Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI PADA CANDIDA ALBICANS Vivi Keumala Mutiawati
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 16, No 1 (2016): Volume 16 Nomor 1 April 2016
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Candida albicans menyebabkan sejumlah infeksi seperti kandidiasis mukosa, kandidiasis diseminata dan infeksi oportunistik. Candida albicans adalah monomorphic yeast dan yeast like organisme, tumbuh dengan baik pada suhu 25-300C dan juga 35-370C. Infeksi yang disebabkan kandida dapat berupa akut, subakut atau kronis pada seluruh tubuh manusia. Candida albicans dapat diisolasi tumbuh pada media agar dalam waktu tiga hari dengan koloni berbentuk seperti pasta krim lembut. Candida albicans mempunyai kemampuan untuk membentuk tabung benih/germ tubes dalam serum, atau spora besar berdinding tebal yang dinamakan klamidospora. Bahan klinis yang dipakai untuk pemeriksaan dapat berupa kerokan kulit atau kuku, sputum, sekret bronkus, urin, tinja, usap mulut, sekret telingga, sekret vagina, darah, cairan tubuh lain atau jaringan. Bahan klinis yang akan diperiksa harus dengan cara steril dan ditempatkan dalam wadah steril. Diagnosis laboratorium mikrobiologi dapat dilakukan melalui pemeriksaan langsung, kultur, serologi dan biologi molekuler. (JKS 2016; 1: 53-63) Kata Kunci : Laboratorium, candida albicans, kandidiasis Abstract. Fungal infection known as mycosis cause of candidiasis, particularly those caused by Candida albicans. These organism caused a number of infections vary from mucosal candidiasis to disseminated candidiasis, and was a fungal infection that caused the highest incidence of oportunistic infections. Candida albicans is monomorphic yeast and yeast like organism, which grow wll at temperatures 25-300C and also can grow at 35-370C. Candida albicans can be isolated on agar media within there days, with a colony shaped like smooth creamy paste, and be recognized with the abilty to form germ tube in serum or the formation of large thick-walled spores called chlamydospore. Clinical sample that would be used to form the examination ware skin or nail scrappings, sputum, bronchial secretions, urine, faces, mucosal swap of ears, mounth or vagina, and also blood, other body fluids or tissue. Clinical material must be collected and arraged with sterile manner and placed in a sterile containers. Labotory diagnosis can be made through direst examination, culture, serological anda molecular biology. The diagnosis of deep candidal lesions should be done with histological axamination. (JKS 2016; 1: 53-63) Keywords : Labotory, Candida albicans, candidiasis
HEMOLYTIC DISEASE OF THE NEWBORN Vivi Keumala Mutiawati
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 18, No 2 (2018): Volume 18 Nomor 2 Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v18i2.18001

