Sri Lestari
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. M. Djamil Padang/Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Debulking keloid pada telinga kiri Ennesta Asri; Sri Lestari; Nadya Hasriningrum; Meligasari L Gaya
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 3
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.866

Abstract

Pendahuluan: Keloid adalah lesi proliferatif jinak dari jaringan konektif dermis yang biasanya dihasilkan dari respon jaringan terhadap trauma kulit pada orang-orang dengan predisposisi, dimana tidak sembuh secara spontan. Terapi keloid dipilih bergantung pada ukuran lesi, lokasi, kedalaman lesi, usia pasien dan respon terhadap pengobatan terakhir. Terapi pembedahan pada keloid yang besar dan tidak bertangkai seperti keloid pada daun telinga merupakan pilihan. Kasus: Dilaporkan satu kasus debulking keloid di daun telinga kiri pada laki-laki 19 tahun. Pasien mengeluhkan timbul benjolan sewarna kulit yang terasa sedikit gatal di daun telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu akibat luka robek kecelakaan lalu lintas 2 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya pada benjolan tersebut. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tanda vital dalam batas normal. Status dermatologikus pada helix aurikula sinistra didapatkan adanya skar hipertrofik dengan ukuran 2cm x 1cm x 0,5cm, permukaan licin, keras, mengkilat, imobile, dan telangiektasis. Pasien dilakukan debulking keloid menggunakan anestesi lokal dengan lidocaine  2% + pehacaine 1:80.000. Setelah 3 minggu paska operasi, luka baik dengan ukuran keloid mengecil. Pasien direncanakan injeksi triamsinolon acetonide 40 mg 1 minggu lagi. Diskusi:  Lini pertama terapi keloid adalah injeksi kortikosteroid intralesi. Kombinasi bedah dan triamsinolon asetonid intralesi dapat mencegah kekambuhan keloid.
Correlation between Cholesterol Serum Level and Xanthelasma from Januari 2014 until Desember 2018 in Dermato-Venereology Outpatient Clinic of Dr. M.Djamil Hospital Padang Puridelko Kampar; Sri Lestari; Qaira Anum; Ennesta Asri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1011

Abstract

Xantelasma adalah penyakit kulit yang mengenai dewasa muda dan usia lebih tua. Diagnosis dapat ditegakkan hanya dengan klinis. Xantelasma dapat merupakan penanda penyakit tertentu. Hyperlipidemia dilaporkan terjadi pada sekitar 50% pasien. Belum ada data mengenai hubungan kolesterol dan xantelasma di poliklinik dermato-venereologi dari Januari 2014 sampai Desember 2018. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan kadar kolesterol dan xantelasma di klinik rawat jalan dermato-venereology Rumah Sakit Dr. M. Djamil dari Januari 2014 sampai Desember 2018. Penelitian ini adalah studi retrospektif yang dilakukan dengan menganalisis rekam medis xantelasma pasien di Poliklinik Dermato-Venereology RS Dr. M. Djamil dari Januari 2014 sampai Desember 2018. Hasil studi mendapatkan 28 pasien xantelasma dan 28 kontrol, 8 pasien (28,57%) adalah laki-laki dan 20 pasien (71,43%) adalah perempuan. Usia paling dominan adalah 36-45 tahun pada 15 pasien (53,57%). Durasi onset xantelasma 50% pasien lebih dari 2 tahun. Temuan laboratorium yang paling umum adalah hiperkolesterolemia pada 21 kasus (75%). Dalam penelitian ini, 14,28% pasien memiliki penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan hipertensi. Terdapat korelasi antara kadar kolesterol dan xantelasma secara statistik (p<0,05). Simpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi antara xantelasma dan kadar kolesterol yang bermakna. Xanthelasma dapat mejadi penanda hiperlipidemia.