Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

NOTES ON THE TEREBRALIA PALUSTRIS (GRASTROPODA) FROM THE CORAL ISLANDS IN THE JAKARTA BAY AREA Soemodihardjo, Subagjo; Kastoro, Widiarsih
Marine Research in Indonesia Vol 18 (1977)
Publisher : Research Center for Oceanography - Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.359 KB) | DOI: 10.14203/mri.v18i0.367

Abstract

A dense population of Terebralia palustris occurs in many coral islands in the Jakarta Bay area, living usually in association with mangrove communities. A preliminary study on this gastropod has been carried out in two islands, Pulau Rambut and Pulau Burung, which concerned with population density and structure, length-weight relationship, rate of growth, and the effect of prolonged desiccation and starvation. Analyses were made on the properties of the substrate including soil component, organic matter content, pH, salinity, and daily temperature fluctuation at the soils surface.No less than 130 specimens per square meter were counted in the most densely populated place in Pulau Rambut. The length frequency distribution showed a bimodal histogram, and the length-weight relationship was represented by the following equation: W = 0.00024 L25534 where : W = dry weight in gram; L = length in milimeter.A number of young individuals were confined in a fenced area for growth study. During the first four-month they gained an average additional length of 10 mm. Out of water and starved this gastropod may survive for three months.
RUU PERADILAN AGAMA PADA LEGISLASI NASIONAL 2010 DALAM TELAAH GENDER Kastoro, Widiarsih; Masudi Masudi
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 7, No 1 (2014): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v7i1.1001

Abstract

Ketimpangan yang dapat menimpa kaum perempuandalam praktik poligami atau model perkawinan lainnya,seperti sirri (sembunyi-sembunyi), mut’ah (kontrak), danperkawinan tanpa wali hakim yang tidak berhak harusditangani dengan penanganan yang terarah. Artikelini mencoba untuk melihat bagaimana Usulan RUU Peradilan Agama dalam Legislasi Nasional 2010 yang menjadi sandaran hukum dalam penentuan sanksi pidana bagi para pelaku poligami, nikah siri, kawin kontrak,dan wali hakim yang tidak sah di mata hukum. Satu halyang menarik bahwa pro kontra yang muncul akibatRUU ini merupakan satu hal yang mutlak. Namun perluditekankan bahwa kearifan dan kebijaksanaan setiapelemen bangsa Indonesia merupakan penentu eksistensiIslam yang “membumi” sebagai perwujudan semangat “rahmatan lil’alamin”.Kata Kunci: Kesetaraan, RUU Peradilan Agama, perkawinan Islam proposed equality for both men and women not only in terms of their public relation but also domesticone, i.e. marital relationship. Unfair treatment that facedby women in the practice of polygamy or other marital models, such as sirri marriage, mut’ah contract, andmarriage without a legal guardian should be solved bydirectional handling system. This article tries to see howthe Proposed Religion Justice Bill, which became theNational Legislation and the laws in the determinationof criminal sanctions for the actors of polygamy,unregistered marriage, mut’ah contract, and alsomarriage without a legal guardian in the eyes of the law.One interesting thing that the pros and cons that arise asa result of this bill is an absolute must. However, it shouldbe emphasized that the wisdom and discretion of eachelement of the Indonesian people is what determines theexistence of Islam that is “grounded” as the embodimentof the spirit of “rahmatan lil’alamin”.Key words: equality, Proposed Religion Justice Bill,marriage.
STRATEGI “SURVIVAL OF THE FITTEST” SANTRI PEKERJA BURUH PABRIK ROKOK DI PT. DJARUM KUDUS Kastoro, Widiarsih; Masudi Masudi
Al-Qalam Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.853 KB) | DOI: 10.31969/alq.v25i1.698

