Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Kesehatan

HUBUNGAN TINEA PEDIS DENGAN LAMANYA BEKERJA SEBAGAI NELAYAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU JAKARTA UTARA Fadlilla Muhtadin; Imas Latifah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v10i1.22

Abstract

Tinea Pedis merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, yakni jamur yang menginfeksi permukaan tubuh dan mengandung zat tanduk (keratin) yang terlokalisasi pada startum komeum kulit sela-sela jari kaki. Kejadian infeksi Tinea Pedis ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor lingkungan kerja dan perilaku. Nelayan adalah salah satu profesi pekerja, dimana dalam melakukan pekerjaannya selalu kontak dengan air yang menyebabkan kaki menjadi lembab dan menjadikan kaki tempat yang menguntungkan untuk pertumbuhan jamur Tinea pedis.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran infeksi Tinea pedis pada kerokan kulit sela-sela jari kaki nelayan dan hubungannya dengan lamanya bekerja sebagai nelayan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta Utara.Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi  cross sectional dengan mengambil sampel 60 nelayan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta Utara. Bahan pemeriksaan  yang digunakan  berupa kerokan kulit sela-sela jari kaki yang diambil menggunakan scalpel, yang kemudian dilakukan pemeriksaan langsung  secara mikroskopik. Dari hasil pemeriksaan  terhadap  60 sampel kerokan kulit sela-sela jari kaki nelayan  berdasarkan lamanya  bekerja  sebagai nelayan selama 3 tahun terdapat 19,51% mengalami Tinea pedis, dan nelayan yang bekerja 3 tahun tidak ada yang mengalami infeksi Tinea Pedis (0%), dan berdasarkan perhitungan statistik  dapat diketahui adanya hubungan bermakna  antara keberadaan jamur Tinea pedis pada kerokan kulit sela-sela jari kaki dengan lamanya berprofesi sebagai nelayan. Kejadian infeksi Tinea Pedis pada nelayan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu ini juga dipengaruhi oleh durasi bekerja dalam sehari dan kebiasaan menggunakan sepatu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah  semakin lama bekerja sebagai nelayan semakin besar risiko mengalami Tinea Pedis pada Nelayan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta Utara.  Kata kunci: Tinea Pedis, Nelayan, Lama Bekerja.
KORELASI GLUKOSA DAN KETON DARAH PADA PASIEN UNIT GAWAT DARURAT DAN RAWAT INAP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA Ellis Susanti; Dara Masita; Imas Latifah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 10, No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v10i2.59

Abstract

Secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi  DM  tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%) dan Sulawesi Utara (2,4%). Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang menyebabkan gangguan pada metabolisme, disebabkan kurangnya produksi insulin yang diperlukan dalam proses perubahan glukosa menjadi energi. Ketika tubuh tidak memiliki cukup glukosa, hati mengubah lemak menjadi keton. Berlebihnya keton yang ada di dalam darah disebut ketosis. Diabetes melitus tipe 2 paling banyak ditemukan di masyarakat. Terjadinya ketosis dan kemudian asidosis dapat menyebabkan kegawatan pada penyandang DM (ketoasidosis). Tujuan  dilakukannya penelitian ini  untuk mengetahui tingkat ketoasidosis pada pasien DM tipe 2 di unit gawat daraurat (UGD) dan rawat inap sehingga penanganannya dapat lebih tepat. Metode yang dilakukan yaitu  observasi potong lintang, subyek penelitian sebanyak 86 orang DM tipe 2 di UGD dan rawat inap berdasarkan rekam medik. Hasil  yang  diperoleh korelasi lemah (r= 0,352, p= 0,007) pada pasien UGD dan korelasi cukup (r= 0,570, p= 0,001) pada pasien rawat inap. Pada pasien UGD tidak mengalami ketoasi  dosis berat dibandingkan dengan pasien rawat inap, antara lain berhubungan dengan durasi patofisiologi. Kesimpulan dan Saran yaitu pasien rawat inap harus dilakukan penatalaksanaan ketoasidosis yang lebih tepat.   Kata Kunci: DM tipe 2, Glukosa, Keton, Ketoasidosis