Karina Dea Amalia Rossa, Rachmi Sulistyarini, Shinta Puspitasari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono No. 169 Malang e-mail: amalia.rossa18@gmail.com, karinarossa@student.ub.ac.id  ABSTRAK BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya tak luput dari berbagai kendala juga permasalahan yang dihadapi. Banyaknya kasus penyalahgunaan dana nasabah BMT yang menyebabkan BMT mengalami pembubaran, kejadian ini berdampak bagi nasabah yang menghimpun dana dalam BMT, nasabah mengalami kerugian karena dana serta asset milik nasabah yang ada pada BMT tidak dapat dikembalikan dengan utuh atau tidak dikembalikan sama sekali. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis staâ€tus hukum terhaâ€daâ€p baâ€raâ€ng jaâ€minaâ€n Milik Naâ€saâ€baâ€h yaâ€ng terdaâ€paâ€t paâ€da†Lembaâ€ga†Keuaâ€ngaâ€n Mikro Khususnya†paâ€da†BMT yaâ€ng aâ€da†di pengaâ€dilaâ€n, dan mengaâ€naâ€lisis wujud Perlindungaâ€n hukum terhaâ€daâ€p baâ€raâ€ng jaâ€minaâ€n milik naâ€saâ€baâ€h yaâ€ng terdaâ€paâ€t paâ€da†Lembaâ€ga†Keuaâ€ngaâ€n Mikro Khususnya†paâ€da†BMT. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif menggunakan pendekatan undang-undang dan pendekatan Kasus. Hasil penelitian disimpulkan bahwa Hapusnya perjanjian antara pihak kreditor dengan debitor tertuang dalam pasal 1381 KUHPerdata menentukan status dan kedudukan barang jaminan milik nasabah. Status hukum barang jaminan nasabah di pengadilan adalah barang yang berada dalam sitaan terkait dengan perkara perdata atau karena pailit untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili. Penetapan konsinyasi merupakan jalan keluar yang diberikan oleh undang-undang, dalam hal kreditor wanprestasi. Sebagai pihak yang dirugikan nasabah dapat menuntut pengembalian barang jaminan. Perlindungan dan tanggung jawab pelaku jasa keuangan terhadap barang jaminan milik nasabah diatur dalam pasal 25 (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013. Perlindungan Hukum terhadap barang jaminan milik nasabah BMT dapat diberikan secara preventif dan represif, diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Barang Jaminan, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ABSTRACT The business run by Baitul Maal Wat Tamwil (henceforth referred to as BMT) is not without problems. Some problems involve the funds of the customers of BMT, leading to the closure of BMT. This closure certainly causes problems for the customers investing their funds in the organization, where the customers have to face losses since the funds or assets invested in BMT may not be fully refunded, or, for the worst scenario, no refund at all can be expected. This research aims to analyze the legal standing of an object of asset set as security in micro finances such as BMT at court. This research also aims to analyze the form of the legal protection of the security left in micro finances such as BMT. This research was conducted based on normative-juridical methods, statutory, and case approaches. The research results conclude that the cancellation of a contract between the creditor and debtor is outlined in Article 1381 of the Civil Code, and this contract designates the status and position of the object of security owned by a customer. The legal standing of an object set as a guarantee at court represents the object seized over private law cases or bankruptcy to be used as a reference for inquiries, lawsuits, or judgment. Designating consignment is regarded as a solution allowed by the law in case of breach of contract committed by a creditor. The aggrieved party could file a lawsuit to get the object of the security back. Security is governed in Article 25 of the Regulation of Financial Services Authority Number 1/POJK.07/2013. Legal protection of the security object owned by a customer of BMT could be given in either preventive or repressive form, as governed in Law Number 1 of 2013 concerning Micro Finances and the Regulation of Financial Services Authority Number 1 of 2013 concerning Micro Finances and the Regulation of Financial Services Authority Number 1/POJK.07/2013. Keywords: legal protection, security, Baitul Maal wat Tamwil (BMT)Â