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT Wahyoe S. Hantoro; Sapri Hadiwisastra; Edy M. Arsadi; A. Masduki; A.Y. Airlangga; Suyatno Suyatno; Engkos Kosasih
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2393.288 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.28

Abstract

ABSTRAK Pulau Derawan merupakan bagian dari gugusan pulau terumbu karang yang tumbuh di tinggian atau substrat dari endapan pasir dan lempung di perairan lepas pantai estuari Sungai Berau. Sejumlah pemboran yang dibuat di jalur tengah di gosong pasir dan Pulau Derawan memperlihatkan suatu urutan pengendapan pulau terumbu karang yang mengalami perulangan perubahan muka laut serta dengan ciri pengendapan seiring kenaikan cepat muka laut sejak zaman es terakhir (14.000 th). Data tersebut, menempatkan gugusan pulau ini pada kemungkinan terjadinya penurunan tektonik. Hal ini juga dipertegas oleh data seismik pantul dangkal dari kawasan disekitarnya. Memperhatikan skenario kenaikan muka laut global 1 cm/tahun, Derawan dan gugusan pulau terumbu karang halang di perairan dan estuari Berau sesungguhnya saat ini berada pada ancaman serius dengan berbagai konsekuensinya. Ancaman tersebut salah satunya adalah akan sangat berkurangnya ketersediaan air tawar pulau yang hanya diperoleh dari air meteorik. Naiknya muka air laut akan menaikkan muka air asin yang di atas mana bertengger lensa air tawar yang akan segera menipis. Saat ini berdasar pengukuran, lapisan air tawar mempunyai tebal tidak merata sekitar 2-4 m. Langkah awal mengatasi masalah ini adalah melakukan upaya pengaturan pemakaian air tawar sehingga selalu seimbang neracanya serta mengusahakan memperhalus sedimen yang menjadi tempat air tawar terkumpul sehingga dapat menghalangi masuknya air asin dari formasi dibawahnya maupun langsung dari arah samping (pantai) ketika pasang naik paling tinggi. Upaya ini dapat dilakukan dengan penanaman jenis pohon tertentu yang sudah diuji kemampuan dan perilakunya namun juga terhindar dari dampak kelebihan evapotranspirasi. 
FENOMENA GEOLOGI DAN SEDIMENTASI GUA DARI SITUS LIANG BUA – FLORES Sapri Hadiwisastra
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 15, No 2 (2005)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2115.154 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2005.v15.190

Abstract

Penemuan sejumlah rangka manusia purba, fosil vertebrata dan artefak berupa alat batu kreasi manusia di lokasi gua, sangat menarik untuk dikaji, tidak hanya berkaitan dengan keberadaan manusia prasejarah, tetapi juga menyangkut proses geologi yang berkembang dalam gua dan lingkungan di sekitarnya.SitusLiang Bua yang merupakan suatu gua gamping besar dengan ukuran luas lebih dari 1300 m2, memperlihatkan proses perkembangan yang cukup panjang, dimulai dari proses pembentukan gua, sedimentasi sungai yang masuk ke dalam lingkungan gua, dan  gua sebagai hunian. Peristiwa tektonik berupa proses pengangkatan daerah secara menyeluruh mengakibatkan berpindahnya aliran sungai purba.Indikasi endapan sungai terungkap dengan baik pada lubang galian 1 yang memperlihatkan urutan perlapisan pasir, lanau, ataupun lempung dengan sejumlah struktur sedimen yang diakibatkan oleh arus dan proses pengerosiannya.Berdasarkan urut-urutan stratigrafi, terdapat beberapa lapisan yang memperlihatkan terjadinya sebagian runtuhan atap gua yang ditandai dengan bongkah-bongkah batugamping dan pecahan stalaktit yang ditutupi lapisan sinter (“flowstone”). 
Kondisi Aspal Alam dalam Cekungan Buton Sapri Hadiwisastra
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 1 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1280.081 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.22

Abstract

Aspal  adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat hingga hitam yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Aspal alam terbentuk  dalam batuan pembawa minyak terjadi sebagai hasil perubahan minyak bumi. Pulau Buton merupakan salah satu daerah sedikit di dunia yang mempunyai kandungan aspal alam. Batuan reservoir dari larutan aspal  Buton meliputi satuan batuan Formasi Sampolakosa dan Formasi Tondo. Tiadanya batuan penutup (cap rock) memungkinkan gas dan minyak bumi menguap dan menyisakan larutan berat aspal yang terperangkap dalam batuan reservoir.Sebaran lapangan aspal alam di Buton sampai sekarang ini terutama terdapat di daerah Buton Selatan pada daerah Graben Lawele yang memanjang baratdaya – timur laut mulai dari Teluk Sampolawa hingga ke Teluk Lawele.