Abstract

Abstrak. Pemahaman penyakit hemolitik pada bayi baru lahir telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Penyakit hemolitik akibat inkompatibilitas ABO dan aloantibodi lainnya kini muncul sebagai penyebab utama. Banyak negara telah mengidentifikasi aloantibodi selain anti D sebagai penyebab penyakit hemolitik dengan gejala klinis sedang sampai dengan berat. Prevalensi dan frekuensi populasi antibodi anti-A dan anti B dari golongan darah ABO berguna dalam memprediksi perkiraan anak yang lahir oleh wanita golongan darah O yang menikahi suami golongan darah bukan O yang berisiko menjadi ABO HDN. Kelainan ABO HDN disebabkan oleh antibodi IgG pada ibu disebabkan kemampuan IgG untuk melewati sawar darah plasenta. Eritrosit yang peka oleh antibodi dihancurkan oleh makrofag pada limpa janin dengan gejala klinis hiperbilirubinemia. Kelainan ABO HDN memberikan gambaran klinis yang lebih ringan pada populasi, dan ditandai dengan derajat hemolisis yang ringan. Diagnosis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan bayi baru lahir yang telah mengalami ikterus pada hari pertama kehidupan. Keywords: Penyakit hemolitik bayi baru lahir, aloantibodi golongan darah, ikterus Abstract. The spectrum of hemolytic disease of the newborn has changed over the last decades. Hemolytic disease due to ABO incompatibility and other alloantibodies has now emerged as major causes. Many countries have identified alloantibodies other than anti D as a cause of moderate-severe hemolytic disease. The prevalence of immune anti A and anti B antibodies and the population and gene frequencies of the various ABO blood groups are useful in predicting an estimate of children born by blood group O women married to non-group O husband who are at risk of developing ABO HDN. ABO HDN is caused by IgG maternal antibodies which have the ability to cross the placental barrier. The red cells which are sensitized by the antibodies are destroyed by macrophages in fetal spleen with consequent hyperbilirubinemai. ABO HDN is described as a condition having a very low incidence in the population and characterized by a a mild degree of hemolysis. Diagnosis is usually made by investigation of a newborn baby who has developed jaundice during the first day of life. Keywords: Hemolytic disease of the newborn, blood groups alloantibodies, joundice 
PERBEDAAN DERAJAT AGLUTINASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ANTARA ERITROSIT TANPA PENCUCIAN DENGAN PENCUCIAN PADA PENDERITA TALASEMIA Vivi Keumala Mutiawati
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 13, No 2 (2013): Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Pasien talasemia sering mendapatkan transfusi darah selama masa pengobatan. Derajat aglutinasi golongan darah dapat dilihat pada waktu pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah dengan metode slide selama ini tidak dilakukan pencucian untuk eritrositnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan derajat aglutinasi golongan darah yang tidak dilakukan pencucian dengan pencucian terhadap sel eritrosit yang diperiksa pada penderita talasemia. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada bulan Juli 2010 di Bagian DDD RSHS Bandung. Sampel penelitian adalah 37 orang penderita talasemia yang diperiksa golongan darah ABO dan Rhesus dengan metode slide. Semua sampel diperiksa golongan darah sebelum sel eritrosit dilakukan pencucian, kemudian diperiksa kembali setelah sel eritrositnya dilakukan pencucian dengan larutan fisiologis. Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan metode chi square test. Perbandingan antara golongan darah dengan anti-A, anti-B dan anti-Rh diantara eritrosit yang tidak dilakukan pencucian dengan pencucian terdapat perbedaan yang signifikan. (Nilai p 0,001, 0,001 dan 0,039). Hasil penelitian menunjukan perbedaan derajat aglutinasi pemeriksaan golongan darah yang tidak dilakukan pencucian dengan pencucian sel eritrosit pada penderita talasemia.  Abstract. Thalassemia patients often receive blood transfusion. Degree of agglutination of blood group examination to determine blood type. During this time there was no examination of blood group slides methods done without washing erythrocyte. The aim of this study is to determine the differences in the degree of agglutination of the blood group between unwashed and washed erythrocytes of the thalassemia patients. This cross sectional study was conducted in DDD RSHS Bandung on July 2010. Thirty-seven thalasemia patients samples are checked for ABO blood groups and Rhesus slide method. The samples were not washed and washed with saline. The results were analyzed by chi square test. Comparation between anti-A, anti-B dan anti-Rh among erythrocyte not washed and washed was significant. (p value 0,001, 0,001 and 0,039). There are differences in the degree of agglutination of blood group examination of washed and unwashed erythrocytes in thalassemia patients.
Hubungan Kadar Trombosit dengan Derajat Wagner Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUDZA Banda Aceh Meliza Yuliansari; Vivi Keumala Mutiawati; Masra Lena Siregar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 November 2017
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12.13 KB)

