I Nyoman Latra
Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemodelan Kasus Pneumonia Balita Di Kota Surabaya dengan Geographically Weighted Poisson Regression dan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic Fitria Nur Maghfiroh; I Nyoman Latra; Purhadi Purhadi
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.10609

Abstract

Salah satu penyakit menular yang menjadi ancaman bagi balita adalah pneumonia. Kabupaten/kota yang memiliki kasus pneumonia balita tinggi adalah Kota Surabaya. Untuk menanggulangi kasus pneumonia balita, maka perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya serta perlu mendeteksi keberadaan kantong-kantong kasus pneumonia balita. Dalam penelitian dilakukan pemodelan jumlah kasus pneumonia balita dengan Geographically Weighted Poisson Regression (GWPR) dan mendeteksi kecamatan mana saja yang menjadi kantong kasus pneumonia balita di Kota Surabaya dengan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic. Hasil pemodelan GWPR diperoleh bahwa dari variabel persentase balita gizi buruk, balita mendapat vitamin A dua kali, cakupan pelayanan, kepadatan penduduk, PHBS, rumah sehat dan rumah tangga miskin menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh di tiap kecamatan berbeda-beda, berdasarkan kesamaan variabel yang berpengaruh didapatkan 11 kelompok. Untuk Hasil deteksi kantong pneumonia balita menggunakan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic didapatkan empat kantong yang menunjukkan bahwa kecamatan yang berada dalam kantong memiliki resiko tinggi ditemukannya jumlah kasus pneumonia balita dibandingkan di luar kantong, diantaranya kantong 1 terdiri atas Kecamatan Benowo yang memiliki nilai resiko sebesar 2,32. Kantong 2 terdiri atas Kecamatan Tenggilis Mejoyo yang memiliki nilai resiko sebesar 1,80. Sedangkan kantong 3 terdiri atas Kecamatan Sukomanunggal, Genteng, Bubutan, Simokerto, Pabean Cantikan, Kenjeran, Tambaksari dan Sawahan yang memiliki nilai resiko sebesar 1,74 dan kantong 4 terdiri atas Kecamatan Gayungan yang memiliki resiko  sebesar 1,73.
PEMODELAN DAN PEMETAAN JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURABAYA DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION (GWNBR) DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC Urifah Hidayanti; I Nyoman Latra; Purhadi Purhadi
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.755 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.11183

Abstract

Menurut Laporan Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2013, angka kematian penderita DBD berada di atas target, yaitu mencapai 1,04 persen. Target Angka Bebas Jentik sebesar 95 persen, sedangkan realisasinya 86 persen. Dari 38 kabupaten atau kota yang ada di Jawa Timur, Kota Surabaya merupakan kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan jumlah kasus DBD di Surabaya dengan menggunakan metode Geographically Weighted Binomial Negative Regression (GWBNR) dan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic untuk mendeteksi kantong-kantong kasus DBD.  Hasil penelitian dengan pembobotan Bisquare Kernel diperoleh 12 kelompok yang dikelompokkan berdasarkan variabel yang signifikan dimana faktor yang mempengaruhi di semua kecamatan adalah kepadatan penduduk, rasio dokter umum, dan rasio Puskesmas . Hasil Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic menunjukkan bahwa terdapat tiga kantong DBD. Daerah paling rawan yaitu kecamatan Benowo yang memiliki nilai resiko relatif sebesar 2,340. Daerah rawan terdiri dari kecamatan Sukomanunggal, Tandes, Sambikerep, Genteng, Tegalsari, Tenggilis Mejoyo, Sawahan, Wonokromo, Karangpilang, Dukuh Pakis, Wiyung, Gayungan, Wonocolo, dan Jambangan dengan resiko relatif sebesar 1,688. Daerah  terdiri dai kecamatan Simokerto, Gubeng, Tambaksari, Rungkut, Gunung Anyar, Sukolilo, dan Mulyorejo dengan nilai resiko relatif sebesar 1,308.