Saefrudin Bahar
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Antara Agama Dan Negara Dalam Konteks Ketahanan Nasional: Sebuah Tinjauan Kebijakan Dan Operasional Saefrudin Bahar Saefrudin Bahar
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 3, No 3 (1998)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.389 KB) | DOI: 10.22146/jkn.19197

Abstract

Masalah hubungan antara agama dan negara dalam rangka proses pembentukan negara kebangsaan di Indonesia diajukan pertama kalinya pada tanggal 30 Mei 1945 oleh anggota Badan Penyelidik Llsaha-usaha Persiapan Kemederkaan Indonesia (BPLIPKI) Ki Bagus Hadikusumo dari Pengurus Besar Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta. Beliau menyatakan bahwa oleh karena sebagian besar orang Indonesia beragama Islam maka adalah layak jika negara Indonesia yang akan dibentuk itu didasarkan pada agama Islam'. 
Pancasila, The Living Staatsfundamentalnorm Of The Indonesian Nationstate: The Norms, The Institutions, And The Performancel Saefrudin Bahar
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 14, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22300

Abstract

It must be assumed, that having frequently failed for cen- turies in their fights for independence, both in local military confrontations and in the political movements, the Indone- sian leaders heartily welcomed the opportunity to gain their independence at the end of the Second World War. In mid 1945, facing impending defeat against the Allies, Japan's Southern Military Theater Command headquarter in Saigon gave the green light to Mr Soekarno, Mr Mohammad Hatta and Dr Radjiman Wedyodiningrat - as the most prominent leaders of the independence movement — to proceed in the preparation of Indonesian independence'. Understandably, even though they have expected independence at long last, nevertheless at the time they were practically taken by sur- prise, particularly because they have not visualized a clear vision of what the future independence will be