Masudi Masudi
STAIN Kudus

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RUU PERADILAN AGAMA PADA LEGISLASI NASIONAL 2010 DALAM TELAAH GENDER Kastoro, Widiarsih; Masudi Masudi
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 7, No 1 (2014): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v7i1.1001

Abstract

Ketimpangan yang dapat menimpa kaum perempuandalam praktik poligami atau model perkawinan lainnya,seperti sirri (sembunyi-sembunyi), mut’ah (kontrak), danperkawinan tanpa wali hakim yang tidak berhak harusditangani dengan penanganan yang terarah. Artikelini mencoba untuk melihat bagaimana Usulan RUU Peradilan Agama dalam Legislasi Nasional 2010 yang menjadi sandaran hukum dalam penentuan sanksi pidana bagi para pelaku poligami, nikah siri, kawin kontrak,dan wali hakim yang tidak sah di mata hukum. Satu halyang menarik bahwa pro kontra yang muncul akibatRUU ini merupakan satu hal yang mutlak. Namun perluditekankan bahwa kearifan dan kebijaksanaan setiapelemen bangsa Indonesia merupakan penentu eksistensiIslam yang “membumi” sebagai perwujudan semangat “rahmatan lil’alamin”.Kata Kunci: Kesetaraan, RUU Peradilan Agama, perkawinan Islam proposed equality for both men and women not only in terms of their public relation but also domesticone, i.e. marital relationship. Unfair treatment that facedby women in the practice of polygamy or other marital models, such as sirri marriage, mut’ah contract, andmarriage without a legal guardian should be solved bydirectional handling system. This article tries to see howthe Proposed Religion Justice Bill, which became theNational Legislation and the laws in the determinationof criminal sanctions for the actors of polygamy,unregistered marriage, mut’ah contract, and alsomarriage without a legal guardian in the eyes of the law.One interesting thing that the pros and cons that arise asa result of this bill is an absolute must. However, it shouldbe emphasized that the wisdom and discretion of eachelement of the Indonesian people is what determines theexistence of Islam that is “grounded” as the embodimentof the spirit of “rahmatan lil’alamin”.Key words: equality, Proposed Religion Justice Bill,marriage.
Perubahan Paradigma Beragama (Analisis Perubahan Pemikiran Keagamaan Masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus) Kastoro, Widiarsih; Masudi Masudi
FIKRAH Vol 4, No 2 (2016): FIKRAH: JURNAL ILMU AQIDAH DAN STUDI KEAGAMAAN
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Jurusan Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.335 KB) | DOI: 10.21043/fikrah.v4i2.1770

Abstract

Membincang tentang fenomena keberagamaan masyarakat, situasi yang berjalan di tengah-tengah mereka akan senantiasa menjadi titik sorot untuk menjelaskan ihwal kehadiran, dimulai dari tradsi, kebudayaan, etnik, agama, dan realitas kehidupan sosial yang berjalan. Fenomena beragama yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat akan menjadi bagian penyimpulan yang bisa dikaji, bagaimanakah kondisi nyata keberagamaan masyarakat yang berjalan. Kenyataan keberagamaan yang ada di masyarakat inilah nantinya akan mengisi ruang-ruang persepsi masyarakat akan bukti hakiki makna agama dalam kehidupan mereka.Mengamati dinamika keberagamaan yang berjalan di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus, penelitian ini terfokus untuk mengkaji fenomena perubahan paradigma masyarakat tentang agama. Berpijak kepada dinamika kehidupan masyarakat yang tergolong abangan, terdapat hal unik yang bisa dieksplorasi mengenai keberagamaan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus. Beragama di antara mereka masih tampak mengadaptasi dengan kegiatan kebudayaan yang cenderung ambigu dalam hukum agama. Dalam hal ini bisa dijelaskan seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi. Namun, di antara aktivitas ambigu dalam kaca pandang agama tersebut, masyarakat juga aktif untuk melaksanakan kirim doa kepada para leluhur yang sudah meninggal (hajatan) atau juga membaca silsilah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani manaqiban.Kehidupan beragama masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus menampakkan adanya perubahan pola keberagamaan. Dimulai dari masifnya kondisi masyarakat yang tergolong abangan, mereka mulai beralih untuk aktif mengisi waktu-waktu luang mereka guna beribadah menjalankan perintah-perintah agama. Aktivitas kebudayaan yang masih banyak dijumpai, seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi, hal tersebut mulai terkikis dengan kegiatan mereka untuk memenuhi tuntutan agama.