Gregorius Enrico
Fakultas Kedokteran, Universitas Cenderawasih/RSUD Abepura Jayapura, Jayapura , Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Lesi Pellegrini-Stieda Pada Perempuan Lansia: Penemuan Kecil Radiologi Tapi Penting Monica Cherlady Anastasia; Gregorius Enrico
Jurnal Kedokteran Meditek Vol 27 No 3 (2021): SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v27i3.2113

Abstract

Lesi Pellegrini-Stieda adalah lesi kecil pasca trauma yang mengalami kalsifikasi (terutama karena cedera olahraga) yang berdekatan dengan margin kondilus femoralis medial, dekat ligamentum kolateral medial (MCL). Karena pasien mengalami gejala, kombinasi anomali radiografi di lokasi yang ditentukan dan cedera MCL sebelumnya dikenal sebagai Sindrom Pellegrini-Stieda. Seorang perempuan lima puluh delapan tahun mengeluh sakit dan bengkak pada lutut bagian tengah kiri dalam lima minggu terakhir. Radiografi lutut kiri menunjukkan kalsifikasi padat lengkung medial ke femur distal di daerah perlekatan MCL proksimal. Terdapat defek kortikal fokal kecil pada kondilus femoralis medial yang berdekatan, efusi sendi kecil terkait pada reses suprapatella, dan enthesofit kecil pada patela superoanterior. Sisa lutut kontralateral pada dasarnya normal. Dengan mengingat sejarah, temuan ini sesuai dengan lesi Pellegrini-Stieda. Lesi Pellegrini-Stieda dianggap sebagai akibat dari pengupasan periosteum femoralis di dekat asal MCL, yang menyebabkan osifikasi heterotopik dan kalsifikasi distrofik. Dalam kasus ini, kalsifikasi lebih berbentuk lengkung, sejajar dengan korteks femoralis, dan radioopak. Penampilan ini cocok dengan lesi Pellegrini-Stieda yang sangat umum. Lesi Pellegrini-Stieda adalah temuan radiologi yang kecil tetapi penting yang tidak boleh dilewatkan sebagai artritis degeneratif pada pasien lanjut usia. Gejala ringan-sedang ditangani secara konservatif, sedangkan untuk kasus yang parah perlu perbaikan melalui pembedahan.