Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KARAKTERISTIK DAN KERAGAMAN MORFOLOGIS BEBERAPA AKSESI PADI SAWAH LOKAL DATARAN TINGGI KABUPATEN MAMASA DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA Marthen P Sirappa; Religius Heryanto; Nurdiah Husnah
Jurnal Ilmiah Maju Vol 1 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Maju Vol.1 No.2 Juli - Desember 2018
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.413 KB)

Abstract

Rice is a major component in the national food security system. Indonesia is one of the sources of rice diversity, where the Center for Rice Research has about 17,000 germplasm accessions. This diverse germplasm represents the basic capital for assembly and repair of rice varieties. Activity inventory and characterization of local rice paddy Mamasa done in 2014 and 2015 with survey method. The inventory and characterization data were tabulated and then analyzed descriptively. The result of inventory and characterization shows that in Batupapan and Siwi village, Nosu sub-district, Mamasa district was found 9 types of accession of local highland rice. Of the nine accessions of local rices, pare Tongoran is a type of rice belonging to Indica and eight other species (Pare Kamandang, Kuse, Riri, Lotting, Sassan, Bae' Putih, Bae' Merah/Ba'da and Bittoen) including Javanica. Three accessions that have many chicks, namely pare Kamandang (15-22 tillers/clumps), pare Tongaran (20-22 tillers/clumps), and pare Bittoen (18-19 tillers/clumps). The number of grains per grain ranged from 100-237 grains, panicle length of 24 -33 cm, and weight of 1000 seeds 25 - 31.6 g. Based on the color of rice, the accession is classified as rice of red rice (Pare Kuse, Bae' Merah / Ba'da, Tongoran and Kamandang) and one accession belonging to black rice (pare Lotting), four other accessions belonging to white rice (Bittoen, Bae' Putih, Sassan and Riri). One accession belongs to aromatic rice (pare Sassan). Accession of upland rice which has potential to be developed as a source of germplasm such as pare Lotting (black rice, health rice, and many used for social events), pare Tongoran and Kamandang (red rice, many tillers, health rice, number of grain/panicle are many; pare Sassan (aromatics, weight of 1000 grain seeds is high). Keywords: characteristic, morphological diversity, potency, local rice, highland.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK KABUPATEN MAMASA: KARAKTERISTIK CABAI LOKAL PANA’ LIPPAK-LIPPAK Marthen P. Sirappa; Religius Heryanto; Nurdiah Husnah
Jurnal Ilmiah Maju Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Maju Vol.2 No.2 Juli - Desember 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.964 KB)

Abstract

Keanekaragaman hayati memegang peranan penting dalam pembangunan nasional, baik sebagai sumberdaya hayati, sumber gen dalam program persilangan maupun sebagai sistem penyangga kehidupan. Karakterisasi merupakan salah satu bagian penting dalam pengelolaan sumber daya genetik untuk mendapatkan data karakter tanaman sebagai penciri dan pembeda dengan jenis lainnya. Kegiatan ini dilakukan melalui survei, observasi dan karakterisasi terhadap sumber daya genetik lokal spesifik. Data karakterisasi tanaman dituangkan dalam formulir pendaftaran varietas yang diajukan kepada Pemerintah Daerah untuk ditandatangani, dan selanjutnya dikirim ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) secara online untuk mendapatkan tanda daftar sertifikat. Hasil survei dan karakterisasi menunjukkan bahwa Sulawesi Barat memiliki sumber daya genetik yang beragam, termasuk cabai lokal Pana’ Lippak-Lippak Kabupaten Mamasa. Jenis cabai lokal tersebut mempunyai potensi dan peluang pasar yang cukup baik. Pana’ Lippak-Lippak telah didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebagai SDG tanaman lokal milik kabupaten Mamasa dengan adanya “Tanda Daftar Varietas Tanaman” yang dikeluarkan oleh PPVTPP, dengan Nomor 792/PVL/2018, tanggal 12 November 2018. Dengan terbitnya Tanda Daftar Varietas Tanaman tersebut menunjukkan bahwa Pana’ Lippak-Lippak menjadi milik masyarakat Mamasa dan telah tercatat dalam Daftar Umum Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) serta diumumkan dalam Berita Resmi PVT. Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah pelepasan varietas cabai lokal Mamasa sebagai varietas unggul local untuk dapat dimanfaatkan secara luas.
SISTEM PERBENIHAN PADI DI SULAWESI BARAT Religius Heryanto; Syamsuddin Syamsuddin; Hatta Muhammad
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 1: Edisi Januari 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.604 KB)

Abstract

Inovasi teknologi yang diandalkan dalam peningkatan produktivitas padi adalah varietas unggul berdaya hasil tinggi. Pada saat ini masih banyak  petani yang belum menggunakan benih padi bermutu atau bersertifikat. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih bermutu  pada saat diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan benih secara “enam tepat” diperlukan sistem perbenihan yang ideal dengan menata regulasi perbenihan yang ada di Sulawesi Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah, peluang, dan kekuatan perbenihan dalam menata regulasi perbenihan di Sulawesi Barat. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Produktivitas dan produksi padi di Sulawesi Barat masih berpotensi untuk ditingkatkan dari 3,82 ton per ha menjadi delapan ton per ha melalui penggunaan benih bermutu, penggunaan varietas unggul baru, penerapan teknologi produksi, penanganan panen dan pascapanen yang tepat serta pembinaan penangkar atau produsen benih di setiap daerah; (2) Kebutuhan benih di Provinsi Sulawesi Barat  setiap tahun berkisar 2.484,183 ton dengan asumsi 30 kg per ha, sedangkan kemampuan produksi oleh lembaga produsen benih hanya 1.231 ton per tahun; (3) Beberapa kendala yang menjadi permasalahan dalam peningkatan kinerja penangkar/lembaga penyediah benih antara lain: (a) Kapasitas sumberdaya manusia pelaksana sangat rendah, baik kuantitas maupun kualitas, (b) bangunan dan peralatan tidak terawat dengan baik sehingga kurang berfungsi dengan baik, (c) tidak tersedianya sarana dan prasarana dalam memproduksi benih sumber
POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KEDELAI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI BARAT Religius Heryanto
Agros Journal of Agriculture Science Vol 18, No 1: Edisi Januari 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.515 KB)

Abstract

Sulawesi Barat merupakan salah satu wilayah pendukung dalam pencapaian swasembada bahan pangan nasional. Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan.  Pada saat ini, tingkat produktivitas yang diperoleh di Sulawesi Barat masih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil genetik yang dihasilkan lembaga penelitian. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya penerapan/inovasi teknologi dalam budidaya dan terjadinya penurunan area tanam yang cukup tajam dari tahun-tahun sebelumnya. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai potensi dan strategi peningkatan produksi kedelai mendukung swasembada berkelanjutan di Sulawesi Barat. Hasil menunjukkan bahwa a) target produktivitas kedelai di Sulawesi Barat masih berpotensi untuk ditingkatkan dari 1,25 ton/ha menjadi 2 ton/ha melalui penggunaan benih bermutu, penggunaan varietas unggul baru, penerapan teknologi produksi, penanganan panen dan pascapanen yang tepat serta pembinaan penangkar/produsen benih disetiap daerah, b) potensi pengembangan kedelai di Sulawesi Barat masih terbuka cukup lebar, melalui Strategi peningkatan produksi kedelai yang diarahkan pada empat aspek yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, dan pembinaan kelembagaan