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang perwujudan doktrin agama dalam menginisiasi sikap hidup santri pekerja buruh Pabrik Rokok PT. Djarum Kudus. Kondisi pabrik yang mengikat menjadi unit analisis untuk diungkapkan di dalamnya usaha santri pekerja buruh Pabrik Rokok PT. Djarum Kudus bertahan hidup di antara kebutuhan sehari-hari dan ekseptasi peraturan pabrik yang mengikat. Analisis lanjutan dalam penelitian ini eksplorasi atas nilai-nilai penguat yang menetapkan santri pekerja buruh Pabrik Rokok PT. Djarum Kudus bertahan bekerja dalam ruang pekerjaan yang menyulitkan.Penelitian ini adalah bagian dari penelitian antropologi dengan fokus metodisnya penelitian kualitatif. Observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi, menjadi bagian pengumpulan data untuk merumuskan penelitian ini memeroleh data lapangan yang dirancang. Penelitian ini berlangsung di antara tahun 2015 sampai 2017.Penelitian ini menemukan kehidupan para santri pekerja buruh PT. Djarum Kudus dapat berjalan dalam ruang keagamaan yang sudah ditentukan dalam agama. Kesungguhan mereka untuk berjalan dalam koridor agama didasarkan kepada kesadaran mereka bahwa kehidupan di dunia dan akhirat harus berjalan dalam kepaduannya. Keterpaduan hidup ini mewujud secara seksama dalam kehidupan para santri pekerja buruh Pabrik Rokok PT. Djarum Kudus yag menyadari dirinya sebagai pribadi yang harus bekerja, mengaji, dan berdagang. Perspektif Gusjigang menjadi dasar realistis para santri untuk terus bekerja dalam lingkup kehidupan pabrik yang menyita.
Perubahan Paradigma Beragama (Analisis Perubahan Pemikiran Keagamaan Masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus) Kastoro, Widiarsih; Masudi Masudi
FIKRAH Vol 4, No 2 (2016): FIKRAH: JURNAL ILMU AQIDAH DAN STUDI KEAGAMAAN
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Jurusan Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.335 KB) | DOI: 10.21043/fikrah.v4i2.1770

Abstract

Membincang tentang fenomena keberagamaan masyarakat, situasi yang berjalan di tengah-tengah mereka akan senantiasa menjadi titik sorot untuk menjelaskan ihwal kehadiran, dimulai dari tradsi, kebudayaan, etnik, agama, dan realitas kehidupan sosial yang berjalan. Fenomena beragama yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat akan menjadi bagian penyimpulan yang bisa dikaji, bagaimanakah kondisi nyata keberagamaan masyarakat yang berjalan. Kenyataan keberagamaan yang ada di masyarakat inilah nantinya akan mengisi ruang-ruang persepsi masyarakat akan bukti hakiki makna agama dalam kehidupan mereka.Mengamati dinamika keberagamaan yang berjalan di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus, penelitian ini terfokus untuk mengkaji fenomena perubahan paradigma masyarakat tentang agama. Berpijak kepada dinamika kehidupan masyarakat yang tergolong abangan, terdapat hal unik yang bisa dieksplorasi mengenai keberagamaan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus. Beragama di antara mereka masih tampak mengadaptasi dengan kegiatan kebudayaan yang cenderung ambigu dalam hukum agama. Dalam hal ini bisa dijelaskan seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi. Namun, di antara aktivitas ambigu dalam kaca pandang agama tersebut, masyarakat juga aktif untuk melaksanakan kirim doa kepada para leluhur yang sudah meninggal (hajatan) atau juga membaca silsilah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani manaqiban.Kehidupan beragama masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus menampakkan adanya perubahan pola keberagamaan. Dimulai dari masifnya kondisi masyarakat yang tergolong abangan, mereka mulai beralih untuk aktif mengisi waktu-waktu luang mereka guna beribadah menjalankan perintah-perintah agama. Aktivitas kebudayaan yang masih banyak dijumpai, seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi, hal tersebut mulai terkikis dengan kegiatan mereka untuk memenuhi tuntutan agama.
AKAR-AKAR TEORI KONFLIK: Dialektika Konflik; Core Perubahan Sosial dalam Pandangan Karl Marx dan George Simmel Kastoro, Widiarsih; Masudi, Masudi
FIKRAH Vol 3, No 1 (2015): FIKRAH: JURNAL ILMU AQIDAH DAN STUDI KEAGAMAAN
Publisher : Prodi Ilmu Aqidah Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/fikrah.v3i1.1832

