Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

CITRA IBU KOTA PALEMBANG DALAM HISTORIOGRAFI BARAT PADA ABAD XIX Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36424/jpsb.v7i1.217

Abstract

Artikel ini bertujuan membahas citra ibu kota Palembang dalam historiografi Barat pada abad ke-19. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, seperti kejayaan Sriwijaya di masa lampau serta kehidupan masyarakatnya di tepi Sungai Musi yang menjadi daya tarik orang Barat sejak meningkatnya hegemoni Barat di Nusantara pada abad ke-17 dan abad ke-18. Artikel ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan menganalisis berbagai historiografi oleh para penulis dan pengelana Barat sebagai sumber primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penaklukan Kesultanan Palembang, ibu kota Palembang mengalami proses konstruksi citra simbolik yang tidak terlepas dari romantisme Barat. Semboyan “Venesia dari Timur” pun menjadi representasi atas kompleksitas kehidupan masyarakat dan bentang alam ibu kota Palembang sekaligus identitas sosial-budaya ala Barat yang melekat atas ibu kota Palembang pada periode selanjutnya, yang tidak terlepas dari periode krusial pada abad ke-19.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA (2004-2019) Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36424/jpsb.v7i2.274

Abstract

Artikel ini bertujuan mengkaji upaya pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada awal abad ke-21 (2004-2019) beserta dampaknya. Hal ini menjadi penting sebab DBD dinilai sebagai salah satu ancaman ketika Indonesia sedang melawan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain itu, DBD menjadi salah satu penyakit yang telah berada dalam sejarah panjang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan pendekatan sejarah kesehatan masyarakat. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer berupa surat kabar dan publikasi resmi pemerintah serta sumber sekunder berupa literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status DBD yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2004 menyebabkan perhatian pemerintah atas DBD makin besar. Pemerintah menetapkan kebijakan kesehatan yang meliputi upaya pencegahan dan pengendalian dengan melibatkan kolaborasi lintas sektor. Meskipun demikian, dampak atas upaya ini adalah jumlah kasus DBD bergerak secara fluktuatif selama lima belas tahun, bahkan meningkat tajam pada 2019.
PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA (1999-2012) Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 4, No. 1, December 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v4i1.142

Abstract

North Kalimantan Province (Kaltara) is the 34th province or the youngest province inIndonesia. The establishment of the province is inseparable from long historical dynamics.This can be seen from the period of the establishment of the Bulungan Sultanate, the DutchEast Indies colonial government, the Japanese occupation government, until the Indonesiangovernment. By applying historical approach, this paper aims to explain the historicaldynamics of the establishment of North Kalimantan Province after 1998, since regionalautonomy strengthened in 1999 through Law Number 22 of 1999 on Regional Governmentto the final establishment through Law Number 20 of 2012 on Establishment of NorthKalimantan Province. The results of this study indicate that the establishment of the provincecannot be separated from the spirit of regional autonomy that was intensified after 1998.In addition, a number of multidimensional studies in the social-economic, natural resourcemanagement, defense-security, and territorial fields have become a strong foundation forthe establishment of the province. Thus, political processes, both at the central and regionallevels, as well as in-depth study and great local community support were key factors in theestablishment of North Kalimantan Province. This become a historical dynamic in thehistory of regional government in the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI).
Perjumpaan Awal Misionaris Katolik dan Masyarakat Bali Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
Jurnal Dialog Vol 43 No 1 (2020): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v43i1.364

Abstract

Makalah ini membahas perjumpaan awal misionaris Katolik dan masyarakat Bali dalam konteks akulturasi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa perkembangan Gereja Katolik di Bali hingga kini tidak terlepas dari penyelarasan iman Katolik dengan kebudayaan setempat, mulai dari ritus peribadatan hingga arsitektur bangunan. Dengan metode sejarah, makalah ini berusaha menelusuri sejarah perjumpaan awal misionaris Katolik di Bali dan upaya mereka dalam membumikan iman Katolik di sana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada awalnya aktivitas penyebaran ajaran Nasrani mendapat perlawanan keras dari masyarakat Bali. Akan tetapi, melalui upaya pengadaptasian budaya setempat oleh misionaris, seperti Pastor J. Kersten, SVD, kehadiran Gereja Katolik dapat diterima oleh masyarakat Bali. Hal inilah yang kemudian diwariskan sehingga potret Gereja Katolik di Bali menjadi seperti saat ini.
MEMBANGUN KESADARAN SEJARAH KRITIS DAN INTEGRATIF UNTUK INDONESIA MAJU Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol 10, No 1 (2020): Jurnal Pertahanan dan Bela Negara
Publisher : Indonesia Defense University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.438 KB) | DOI: 10.33172/jpbh.v10i1.811

