Yan Bony Marsahala
Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI TENTANG DAYA REAKTIF SISTEM DISTRIBUSI JALUR B RSG-GAS Yan Bony Marsahala
Jurnal Perangkat Nuklir Vol 4, No 7 (2010): Mei 2010
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.487 KB)

Abstract

STUDY FOR REACTIVE POWER ON DISTRIBUTION SYSTEM LINE B RSG-GAS. Study for reactive power on distribution system line B RSG-GA is already done. The study intended to evaluate how much inductive load need the reactive power (positive), how much power factor, and what will be done to increase the power factor. The reactive power is the losses power, can't be changed into energy, but it is need for transmission process and it is cause the energy losses. The loads on distribution system line B consist of induction motors which are used for primary cooling system and secondary cooling system, lift, blower on cooling tower, and air condition system. Due to the motors using, the power factor are falling down to low. By the calculation results give that the inductive loads on distribution line Bare 850 KVA and these loads caused the low power factor 0.80. If we want to increase the power factor up to 0, 95, it is need to install the reactive loads likes capacitor bank 250 KVAR. STUDI TENTANG DAYA REAKTIF PADA SISTEM DISTRIBUSI JALUR B RSG-GAS.Telah dilakukan studi ten tang daya reaktif pada sistem distribusi jalur B. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui berapa besar beban induktif yang membutuhkan daya reaktif (positip) yang dilayaninya, berapa faktor daya, dan bagaimana cara menaikkan faktor daya tersebut. Daya reaktif itu merupakan daya tidak berguna, tidak dapat dirubah menjadi tenaga, namun diperlukan untuk proses transmisi dan ia akan menyebabkan pemborosan energi. Beban terpasang pada sistem distribusi jalur B terdiri atas motor-motor induksi yang digunakan pada sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder, peralatan angkat (lift), blower pada menara pendingin, dan sistem pengkondisian udara. Karena penggunaan motor tersebut, maka faktor daya menjadi rendah. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada sistem distribusi jalur B terdapat 850,40 KVA beban terpasang induktif, dan beban ini menyebabkan faktor daya rendah pada kisaran harga 0,80. Bila diinginkan menaikkan faktor daya ke tingkat 0.95 maka diperlukan pemasangan beban reaktif (negatip) berupa kapasitor 250 KVAR.  
PENENTUAN DEGRADASI KEMAMPUAN SISTEM PEMIPAAN PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS Djaruddin Hasibuan; Yan Bony Marsahala; Putut Hery Setiawaan
Jurnal Perangkat Nuklir Vol 5, No 1 (2011): Mei 2011
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.706 KB)

Abstract

A DETERMINATION OF DEGRADATION CAPABLITY OF RSG-GAS PIPING SECONDARY COOLING SYSTEM. A research of degradation capabilities of RSG-GAS secondary cooling piping system has been done in G.A. Siwabessy Multy Purpose Reactor Serpong. The research involved hardness test and thickness inspection of the pipe wall. The results of the research are 139 BHN and 1,085 mm for minimum hardness and minimum thickness of the pipe wall respectively. Booth of these data were used to determine the current maximum stress of the pipe. The magnitude of degradation capablity is defined as the ratio of current stress and design time stress value. By knowing (measuring) the degradation capablity of the RSG-GAS secondary cooling system, better maintenance management system could be established in order to maintain safe and reliable operation of the reactor. PENENTUAN DEGRADASI KEMAMPUAN SISTEM PEMIPAAN PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS, Telah dilakukan penelitian penentuan degradasi kemampuan sistem pemipaan pendingin sekunder di Reaktor serba Guna-G.A.Siwabessy (RSG-GAS) Serpong. Penelitian yang dilakukan meliputi: pengujian kekerasan material dinding pipa dan inspeksi ketebalan dinding pipa. Hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh nilai kekerasan minimum adalah 139 BHN dan tebal minimum pipa (tm) is 1,085 mm. Kedua data ini digunakan untuk menentukan degradasi kemampuan pada kondisi operasi normal saat ini. Perbandingan tegangan maksimum hasil penelitian ini dengan tegangan maksimum pada rancangan awal adalah merupakan besaran degradasi kemampuan sistem pemipaan tersebut. Dengan diketahuinya degradasi kemampuan sistem pemipaan pendingin sekunder ini, maka sistem managemen perawatan sistem pemipaan pendingin sekunder RSG-GAS dapat ditentukan, dan pengoperasian reaktor yang aman dan handal dapat dipertahankan.