Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Makna Menstruasi Bagi Perempuan Suku Naulu-Dusun Rohua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Yonna Euinike Tanahitumesseng; Retty Ratnawati; Mufidah Cholil
Indonesian Journal of Women's Studies Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.852 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan makna mentruasi perempuan suku. Pandangan masyarakat tentang semua proses biologis yang terjadi pada perempuan, terkhususnya seputar masalah menstruasi, mengharuskan perempuan diam dalam ruang sosial yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri dan dijadikan sebagai budaya. Dalam sebuah sistem masyarakat, budaya memegang peranan penting dan membawa pengaruh yang sangat kuat. Budaya patriarki yang berkembang di Indonesia hampir memenuhi semua lapisan kehidupan masyarakat termasuk pada masyarakat suku Naulu dusun Rohua di kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Patriarki adalah suatu sistem otoritas laki-laki yang menindas perempuan melalui institusi sosial, politik dan ekonomi. Adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan tergambar dalam kebiasaan di tiap-tiap keluarga, pembagian tugas, kedudukan, dan perlakuan tradisi. Perempuan dipenjarakan dengan tugas domestik dan menjalani tradisi Pinamou saat diasingkan dalam Posune selama menstruasi berlangsung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan Grounded Theory. Informan dalam penelitian adalah perempuan sebagai pihak yang menjalankan peran sebagai Nuhu Ne Upu e dan Pinamou, anggota keluarga dari perempuan yang diasingkan dan Nuhu Ne Upu e, serta Tokoh adat sebagai pemegang kendali aturan adat di suku Nualu-Dusun Rohua. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, Observasi, Wawancara mendalam (in–depth interview), Dokumentasi, dan Triangulasi. Dalam rangka melestarikan ritual adat, perlakuan masyarakat patriarkal di suku Naulu dusun Rohua berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa konstruksi budaya yang memandang laki-laki lebih berkuasa dari pada perempuan adalah alamiah. Kepatuhan menjalankan adat, membuat masyarakat dengan sadar mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Konstruksi budaya ini menghasilkan diskriminasi terhadap makna menstruasi yang terjadi pada tubuh perempuan. Tatanan hidup yang diciptakan masyarakat melalui pelestarian tradisi pengasingan Pinamou yang bertujuan untuk mengatur kehidupan bersama, tidak berjalan semestinya. Makna “pemberi kehidupan” adalah mitos yang secara sadar disematkan pada diri perempuan dan tidak diterjemahkan seutuhnya dengan baik. Perempuan harus menjalani kehidupannya di bawah pengawasan laki-laki, masyarakat dan kepercayaan yang sarat dengan sifat pengelaki-lakian.
STANDARISASI MAHAR NASIONAL (STUDI ANALOGI TRADISI PENETAPAN MAHAR KECAMATAN KLUET TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN) Ridwan Nurdin; Mufidah Cholil; Doktor Suwandi
JAS : Jurnal Ahwal Syakhshiyyah Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS)
Publisher : Fakultas Agama Islam UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jas.v4i1.14757

Abstract

Artikel ini membahas sebuah tradisi unik tentang pemberian mahar di Indonesia, dimana pada umumnya mahar diberikan secara personal disesuaikan dengan kemampuan mempelai laki-laki. Jika mampu dan berkecukupan maka ia akan memberikan mahar yang fantastis, mewah dan banyak, sebaliknya ketika keadaan mempelai laki-laki ekonominya biasa dan pas-pasan maka maharnyapun terbilang kecil dan seadanya.Hal ini tidak berlaku disuatu daerah di Kecamatan Kluet Timur Kabupaten Aceh Selatan, dimana mahar ditentukan oleh pemuka adat setempat yang didasarkan pada ketentuan adat setempat yakni antara 2 mayam emas sampai 8 mayam emas. dan hal ini telah berjalan sejak tahun 1978 hingga sekarang.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka atau (library research) dengan menggunakan pendekatan komparatif (comparative approach) yakni menelaah tradisi mahar pada sebuah tradisi disuatu daerah kemudian membandingkan dan mengaplikasikan tradisi tersebut dengan membuat simulasi atau model pemberian mahar cara baru, guna membuat sebuah terobosan solusi berskala nasional.Temuan dari penelitian ini adalah sebuah terobosan baru dalam hal penentuan mahar yakni standarisasi mahar nasional di Indonesia.Kata Kunci: Mahar, Standarisasi, Kecamatan Kluet Timur Kabupaten Aceh Selatan