Abstract

Makalah ini membahas pembangunan kesadaran sejarah yang kritis dan integratif untuk mendukung visi Indonesia Maju. Hal ini tidak terlepas dari apa yang terjadi belakangan ini, bahwa telah muncul sejumlah kerajaan fiktif dengan klaim historis yang tidak masuk akal dan dinilai mengancam integrasi bangsa. Berdasarkan fenomena tersebut dan telaah konsep melalui studi pustaka, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif seputar kesadaran sejarah yang perlu dibangun di tengah masyarakat, terlebih lagi di tengah era pasca-kebenaran saat ini. Kesadaran sejarah sangat penting karena baik pemikiran kritis maupun nasionalisme dapat berkembang. Fenomena terkini telah menjadi momentum bahwa membangun kesadaran sejarah seharusnya lebih didorong untuk mencegah dampak destruktif dari kemajuan teknologi informasi, seperti berita palsu yang mengarah pada kasus kriminal dan merugikan orang banyak. Jika ditelusuri ke belakang, persoalan ini bukanlah hal baru. Para sejarawan sudah sejak lama mengingatkan pentingnya membangun kesadaran sejarah. Peran setiap pihak sangat penting, mulai dari akademisi, dunia pendidikan, hingga masyarakat luas. Oleh sebab itu, membangun kesadaran sejarah bukan berarti ketinggalan zaman. Banyak inovasi dapat dilakukan sehingga kesadaran sejarah tetap memiliki relevansi dengan kekinian dan keakanan. Dengan demikian, kesadaran sejarah dapat menjadi semakin nyata dan sejarah dapat dirasakan menjadi milik semua.Kata Kunci: berita bohong, integrasi bangsa, kerajaan fiktif, kesadaran sejarah, pemikiran kritis
DIVERSITAS PANGAN POKOK DALAM SEJARAH KEBIJAKAN PANGAN DI INDONESIA Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 6, No. 1, December 2022
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v6i1.283

Abstract

This article aims to explain the history of food policy in Indonesia related to the diversity of staple foods in 1945-2021. This research used historical methods and literature studies on food policy studies. The results indicate that no continuity of staple food diversity which is the historical reality of contemporary Indonesian food policy. In the beginning, the diversity of staple food, the local wisdom of the archipelagic community, had received a considerable attention in the idealism of President Sukarno. However, it still was not fulfilled in the next period, such as in the rice politics of President Soeharto, the food security movement of President Megawati Soekarnoputri, the food import policy of President Susilo Bambang Yudhoyono, to the food barn policy of President Joko Widodo. The diversity of staple foods in contemporary government policies is accommodated in short-term, local, or partial scale programs, and not adaptive to changing times. Thus, the fulfillment of community’s staple food is still dominated by non-inclusive food policies.
EKSISTENSI BATIK DALAM DIPLOMASI INDONESIA-AFRIKA SELATAN (1990-2013) Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36424/jpsb.v9i1.355

Abstract

Artikel ini bertujuan mengkaji eksistensi batik dalam diplomasi Indonesia-Afrika Selatan pada periode kontemporer (1990-2013). Hal ini menjadi penting sebab batik telah menjadi salah satu sarana diplomasi kebudayaan Indonesia setelah pengakuan batik sebagai “Warisan Budaya Dunia” oleh UNESCO. Di sisi lain, kajian untuk melihat akar historis atas pentingnya batik sebagai sarana diplomasi kebudayaan belum memadai. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan pendekatan sejarah kebudayaan. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer berupa surat kabar serta sumber sekunder berupa literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pentingnya batik sebagai sarana diplomasi kebudayaan Indonesia dipelopori oleh Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Kecintaannya terhadap batik Indonesia, yang penuh dengan filosofi kesederhanaan, membawa dampak positif bagi perkembangan batik di negaranya dan Indonesia pada periode tersebut. Sejak saat itu, Indonesia mulai mengembangkan lebih lanjut batik sebagai sarana diplomasi kebudayaan yang unggul sampai saat ini.