Abstract

 ABSTRAKDiabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hipergikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Kaki diabetik adalah komplikasi kronik yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2. Disfungsi trombosit yang terjadi pada penderita kaki diabetik menyebabkan trombosis sehingga berisiko terjadi kaki diabetik dan manifestasi gangren.  Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi kaki diabetik di RSUDZA Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling sebanyak 49 sampel. Pengelolaan evaluasi data menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dan analisis korelasi Spearman. Hasil uji normalitas data berdistribusi tidak normal (p=0.014). Berdasarkan penelitian dan klasifikasi derajat Wagner terdapat 17 pasien derajat 1, derajat 2 sebanyak 11 pasien, derajat 3 sebanyak 9 pasien dan derajat 4 sebanyak 12. Hasil uji korelasi sperman korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah antara kadar trombosit dengan kejadian kaki diabetik (p=0.043;(r)=0.296). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna kadar trombosit dengan kejadian kaki diabetik dengan kekuatan hubungan bernilai lemah. Kata kunci: Derajat Wagner, Diabetes melitus, Kaki diabetik, Trombosit ABSTRACTDiabetes mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglycemia that caused by abnormalities of insulin secretion, insulin function or both of them. Diabetic foot is a chronic complication that often occurs to diabetes mellitus type 2 patients. Platelets dysfunction that happen to a diabetic foot patients which will lead to thrombosis, so the risk of diabetic foot and gangrene manifestation occur. This type of research is an analytical observational by cross sectional design. The sample of this research is a diabetes mellitus patient type 2 with diabetic foot complication at RSUDZA Banda Aceh. Sampling was conducted using consecutive sampling method, it is 49 samples. Management of data evaluation use normality test of Kolmogorov-smirnov data and Spearman correlation analysis. The result of normality test shows that data distribution is abnormal (p=0.014). Based on research and Wagner degree there are 17 first degree patients, second degree are 11 patients, 9 person of third degree patients  and 12 person of fourth degree patients. And there is a positive correlation by low correlation count between the platelet count and the occurrence of diabetic foot (p=0.043;(r)=0.296). The conclusion of this research is there is a correlation between the platelet count and the occurrence of diabetic foot by a low correlation. Key words : Wagner degree, Diabetes mellitus, Diabetic foot, Platelet
The Effect of Earthquakes and Tsunamis Preparedness on Anxiety Levels: A Case Study of Alue Naga Village, Banda Aceh Ika Mawarni; Taufik Suyadi; Subhan Rio Pamungkas; Vivi Keumala Mutiawati
International Journal of Disaster Management Vol 3, No 2 (2020): December
Publisher : TDMRC, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.787 KB) | DOI: 10.24815/ijdm.v3i2.18720

Abstract

Preparedness is a new paradigm in the context of disaster management. In order to reduce casualties, property losses, and psychological impacts, the community must improve their preparedness. Alue Naga Village, Banda Aceh is one of the earthquakes and tsunami-prone areas. This study aims at determining the effect of earthquake and tsunami preparedness on the level of community anxiety. It utilized an analytic observational method, with a cross-sectional approach with 100 respondents. Data obtained from questionnaires were analyzed using the Kolmogorov Smirnov test. This study demonstrated that 90% of respondents have low preparedness and 70% have mild anxiety levels. It concluded that there is no significant effect between the earthquake and tsunami preparedness on the level of community anxiety in Alue Naga Village, Banda Aceh, with p value= 0.864 (p 0.1). This study recommends more research, especially on the important aspects of preparedness and anxiety levels.
Faktor Risiko, Gangguan Hemorheologi dan Outcome pada Pasien Stroke Iskemik Pasca Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Syahrul; Imran; Vivi Keumala Mutiawati
Journal of Medical Science Vol 4 No 1 (2023): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55572/jms.v4i1.95

Abstract

Gangguan hemoreologi berupa peningkatan kadar D-dimer dan penurunan nilai INR pada pasien stroke dengan Corona Virus Disease (COVID-19) merupakan faktor potensial penyebab perubahan sirkulasi serebral, sehingga dibutuhkan strategi baru dalam manajemen stroke fase akut dan pasca stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko, gangguan hemoreologi, dan outcome pada pasien stroke iskemik pasca pandemi COVID-19 dengan metodelogi cross sectional study. Penelitian dilakukan pada tahun 2022 di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap penderita stroke iskemik yang dibuktikan dengan pemeriksaan CT scan kepala, usia 45−75 tahun, dengan seluruh pasien dilakukan pemeriksaan hemoreologi darah. Dijumpai 90 pasien stroke iskemik, terdiri dari 52 laki-laki dan 38 perempuan, dengan faktor risiko hipertensi 79%, diabetes melitus 39%, penyakit jantung 9%, dan riwayat stroke 16%.  Hasil pemeriksaan D-dimer adalah 1124.7+1293.0, dan INR 1.1+0.2, dengan analisis one way ANOVA tidak menunjukkan perbedaan bermakna berdasarkan outcome fungsional stroke (p>0.05). Berdasarkan uji korelasi hanya D-dimer yang menunjukkan hubungan bermakna dengan outcome stroke iskemik (koefisien korelasi -0.220, p=0.037), di mana makin tinggi kadar D-Dimer maka makin jelek outcome stroke iskemik, demikian juga sebaliknya.