Abstract

Dalam perkembangan kajian teori sosial, kehadirannyamenjadi titik dasar dari proses kajian yang munculpada kerangka akademik studi sosiologi. Teori sosialmerupakan manifestasi dari berbagai macam pendekatanyang bisa dipergunakan untuk membedah varian-variandari dinamika kajian yang ada pada studi sosiologi.Besarnya peranan dari teori sosial ini mengukuhkaneksistensinya sebagai instrumen dasar pada bangunananalisis kajian sosial yang hadir dalam studi sosiologi.Hal ini pula yang bisa disandarkan kepada analisistentang manifestasi konflk dalam dinamika kehidupanmasyarakat. Analisis konflk pada realitas kehidupansosial menjadi fakta yang cukup mengesankan untukdikaji dalam rangka menempatkan situasi sosialyang berkembang di tengah-tengah masyarakat padakerangka dasar data yang tepat serta mengarah kepadaposisi impelementatif dari perwujudannya. Konflkyang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakatmerupakan bagian dari pembentukan masyarakat itusendiri. Untuk itulah, mengamati fenomena munculnyakonflk beberapa sosiolog membangun asumsi beragam.Bagi seorang ahli yang melihat masyarakat dari nilainilai internal kehidupan mereka, maka pengembanganteori sosial berbasis sosiologi mikro dikembangkan.Namun, bagi mereka yang melihat masyarakat dariaspek terluar, atau wilayah makro, maka kajian sosiologi makro dipergunakan. Pada kerangka ini,baik Marx dan Simmel sebagai penggagas analisistentang konflk mencoba memotret fenomena ini daridua sudut pandang. Marx ingin melihat masyarakatdalam perjuangan kelasnya. Sementara itu, Simmelmelihat bahwa pada pertumbuhannya, konflk itumemberikan fungsi pengembangan dalam masyarakatyang bersifat lunak. Manifetasi konflk dipersepsikanoleh Marx dan Simmel mampu menembus sistem sosialdalam masyarakat. Kedua tokoh ini pada ujungnyamenjelaskan tentang bipolaritas konflk yang dibangunoleh masing-masing. Marx menjelaskan manifestasikonflk sebagai usaha memecah stabilitas sosial denganpembentukan masyarakat komunis. Sementara itu,Simmel menjelaskan bahwa konflk merupakan interaksiyang bisa menghasilkan integrasi melalui kompromisosial.
Perubahan Paradigma Beragama (Analisis Perubahan Pemikiran Keagamaan Masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus) Masudi, Masudi; Kastoro, Widiarsih
FIKRAH Vol 4, No 2 (2016): FIKRAH: JURNAL ILMU AQIDAH DAN STUDI KEAGAMAAN
Publisher : Prodi Ilmu Aqidah Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/fikrah.v4i2.1770

Abstract

Membincang tentang fenomena keberagamaan masyarakat, situasi yang berjalan di tengah-tengah mereka akan senantiasa menjadi titik sorot untuk menjelaskan ihwal kehadiran, dimulai dari tradsi, kebudayaan, etnik, agama, dan realitas kehidupan sosial yang berjalan. Fenomena beragama yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat akan menjadi bagian penyimpulan yang bisa dikaji, bagaimanakah kondisi nyata keberagamaan masyarakat yang berjalan. Kenyataan keberagamaan yang ada di masyarakat inilah nantinya akan mengisi ruang-ruang persepsi masyarakat akan bukti hakiki makna agama dalam kehidupan mereka.Mengamati dinamika keberagamaan yang berjalan di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus, penelitian ini terfokus untuk mengkaji fenomena perubahan paradigma masyarakat tentang agama. Berpijak kepada dinamika kehidupan masyarakat yang tergolong abangan, terdapat hal unik yang bisa dieksplorasi mengenai keberagamaan masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus. Beragama di antara mereka masih tampak mengadaptasi dengan kegiatan kebudayaan yang cenderung ambigu dalam hukum agama. Dalam hal ini bisa dijelaskan seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi. Namun, di antara aktivitas ambigu dalam kaca pandang agama tersebut, masyarakat juga aktif untuk melaksanakan kirim doa kepada para leluhur yang sudah meninggal (hajatan) atau juga membaca silsilah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani manaqiban.Kehidupan beragama masyarakat Desa Jepang Mejobo Kudus menampakkan adanya perubahan pola keberagamaan. Dimulai dari masifnya kondisi masyarakat yang tergolong abangan, mereka mulai beralih untuk aktif mengisi waktu-waktu luang mereka guna beribadah menjalankan perintah-perintah agama. Aktivitas kebudayaan yang masih banyak dijumpai, seperti menyabung ayam, meminum-minuman keras, dan berjudi, hal tersebut mulai terkikis dengan kegiatan mereka untuk memenuhi tuntutan agama.
Manifestasi Keluarga dalam Membentuk Kepribadian Anak Usia Dini Kastoro, Widiarsih; Masudi, Masudi
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal Vol 3, No 2 (2015): ThufuLA
Publisher : PIAUD IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/thufula.v3i2.1418

