Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE USE OF LIQUID SMOKE AS LATEX COAGULANT FOR RUBBER FARMER GROUP IN BUKIT LITI VILLAGE, CENTRAL KALIMANTAN Lilis Rosmainar; Karelius; Rasidah; I Nyoman Sudyana; Nyahu Rumbang; Idam Sulastri
BALANGA: Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol. 8 No. 2 (2020): Journal Balanga Edisi Juli-Desember 2020
Publisher : Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, FKIP, Universitas Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/balanga.v8i2.2002

Abstract

Bukit Liti Village is one of villages located in the Kahayan Tengah Sub-district, Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan Province. Most people there tap rubber tree simply managed to produce bokar (rubber materials). In making bokar, rubber farmers use coagulant materials that can damage the rubber quality and soak bokar in water pool/creeks which lower the rubber quality and produce bad smell. To solve the problem, a training is conducted to make a simple pyrolysis reactor to produce liquid smoke which will be used as latex coagulant preventing and reducing bad smell and improving the bokar quality. Pyrolysis reactor is made from a used oil tank, and other materials with a thermometer to measure reactor temperature. The reactor is designed to allow a minimum oxygen combustion. The production of rubber wood liquid smoke for latex coagulation process in this research with 50 kg of old rubber wood materials has obtained 125 ml liquid smoke for 4-hour production time. The use of liquid smoke as latex coagulant gives real impacts for farmers such as: environmental friendly, to prevent bacterial growth and oxidation in the latex and latex lump, to prevent and reduce bad smells of bokar from the plantation, during storage and rubber processing in the rubber processing factory. The technology advantages of the liquid smoke are: faster coagulation, high elasticity, able to increase dry rubber content, relatively same price with other coagulant, to increase quality and selling price, produce clean latex and free of environment pollutant.
Pelatihan Pembuatan Dodol dari Terong Ungu (Solanum melongena) pada Kelompok Tani Kelurahan Habaring Hurung Zimon Pereiz; I Nyoman Sudyana; Efriyana Oksal; Miranti Maya Sylvani; Chuchita Chuchita
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 4 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i4.971

Abstract

Terong ungu (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman hortikultura yang keberadaannya sudah menjadi makanan konsumsi masyarakat di Indonesia. Namun sering kali terong hanya diolah menjadi sebuah masakan atau sayuran. Pengabdian kepada Masyarakat ini melakukan sebuah inovasi pangan yaitu membuat sebuah makanan dodol yang berbahan dasar terong ungu. Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat berlangsung di kelompok tani Kelurahan Habaring Hurung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Program kegiatan ini dilakukan melalui 4 tahap kegiatan, diantaranya survey lokasi, pengumpulan bahan baku, pelatihan pembuatan dodol terong, dan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan di lakukan dengan metode pre-test dan post-test yang diisi oleh peserta kegiatan dalam bentuk kuisioner. Berdasarkan hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini mampu menambah wawasan dan kemampuan tentang bagaimana membuat dodol dengan bahan dasar terong ungu, bahkan para warga dapat mengimplementasikan dan menerapkannya inovasi pangan ini secara mandiri. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil kuisioner melalui pre-test dan post-test yang telah diisi oleh peserta kegiatan, dimana rata-rata peserta sebelum mengikuti kegiatan ini menjawab kurang mengetahui tentang teknik pengelolaan sanitasi lingkungan dengan presentase pemahaman pada saat pre-test hanya sebesar 16%. Namun melalui informasi atau konten materi yang telah disampaikan, masyarakat menjadi mengerti dan memahaminya, terlihat pada saat post-test Tingkat pemahaman sebesar 92%..