Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RATIO DECIDENDI HAKIM DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 149K/PID.SUS/2013 TENTANG PENYALAH GUNA NARKOTIKA Dandi Wijaya
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Sarjana Ilmu Hukum, Juli 2021
Publisher : Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dandi Wijaya, Setiawan Noerdayasakti, Mufatikhatul Farikhah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya e-mail: dandiwijaya__@student.ub.ac.id  ABSTRAK Narkotika merupakan suatu obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain Narkotika dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan secara seksama. Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya dua pasal yang dinilai multitafsir dan memiliki ketidakjelasan rumusan yaitu pada Pasal 112 dan Pasal 127 UU Narkotika. Pada pasal 112 tersebut tidak membedakan antara penyalah guna narkotika yang digunakan untuk diri sendiri dengan penyalah guna narkotika yang dalam hal ini memenuhi unsur ‘memiliki, menyimpan, menguasai, dan menyediakan’ untuk orang lain. Sehingga cakupan dalam pasal 112 dapat dikatakan lebih luas dibandingkan dengan makna penyalahguna dalam pasal 127. Dan mengakibatkan pasal 112 lebih mudah menjerat pelaku penyalah guna narkotika. Tujuan dilakukannya penelitian ini yakni Untuk mengetahui bagaimana Ratio Decidendi hakim dalam memutus pemidanaan terhadap penyalahguna narkotika dan bagaimana Implikasi yuridis terhadap penyalah guna narkotika atas putusan MA No. 149K/Pid.Sus/2013. Penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (The Case Approach). Bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier dengan teknik penelusuran bahan hukum menggunakan studi pustaka dan menganalisis bahan hukum tersebut dengan metode deduksi dan penafsiran. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah hakim dalam memutus pemidanaan terhadap penyalah guna narkotika pada putusan Mahkamah Agung no.149K/Pid.Sus/2013 adalah hakim lebih melihat bagaimana rumusan perbuatan dalam Pasal 112 Undang-undang Narkotika telah terpenuhi berdasarkan ditemukanya adanya alat bukti Narkotika. Implikasi yuridis terhadap penyalah guna narkotika atas putusan Mahkamah Agung no. 149k/pid.sus/2013 dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dikenakan pasal 112 dan tidak dikenakan Pasal 127 dan Pasal 103 terhadap terdakwa mengakibatkan terdakwa yang seharusnya mendapatkan hak untuk melakukan Rehabilitasi sebagai langkah pengobatan tidak dapat melaksanakan rehabilitasi sebagai bagian dari masa pemidanaan. Kata kunci: Ratio decidendi, Narkotika, Penyalahguna Narkotika ABSTRACT Narcotics, on one hand, can be useful for medicinal and scientific purposes. On the other hand, these are also addictive substances harming generations when no strict control and supervision is given. This research departs from two articles deemed potential of multi-interpretation and giving unclear provisions: Article 112 and Article 127 of Law concerning Narcotics. Article 112 does not elaborate further on abuses for individual purposes or those involving ‘owning, storing, and providing’ the drugs for others. That is, the scope of the provision of Article 112 is wider than that of Article 127, and the former article is more potential to sentence drug abusers. This research mainly aims to investigate the Judge’s Ratio Decidendi in sentencing drug abusers and the juridical implication of narcotic abuse according to Supreme Court Decision Number 149K/Pid.Sus/2013. With a normative juridical method, statutory and case approaches, this research required primary, secondary, and tertiary data from library research. The data were further analysed by using a deductive technique and interpretation. The research result reveals that the judge tended to refer to how elements have fulfilled the provision of Article 112 following the presence of narcotics-related evidence. Moreover, in reference to the Supreme Court Decision Number 149k/pid.sus/2013, the reference to Article 112 instead of Article 127 and 103 tends to revoke the right of the defendant to have a rehabilitation process as part of the sentences defendants serve. Keywords: ratio decidendi, narcotics, narcotic abuse
Pendidikan Agama Islam sebagai Landasan Spiritual dalam Era Globalisasi Ade Najira Yani; Juliani; Dandi Wijaya; Nurhayati
Mesada: Journal of Innovative Research Vol. 1 No. 2 (2024): July-December
Publisher : Yayasan Zia Salsabila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61253/d8g7yv02

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperkuat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menciptakan individu yang berwawasan global, sehingga mampu bersaing secara global tanpa kehilangan identitas spiritual. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif untuk memahami secara mendalam mengenai pendidikan agama Islam sebagai landasan spiritual dalam era globalisasi. Hasil dari penelitian ini yaitu terbentuknya individu yang memiliki kepribadian kokoh berdasarkan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, pendidikan  ini sangat penting untuk membentuk individu yang kuat secara spiritual dan mampu menjalani kehidupan dengan nilai-nilai Islam sebagai pedoman. Pendidikan ini juga mempersiapkan individu untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat global tanpa kehilangan nilai-nilai.
The Decentralization Dilemma: Navigating Challenges In Building The Nusantara Capital City Dandi Wijaya; Al Uyun, Dhia; Hadiyantina, Shinta
International Journal of Islamic Education, Research and Multiculturalism (IJIERM) Vol 7 No 1 (2025): IJIERM Edition January
Publisher : The Islamic Education and Multiculturalism Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47006/ijierm.v7i1.442

Abstract

Sejalan dengan pemindahan ibu kota baru di wilayah Kalimantan Timur, dalam ketentuan pasal 4 Ayat (1) Huruf b UU IKN menyebutkan bahwa Otorita Ibu Kota Nusantara sebagai lembaga setingkat kementerian yang menyelenggarakan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara, dan Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang menyebutkan bahwa Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak jangka panjang yang timbul dari model pemerintahan terpusat terhadap pelaksanaan sistem pemerintahan baru di Wilayah Ibu Kota Nusantara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan menggunakan Pendekatan Perundang-undangan dan Pendekatan Konseptual. Adapun hasil penelitian ini, dampak yang timbul akan berpengaruh pada politik lokal, demokrasi serta representasi masyarakat atas perwakilannya, dan yang paling mendasar adalah hak konstitusionalnya sebagai warga negara. Sudah dipastikan tidak ada representasi lokal pada sistem politik perwakilan seperti saat ini.Kata Kunci: Ibu Kota Nusantara, Desentralisasi, dan Sentralisasi. In line with the relocation of the new capital city in the East Kalimantan region, in the provisions of Article 4 Paragraph (1) Letter b of the IKN Law, it is stated that the Nusantara Capital City Authority as a ministerial-level institution that organizes the Special Regional Government of the Nusantara Capital City, and Article 5 Paragraph (4) of the IKN Law which states that the Head of the Nusantara Capital Authority is the head of the Nusantara Capital Special Regional Government with a ministerial position, appointed and dismissed by the President after consulting with the House of Representatives. The purpose of this study is to analyze the long-term impact of the centralized governance model on the implementation of the new governance system in the Nusantara Capital city region. This study uses a type of normative legal research using a Legislative Approach and a Conceptual Approach. As for the results of this study, the implications will affect local politics, democracy, community representation of their representatives, and the most basic is their constitutional rights as citizens. It is certain that there is no local representation in the representative political system like today.Key Words: Nusantara Capital City, Decentralization, and Centralization.