This Author published in this journals
All Journal agriTECH
Nursigit Bintoro
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara dalam Rumah Jamur (Kumbung) Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) Anisum Anisum; Nursigit Bintoro; Sunarto Goenadi
agriTECH Vol 36, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.86 KB) | DOI: 10.22146/agritech.10686

Abstract

One effort to optimize the temperature and humidity in the mushroom house during the dry season using evaporative cooler. This research was conducted two treatment variation which were assessed about distribution of temperature and humidity of air inside a mushroom house using Computational Fluid Dynamics (CFD) is the condition of building using natural ventilation and condition of building with water used evaporative cooler. Computational Fluid Dynamics (CFD) analysis was able to model the distributions of temperature and humidity, and air movement pattern inside of a mushroom house. The validation point of temperature distribution and humidity in the mushroom house has an error 0.70-2.62%. The results CFD analysis of temperature and humidity were able to reduced by about ±loC and ±5.1% for building with evaporative cooler used water. The indicated that buildings evaporative cooler used water able to reduced air temperature and increasing humidity in the mushroom houses.ABSTRAKSalah satu upaya untuk mengoptimalkan suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur pada musim kemarau dengan menggunakan evaporative cooler (pendingin penguap). Pada penelitian ini ada dua variasi perlakuan yang dikaji pendistribusian suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD), yaitu kondisi bangunan menggunakan ventilasi alamiah dan kondisi bangunan dengan pendingin penguap (evaporative cooler) menggunakan air. Analisis dengan Computational Fluid Dynamics (CFD) mampu memodelkan distribusi suhu dan kelembaban udara, serta pola pergerakan udara dalam rumah jamur. Nilai validasi distribusi suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur menunjukkan error 0,70 - 2,62%. Dari hasil analisis CFD suhu dan kelembaban udara mampu diturunkan sebesar ±1oC dan ±5,1% untuk bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air mampu menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara dalam rumah jamur.
Pemodelan Matematis Hubungan Kadar Air Tepung dengan Variabel Proses pada Pengeringan Mekanis Tepung Kasava Menggunakan Pneumatic Dryer Yus Witdarko; Nursigit Bintoro; Bandul Suratmo; Budi Rahardjo
agriTECH Vol 36, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.186 KB) | DOI: 10.22146/agritech.10691

Abstract

Moisture content of the materials (Ka) is the most important variable in evaluating the performance of drying process, therefore the ability to predict moisture-content of the materials in the drying process is very important. The objective of this research was to formulate a mathematical relationship between various pneumatic drying process variables and the moisturecontent of the materials of cassava flour by applying dimensional analysis. In this research, a pneumatic drying equipment and test edit in wide varieties of treatments, such as the input capacity, drying air temperature, and drying air velocity. Based on the result of data analysis, it was obtained that the relationship between moisture content of the materials and the drying process variables could be expressed as followThis equation had 0,722 coefficient of determination, so that it could be used to predict the moisture content of cassava flour precisely. Sensitivity analysis indicated that the dimensionless product which had the largest effect on Ka was.ABSTRAKKadar air bahan (Ka) merupakan variabel yang paling penting dalam mengevaluasi kinerja proses pengeringan bahan, sehingga kemampuan untuk memprediksi Ka dalam proses pengeringan akan menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan hubungan matematis antara berbagai variabel proses pengeringan secara pneumatik dengan Ka akhir tepung ketela pohon dengan menerapkan analisis dimensi. Pada penelitian ini telah dirancang peralatan pneumatic drying dan dilakukan pengujian dengan berbagai macam variasi perlakuan seperti kapasitas input, temperatur udara pengering, dan kecepatan udara pengering. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh hubungan antara Ka dengan variabel-variabel proses pengeringan sebagai berikut:Persamaan tersebut mempunyai nilai koefisien determinasi 0,722 sehingga besar kemungkinan untuk dapat digunakan sebagai alternatif dalam memprediksi kadar air tepung hasil pengeringan. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa dimensionless product yang paling berpengaruh terhadap nilai Ka adalah    ்ೠ   .
Pengaruh Suhu dan Waktu Sterilisasi terhadap Nilai F dan Kondisi Fisik Kaleng Kemasan pada Pengalengan Gudeg Asep Nurhikmat; Bandul Suratmo; Nursigit Bintoro; Suharwadji Suharwadji
agriTECH Vol 36, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1632.563 KB) | DOI: 10.22146/agritech.10714

Abstract

Canning food is a way of preserving foodstuffs was then sterilized. Sterilization was done at a certain time and temperature. Research on the effects of temperature and time sterilization on the F value and the physical cans conditions in canned gudeg had done. The research objective was to determine the effect of sterilization on the F value and the physical cans conditions. Sterilization was carried out at 111; 121 and 1310C for 10; 20 and 30 minutes. During the sterilization process, a history of substance temperature rise recorded by using a data logger. The data generated in the analysis of the value of sterility. Observations physical condition after sterilization canned done visually using a scanning electron microscope (SEM). This research resulted in the sterilization temperature influence on the increase in F value from the time of sterilization with the lowest F value is 0.123 minutes occurred in the treatment of 1110C for 10 minutes and the highest F value is 112.504 minutes occurred at 1310C for 30 minutes treatment. The physical condition of the packaging is damaged at a temperature of 1310C with the smallest percentage of damage that is 42% occurred within 10 minutes and the largest is 75% at 30 minutes. The most optimal treatment is the sterilization of 1210C for 20 minutes with F value of 4.425 minutes where all cans produced has a normal appearance. Analysis visualization and characterization using SEM produce lacquer damage occurs at a temperature of 1310C for 30 minutes sterilization and aluminum decreased by 13.85%.ABSTRAKPengalengan makanan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dikemas kemudian disterilkan. Sterilisasi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu. Penelitian tentang pengaruh suhu dan waktu sterilisasi terhadap nilai F dan kondisi fisik kemasan pada pengalengan gudeg telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh sterilisasi terhadap nilai F dan kondisi fisik kemasan. Sterilisasi dilakukan pada suhu 111; 121 dan 1310C selama 10; 20 dan 30 menit. Selama proses sterilisasi, riwayat kenaikan suhu bahan di rekam dengan menggunakan data logger. Data yang dihasilkan kemudian di analisis nilai sterilitasnya. Pengamatan kondisi fisik kaleng dilakukan setelah sterilisasi secara visual menggunakan scanning electron microscope (SEM). Penelitian ini menghasilkan suhu sterilisasi sangat berpengaruh terhadap kenaikan nilai F dari pada waktu sterilisasi dengan nilai F terendah yaitu 0,123 menit terjadi pada perlakuan 1110C selama 10 menit dan nilai F tertinggi yaitu 112,504 menit terjadi pada perlakuan 1310C selama 30 menit. Kondisi fisik kemasan mengalami kerusakan pada suhu 1310C dengan persentase kerusakan terkecil yaitu 42% terjadi waktu 10 menit dan terbesar yaitu 75% pada waktu 30 menit. Perlakuan yang paling optimal adalah pada sterilisasi 1210C selama 20 menit dengan nilai F sebesar 4,425 menit dimana seluruh kaleng yang dihasilkan memiliki kenampakan yang normal. Analisis visualisasi dan karakterisasi dengan menggunakan SEM menghasilkan kerusakan lacquer terjadi pada suhu sterilisasi 1310C selama 30 menit dan aluminium menurun sebesar 13,85%.