Bhakti Alamsyah
Faculty Of Science & Technology, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Desain Arsitektur Kota Yang Beridentitas Budaya Sebagai Sebuah Konsep Yang Berkelanjutan Bhakti Alamsyah
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.063 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2014.012.02.2

Abstract

Kota sebagai cermin dari suatu masyarakat tidak lepas dari keberadaan bangunan-bangunan bersejarah yang merupakan identitas suatu kota. Perencanaan ruang yang tidak melihat karakteristik daerah berupa budaya, rona lingkungan dan budaya setempat dapat menimbulkan bencana langsung maupun tidak langsung bagi penghuninya. Identitas yang dimiliki kota Medan dari segi bangunannya tidak lepas dari arsitektur Melayu. Bangunan arsitektur Melayu bercampur dengan gaya kolonial Belanda. Ini merupakan bukti sejarah bahwa pengaruh Belanda terhadap politik dan ekonomi di Medan sangat besar sekali. Arsitektur rumah Melayu menerapkan konsep lingkungan yang sehat, artinya memanfaatkan alam terbuka sebagai pendukung keserasian dan kesatuan antara bangunan dan lingkungannya. Hepcan mengatakan pemanfaatan jalur hijau dengan menggabungkan antara ruang terbuka dengan ruang tertutup secara langsung ataupun tidak, memiliki nilai ekonomi dan rekreasi dapat merangsang urusan bisnis lokal. Fenomena ini terjadi pada lapangan Merdeka atau Merdeka Walk sebagai wujud implementasi pemanfaatan jalur hijau. Adanya pemanfaatan jalur hijau tidak lepas dari desain arsitektur yang berkelanjutan. Chiotinis mengatakan arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) bertujuan menjaga ketahanan lingkungan, sumber daya alami, ekosistem, yang memberikan nilai sejarah untuk perlindungan dan pemeliharaan yang kesinambungan. Melestarikan salah satu contoh budaya yang kuat dengan menerapkan di dalam wujud bentuk yaitu. penandaan, ruang promosi unsur-unsur yang melekat di dalam sejarah atau dari bangunanKata kunci: publik space, arsitektur kota, arsitektur berkelanjutan
Belenggu Persepsi Pada Lapangan Taman Tugu Pahlawan Surabaya (Suatu Kajian Perubahan Makna Arsitektural) Bhakti Alamsyah
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.336 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2014.012.01.5

Abstract

Karya arsitektur disamping bentukan setting fisiknya didalamnya terkandung berbagai makna yang disajikan bagi penggunanya yang untuk penikmatannya bisa dipersepsi secara meluas hingga memunculkan makna beragam. Namun arsitektur bak mata uang bermuka ganda. Sisi yang satu mempersilakan tampilnya aneka persepsi dari pengamat sedang sisi lain secara layak sebagai alat untuk memanipulasi, memaksakan makna tunggal yang dilandasi ‘kuasa’ kepentingan tertentu. Desain Lapangan Taman Tugu Pahlawan Surabaya sebagai hasil kolaborasi penguasa dan cendekiawan mewakili kepentingan disatu sisi dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat disisi lain. Apa yang tersembunyi dibalik tindakan kompromi kepentingan ini menjadi menarik bila ditinjau dari sudut pandang pengamat dan perencanaan dalam konteks perubahan makna . Penjelajahan dilangsungkan terhadap dinamika perancangan dan perilaku nyata yang berlangsung pada setting fisik Lapangan Taman Tugu Pahlawan. Dengan perspektif demikian diharapkan timbulnya pemahaman yang memberagam tentang makna desain dan tempat kawasan Tugu Pahlawan . Makna baru ataupun yang telah lama ada namun mungkin teredam, tersembunyikan oleh adanya hegemoni sistem terhadap kehidupan sosial sebagai suatu representasi wajah kebudayaan pasca-modern kontemporer.Kata Kunci : Perubahan Makna, Lapangan Taman Tugu Pahlawan
Shopping Center-Based Design Transit Oriented Development (TOD) (Case Study: Pulo Brayan Kec Market. Medan Baru) Audina Dzulhijwandari; Rahmadhani Fitri; Bhakti Alamsyah
INFOKUM Vol. 10 No. 1 (2021): Desember, Data Mining, Image Processing, and artificial intelligence
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1110.688 KB)

Abstract

One of the activities that humans do every day is shopping and this activity is a favorite habit for today's society. The existence of a shopping place in a city has always been the most interesting and memorable place because it is a place that is often v isited by city residents. In Pulo Brayan where there are people with various activities and professions, one of which is as a seller in the market that requires Mixed-Use Building in the design of shopping centers with transit oriented development (TOD) system facilities in order to integrate a walkable, safe, and comfortable environment so as to optimize commercial facilities by increasing the use of public mass transit in transit in the city. As well as having considerations from various aspects as a whole that will determine the attractiveness of a shopping center to visitors.
A NEW TECHNOLOGY CULTURAL LANDSCAPE HERITAGE Syukur Iman Jaya Gulo; Ramadhani Fitri; Bhakti Alamsyah
INFOKUM Vol. 10 No. 03 (2022): August, Data Mining, Image Processing, and artificial intelligence
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.194 KB)

Abstract

Nias Island is one of the islands in North Sumatra which has various potentials in the form of tourism. One of the tours in Nias is the Nias Heritage Museum. The Nias Heritage Museum not only collects, protects and maintains Nias cultural heritage objects, but also conducts research. The Nias Heritage Museum has many places, namely exhibition venues, cafes, mini zoos, inns, meeting rooms, recreation parks and libraries. This research uses the method of identifying green open spaces and public spaces in the Nias museum as the Cultural Landscape of Nias. For now, there are three places that are used as public spaces, while green open spaces are in the middle of the museum. To protect every culture that exists in Nias and become a source of knowledge for the people of Nias and the people of Indonesia,