Abstract

Education will always take place in his journey through the ages. This continuity of existence dotted beneath the education that will always lead the students toward their maturation itself. Directions increasingly globalized education is one indicator that the direction and quality of education in the future should competewith the dynamics of globalism itself. Globalization is leaning completely to rapid system and information technology will rein in education to go hand in hand with the dynamic development of the runs. Based on the fact, this globality, education policy directions create the best quality of education undoubtedly questionable. The question is also grounded to the probability of an education that will actively work together on the development period of increasingly rapid and efforts to preserve the culture social adiluhur to be completed. Therefore, the manifestation of moral values   and moral education into the general atmosphere that needs to berealized in order to counterbalance an increasingly global world develops rapidly. Families in growth will play an important role to teach and educate their children get a good education. Good quality education will make the children in the family was able to infiltrate the globalization movement that had been made man to be materialistic at all end of life. Barometer of all the activities he did more orient to the achievements of the material alone. So in the end, the quality of education being taught more point out to the objectification of the material rather thanspiritual fulfillment. In this situation, the education that starts from the family will fortify all the pace of globalization that is becoming more effective and valuable.
MEWUJUDKAN TRADISI ISLAM DALAM MANIFESTASI HARMONI KEBERAGAMAAN UMAT Kastoro, Widiarsih; Masudi, Masudi
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Jurusan Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/fikrah.v1i1.303

Abstract

Islam adalah agama misi yang diwahyukan Allah swt., kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Dalam perjalanannya pula, Islam berjalan beriringan dengan dinamika kehidupan umat sehingga menjadikannya kadang dipertentangkan dan di diteladani. Plus minus keberadaan ini tidak menjadikan Islam surut dalam usahanya mengentaskan keberadaban umat manusia. Islam terus menjalankan misi sucinya dengan memberikan uraian keilmiahan hidup sehingga pada akhirnya masyarakat mulai mengerti akan hakikat dari keharmonisan hidup bersama dalam lintasan keyakinan. Tuntutan utama yang diajarkan oleh Islam adalah menyadarkan masyarakat akan arti penting tradisi sebagai perekat utama doktrin keislaman dengan perjuangan Rasulullah saw. Tradisi dalam Islam dengan pengertian akan eksistensi keanekaragaman sosial, budaya, dan bahkan agama itu sendiri menjadikan Islam sebagai jalan tengah bagi masyarakat. Islam memberikan beberapa deskripsi realistis tentang hakikat hidup setiap pribadi yang mustahil dinafikkan kebersandarannya kepada nilai-nilai suci masing-masing agama. Di atas kenyataan inilah, tuntutan untuk menghadirkan harmoni Islam sebagai pemersatu kehidupan umat niscaya dikedepankan. Kata Kunci: Tradisi, Jalan Tengah (middle roader), al-Sunnah, Ritual, Keberagamaan
PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU THUFAIL (Khazanah Pemikiran Filsafat dari Timur Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyah) Kastoro, Widiarsih; Masudi, Masudi
FIKRAH Vol 3, No 2 (2015): FIKRAH: JURNAL ILMU AQIDAH DAN STUDI KEAGAMAAN
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Jurusan Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/fikrah.v3i2.1822

Abstract

Perkembangan pemikiran di tengah-tengah peradaban manusiamengalami ritme perjalanannya yang panjang. Perjalanan itusebagai usaha purifiasi pemikiran yang dikembangkan dimasing-masing peradaban. Berbekal perspektif dari berpikirsecara fiosofi sebagai sunnah kenabian Rasulullah saw., IbnuThufail memberikan suatu paradigma mistis atas pemikiran duniatimur. Dari ulasan yang dikemukakannya dia menyampaikanbahwa hakikat pemikiran kefisafatan yang telah dibangundalam kerangka konfrontatif sejatinya merupakan bagian yangbisa berdialektika secara intensif dan mutual. Berpijak kepadausaha untuk membangun hakikat dilektif fisafat dan agamasebagai warna hakiki pemikiran dalam dunia Islam, Ibnu Thufailmengilustrasikan suatu hikayat fiosofi Hayy bin Yaqzhan,sebuah kisah fiosofi dari usaha manusia membangun titiktitik rasionalitas dalam pertumbuhan berpikir mereka. Dalamrealitasnya, kehidupan manusia digambarkan oleh Ibnu Thufailsebagai pribadi yang telah membawa ide-ide bawaan. Hal inidikuatkannya melalui perspektif yang dibangun oleh Plato.Manusia yang dipersonifiasikannya melalui kedirian Hayy ibnYaqzhan menjelaskan kenyataan hidup manusia yang mampumencipta pemilahan di antara kebutuhan dan dorongan-doronganyang akan mengisi ruang-ruang dari kehidupan mereka.
KESETARAAN SUAMI DAN ISTRI DALAM KELUARGA (Analisis Kesetaraan Pembagian Kerja dalam Keluarga Madura) Kastoro, Widiarsih; Mas'udi, Mas'udi
KONSELING RELIGI Vol 7, No 2 (2016): KONSELING RELIGI
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v7i2.2127

