Saiful Basri
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD Dr. Zainoel Abidin

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Syiah Kuala Firdalena Meutia; Rezania Razali; Saiful Basri; Saminan Saminan; Fanny Adlin Nurafika
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 21, No 1 (2021): Volume 21 Nomor 1 April 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v21i1.19573

Abstract

Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan terjadinya defisiensi maupun penguapan berlebihan dari air mata. Sindroma mata kering biasanya sering terjadi pada usia 40 tahun, namun akhir-akhir ini sindroma mata kering juga ditemukan pada usia 40 tahun, hal ini diduga karena meningkatnya penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone pada usia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi penggunaan smartphone dalam hal ini yaitu durasi dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Terdapat 222 responden yang menjadi sampel penelitian diantaranya terdiri dari mahasiswa angkatan 2017-2019. Sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data yaitu pada tanggal   9 hingga 16 Oktober 2020 dengan membagikan kuesioner penelitian melalui google form. Uji statistik menggunakan uji Spearman. Hasil yang didapatkan yaitu p value adalah 0,001 dan koefisien korelasi adalah 0,230, dari hal tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan dengan korelasi lemah antara penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah.Kata Kunci: Penggunaan smartphone, sindroma mata kering, mahasiswa.
Melanoma Koroid Saiful Basri
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 14, No 2 (2014): Volume 14 Nomor 2 Agustus 2014
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melanoma Koroid
Etiopatogenesis dan Penatalaksanaan Miopia pada Anak Usia Sekolah Saiful Basri
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 14, No 3 (2014): Volume 14 Nomor 3 Desember 2014
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Miopia merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Miopia dapat berkembang pada anak usia sekolah akibat pertumbuhan sumbu bola mata yang cenderung meningkat seiring pertambahan usia. Faktor genetik dan lingkungan merupakan dua faktor yang berperan membentuk miopia pada anak. Kebiasaan bekerja/membaca jarak dekat (near work) dengan akomodasi yang berlebihan akan mempengaruhi proses emetropisasi. Miopia dapat bekembang secara progresif. Pemberian kacamata dengan koreksi penuh dapat membantu anak melihat lebih jelas dengan akomodasi normal. Pemberian tetes mata atropine dosis kecil juga dapat digunakan untuk menghambat akomodasi.  Abstract. Myopia is the major cause of the blindness worldwide. Myopia can occurs at elementary school age (school myopia), which in this age the growth will alter the orbital length. Genetic and environment condition are two main factors in developing myopia in children. The habits of working and reading with close range objects (near work) with enormous accommodation of the lens, will affect the process of emmetropization. Myopia can be progressive. Eye glasses with fully corrected would help the children gain the clearer vision with normal accommodation. Admistration of the small dose of atropine eye drops can be used to prevent the further accommodation.
OKLUSI ARTERI RETINA SENTRAL Saiful Basri
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 14, No 1 (2014): Volume 14 Nomor 1 April 2014
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Oklusi arteri retina sentral merupakan suatu keadaan gawat darurat mata yang dapat menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan segera. Kelainan ini sering menyerang orang dewasa yang berusia rata-rata 60 tahun dan berhubungan erat dengan penyakit sistemik seperti hipertensi, kelainan jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, dan giant cell arteritis. Sumbatan pada arteri retina sentral dapat terjadi akibat emboli, thrombus, plakaterosklerotik, spasme dan inflamasi. Penderita mengeluh penurunan penglihatan yang tiba-tiba, dengan gambaran fundus retina berwarna pucat dan cherry red spot di macula. Penatalaksanaannya disarankan dalam waktu 24 jam sejak timbul gejala dan melibatkan disiplin ilmu lain seperti internis dan kardiologi. Metode terapi meliputi pemijatan bola mata, para sintesis bilik mata depan, pemakaian obat penurun tekanan bola mata, dan terapi hiperbarik. Prognosis penglihatan oklusi arteri retina sentral masih buruk, yang berkaitan dengan lamanya sumbatan. Abstract. Central Retinal Artery Occlusion is a true ocular emergencythat can prone total blindness due tolack of immediate proper therapy. This tend to occurs in adult with average ages of 60 years and linked with systemic diseases such as hypertension, cardiovascular diseases, diabetes mellitus, and giant cell arteritis. The occluded retinal artery established by embolism, thrombus, atherosclerotic plague, spasm, and inflammation. Patient with CRAO concerns a sudden decreased vision, with retinal fundus becoming pale with a characteristic “cherry red spot” seen in macula. Immediate therapy suggested to be delivered in first 24 hours after the onset and requires collaboration with internist and cardiologist. The therapeutic methods considered: ocular massage, anterior chamber paracentesis, administration of intraocular pressure reducer drugs, and hyperbaric therapy.  The visual recovery prognosis after CRAO therapy is still unsatisfied, due to the duration of the occlusion.  
Cystoid Macular Edema (CME) Arfini Mertia M; Saiful Basri
Jurnal Medika Nusantara Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Medika Nusantara
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59680/medika.v2i2.1140

Abstract

Cystoid Macular Edema (CME) is one of the most common causes of vision loss in postoperative cataract patients. CME occurs due to fluid accumulation in the subretinal space due to increased permeability of perifoveal capillaries and intra-ocular vascular instability which is a consequence of disruption or damage to the blood barrier layer of the retina. This condition occurs in 20% after cataract surgery, 1% of whom have clinical symptoms in the form of a significant decrease in vision. Provision of medicamentose therapy after surgery can optimize sharp vision and treat CME. The patient who entered from the poly RSUDZA was an 82-year-old man with complaints of blurred left eye and winding vision since the patient sneezed 1 week after cataract surgery. Patients are given artificial tears eye drops and topical NSAIDs as well as education for drug adherence. The response to therapy is quite good where there is improvement in vision and on OCT examination there is a reduction in macular thickness.