This Author published in this journals
All Journal agriTECH
Tyas Utami
Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Suhu Penyimpanan pada Gabah Basah yang Baru Dipanen terhadap Perubahan Mutu Fisik Beras Giling Tanwirul Millati; Yudi Pranoto; Nursigit Bintoro; Tyas Utami
agriTECH Vol 37, No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.241 KB) | DOI: 10.22146/agritech.12015

Abstract

Rice storage on high moisture content and temperatures could accelerate aging process. This research studied the effect of temperature and storage time to changes in the milling quality and color of the milled rice. This study used freshly harvested rough rice of IR 64 varieties with a moisture content of 26.73%, storage temperatures consist of room temperature, 40 °C, 50 °C and 60 °C, and storage time of 0, 2, 4, 6, 8, and 10 days. Observations comprise weight loss and a decrease in grain moisture content, and color quality milled rice. The results showed that the temperature and storage time affects weight loss and decrease moisture content of rough rice, milling quality, and color of the milled rice. The higher temperature and the longer storage, the weight loss and the decreasing moisture content of rough rice increases. Freshly harvested rough rice storage at 40 °C after 6 days showed a relatively large weight loss due to damage of rough rice. The yield and quality of milled rice increased with storage time. Rice color was relatively fixed until the 10th days at room temperature and 40 °C, while stored at 50 °C and 60 °C, the yellowing started after the 4th day and 2nd day respectively. Based on SNI 6128: 2008, water content of milled rice entered the category of quality I, head rice yield on category II and III, while the broken grains and grain groats entered in category II, III, and IV. Temperature and storage time recommended for the storage of freshly harvested rough rice was at 40 °C for 6 days. ABSTRAKSelama penyimpanan gabah terjadi proses pengusangan yang akan mengubah mutu giling dan warna beras. Penyimpanan gabah pada kadar air dan suhu tinggi dapat mempecepat proses penurunan mutu.  Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kehilangan berat dan penurunan kadar air gabah, perubahan mutu giling dan warna beras selama penyimpanan gabah kering panen. Suhu  penyimpanan yang digunakan adalah  suhu ruang, 40 °C, 50 °C, dan 60 °C, sedang lama penyimpanan adalah 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 hari. Suhu dan lama penyimpanan mempengaruhi kehilangan berat dan penurunan kadar air gabah, mutu giling dan warna beras. Semakin tinggi suhu dan semakin lama penyimpanan, kehilangan berat dan penurunan kadar air gabah semakin besar. Penyimpanan gabah pada suhu 40 °C setelah 6 hari menunjukkan kehilangan berat yang relatif besar, meskipun terjadi peningkatan rendemen dan mutu giling. Berdasarkan SNI 6128:2008, kadar air beras giling masuk pada katagori mutu I, persentase beras kepala masuk pada katagori mutu II dan III, sedangkan butir patah dan butir menir masuk pada katagori mutu II, III,  dan IV. Warna beras relatif tetap sampai 10 hari penyimpanan pada suhu ruang dan pada 40 °C, sedang pada suhu 50 °C mulai terjadi penguningan setelah penyimpanan 4 hari dan pada suhu 60 °C setelah 2 hari. Suhu dan lama penyimpanan yang direkomendasikan untuk penyimpanan gabah kering panen adalah pada suhu 40 °C selama 6 hari.  
Fermentasi Chao Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) Menggunakan Bakteri Asam Laktat Proteolitik Agussalim Matti; Tyas Utami; Chusnul Hidayat; Endang Sutriswati Rahayu
agriTECH Vol 41, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.667 KB) | DOI: 10.22146/agritech.56155

Abstract

Chao merupakan produk fermentasi tradisional dari daerah Sulawesi Selatan dengan bahan baku ikan tembang, garam dan nasi yang difermentasi dengan ragi tape dan ragi tempe. Penelitian ini menggunakan bakteri asam laktat  (BAL) proteolitik Lactobacillus plantarum Ags1-3 dan P. acidilactici Ags7-3 sebagai co-starter untuk mempelajari perananan dan potensinya sebagai penghasil ACE inhibitor selama fermentasi chao ikan tembang. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu fermentasi garam (20%) (A-B), fermentasi BAL (C-D), dan fermentasi campuran BAL dengan nasi terfementasi (E-F). Sebagai kontrol adalah chao yang difermentasi tanpa penambahan inokulum BAL. Selama fermentasi diamati kadar garam, aktivitas air, populasi mikroorganisme, produksi asam dan perubahan pH serta kadar protein terlarut dan aktivitas inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fermentasi garam (A-B) terjadi kenaikan kadar garam pada ikan tembang dari 10,75% menjadi 16,48% dan tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada tahap ini. Pada tahap fermentasi BAL (C-D), terjadi kenaikan jumlah bakteri dan total BAL lebih dari 2 siklus log, namun pada kontrol, jumlah bakteri dan total BAL lebih rendah. BAL proteolitik mendegradasi protein menjadi komponen yang lebih sederhana yang ditandai dengan kenaikan yang nyata pada kadar protein terlarutnya dan tidak terjadi penurunan pH. Isolat BAL proteolitik berpotensi menghasilkan inhibitor ACE yang ditandai dengan aktivitas ACE-I mencapai 84-85%, sedang pada kontrol, aktivitas penghambatan ACE pada ikan yang difermentasi hanya 58%. Pada fermentasi campuran (E-F) terjadi peningkatan produksi asam dan penurunan pH yang nyata karena tersedianya sumber karbon yang berasal dari nasi terfermentasi. Fermentasi chao tanpa penambahan inokulum juga terjadi penurunan pH, namun nilai pHnya lebih tinggi. Fermentasi chao dengan penambahan inokulum BAL proteolitik berpotensi menghasilkan aktivitas penghambatan ACE dan dapat memperpendek waktu fermentasi.