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kehadiran budaya dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah struktur dan sistem hukum yang dipatuhi dan ditaati oleh pendukungnya. Hal ini tampak jelas hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat Madura. Struktur keagamaan yang berkembang di tengah-tengah kehidupan mereka menciptakan bangunan sosial yang pada akhirnya disepakati sebagai bagian hukum kebudayaan yang mengikat. Kekuatan budaya keagamaan yang terdapat di tengah-tengah kehidupan masyarakat Madura secara tidak langsung berimplikasi kepada kuatnya sandaran aturan-aturan agama yang mengikat kehidupan mereka mulai dari kehidupan berkeluarga dan bekehidupan sosial kemasyarakatan. Analisis tentang kesetaraan suami dan istri dalam keluarga pada pembagian kerja laki-laki serta perempuan madura ini didekati melalui satu pendekatan analisis antropologi-sosiologi. Analisis antropologi dirancang untuk melihat kehadiran budaya dalam masyarakat yang pada akhirnya hal itu kemudian dijadikan struktur hukum dalam kehidupan mereka. Sementara itu, pada bagian analisis sosiologi, penelitian ini mencoba mendekati, bangunan dari struktur sosial yang berjalan di masyarakat dengan keberadaan para santri, kyai, dan masyarakat biasa yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat Madura. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesetaraan kerja dalam kehidupan masyarakat Madura tampak jelas berjalan. Pemisahan pekerjaan yang mengarah kepada saling paham di antara masyarakat tampak jelas dijalankan oleh laki-laki dan perempuan Madura. Seperti halnya dalam pertanian, laki-laki Madura bertindak sebagai pembajak ladang dengan sapi-sapi peliharaan mereka, sementara kaum perempuannya bertugas untuk menanam jagung di ladang terbajak tersebut. Pada kasus nelayan Madura, kaum laki-laki Madura bertugas untuk berlayar menangkap ikan, sementara kaum perempuannya bertugas menunggu kedatangan mereka untuk selanjutnya mengolah hasil tangkapan tersebut atau memasarkannya ke pasar-pasar tradisional.Kata Kunci: Kesetaraan, Pembagian Kerja, Kyai, Pondok Pesantren. THE EQUALITY OF HUSBAND AND WIFE IN FAMILY (EQUALITY ANALYSIS OF THE DIVISION LABOR IN THE FAMILY OF MADURA). This research aim to see the representation of culture inside the life of Madurese people as they assumed it as structure and policy system that to obey and adhered supports. The phenomenon used to find and represented inside a life of Madurese people. The development of religious structure among their life built the social building as they agreed to be a kind of binding law of culture. The religious cultural system inside a life of Madurese people indirectly imply with their supports to the role of religion that binds them in their family life until their social life. The analysis of equality between husband and wife among Madurese family especially the division work between them, to be approached by anthropological analysis. The anthropological analysis built with approached to representation of culture in the middle of their life as it is implying to be law structure. Furthermore, in the sociological analysis, this research try to approach the foundation of social structure as represented with the life of boarding school student santri, kyai, and ordinary people that life inside them. This research conclude, the equality of work really represented inside a life of Madurese people. The division of work as implying the understanding of people a job to be seen and run inside Madurese people. Example of this division represent among Madurese people farming. The gentleman of Madurese people to be hijacker’s paddy with their cows, while the women of Madures people obligate to plant corn. Furthermore, on case of Madurese sailors, the gentleman of Madurese people obligate to sailing on the sea and fishing, while their wife’s to be wait their coming and then cook their fishing or sell it to the traditional market. Key Words: Equality, The Division of Work, Kyai, Boarding School