Paramita Noviasari
Department Of Orthodontics, Faculty Of Dentistry, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penanganan mesial tipping molar II akibat kehilangan molar I dengan L loop Paramita Noviasari; Soehardono Dirdjowihardjo; Dyah Karunia
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 2, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.631 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.32338

Abstract

Mesial tipping molar kedua akibat premature loss molar pertama merupakan kasus yang sering terjadi. Gerakan mesial tipping molar kedua dapat menyebabkan traumatik oklusi, gangguan fungsional, gangguan prostetik, dan masalah periodontal. Kekuatan ringan dan terus menerus dari spring pembantu diperlukan selama koreksi mesial tipping molar. Koreksi mesial tipping pada teknik Edgewise dapat dilakukan dengan L loop. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas L loop pada penanganan kasus mesial tipping molar kedua mandibula. Pasien perempuan berusia 27 tahun, mengeluhkan gigi berjejal, gigi tidak berkontak baik dan kesulitan mengunyah di sisi kanan. Pemeriksaan objektif menunjukkan crowding anterior rahang atas dan bawah, malrelasi gigi dan mesial tipping gigi molar. Diagnosa kasus ini adalah maloklusi angle klas II divisi 1 subdivisi tipe dentoskeletal dengan bidental protrusif disertai pergeseran midline rahang bawah; spasing; mesial tipping 16,47; malrelasi serta malposisi gigi individual. Perawatan dilakukan dengan alat cekat teknik Edgewise dengan L loop di mesial gigi 47, 16, dan vertikal loop pada interdental gigi yang malposisi. Hasil perawatan: Setelah 11 bulan perawatan gigi 47 berhasil tegak, malposisi dan malrelasi gigi terkoreksi namun masih terdapat open bite pada gigi 22, 23 terhadap 32, 33. Perawatan pada pasien masih berlangsung hingga saat ini. Penggunaan L loop pada teknik Edgewise efektif untuk penanganan kasus mesial tipping molar kedua mandibula.ABSTRACT: Uprighting Mesial Tipping of the Second due to loss of Molar with L Loop. Mesial tipping of second molar due to premature loss of first molar is the common case in adult patients. This condition induce the traumatic occlusion, functional disorders, prosthetic disorders and periodontal problems. Light and continuous strength from assisting spring is required during molar mesial tipping correction. Correction of mesial tipping in Edgewise technique can be performed using L loop. The aim of this report is to analyze the effectiveness of using L loops in correcting mandibular second molar mesial tipping. Method: 27-year-old female patient, with a chief complaint of dental crowding, open bite and chewing difficulty on the right side. Objective examinations showed crowding anterior of maxillary and mandibular dentition, malrelation and molar mesial tipping. Diagnosis: angle’s Class II division 1 subdivision type dentoskeletal malocclusion with bidental protrusive, midline shift on the lower jaw; spacing; mesial tipping 16, 47; malrelation and individual malposition. Treatment used a fixed appliance edgewise technique with L loops in mesial teeth 47, 16, and vertical loop at the interdental tooth malposition. The mesial tipping right mandibulary second molar 47 was well uprighted after 11 month of treatment. Malpositions of individual teeth and malrelation were corrected, meanwhile open bite 22, 23 toward 32, 33 has not been corrected and the treatment is still ongoing. Conclusions: The use of L loop on Edgewise technique is very effective for treatment of mandibular second molar mesial tipping. 
Keberhasilan perawatan ortodonti lepasan dengan ekspansi dan pencabutan gigi incisisivus Paramita Noviasari; Dyah Karunia; Soehardono Dirdjowihardjo
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.76284

Abstract

Ekspansi lengkung gigi dan pencabutan gigi dalam perawatan ortodonti merupakan prosedur untuk mendapatkan ruang. Ruang yang tersedia akan digunakan untuk koreksi crowding, mengurangi overjet dan overbite. Plat ekspansi merupakan salah satu alat ortodonti lepasan yang sering digunakan sedangkan pencabutan gigi insisivus merupakan pencabutan yang jarang dilakukan. Kombinasi ekspansi dan pencabutan gigi insisivus bawah dapat dilakukan pada beberapa kasus agar oklusi dan interdigitasi yang baik dapat tercapai. Pencabutan gigi insisivus yang malposisi parah pada perawatan ortodonti lepasan merupakan salah satu cara untuk mencegah relaps post perawatan ortodonti, hal ini juga dapat membatasi pergerakan gigi yang tidak diperlukan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengevaluasi pemilihan pemecahan masalah kebutuhan ruang dengan ekspansi dan pencabutan gigi insisivus bawah. Artikel ini menyoroti pentingnya mengetahui indikasi, keuntungan dan kerugian perawatan dengan pencabutan gigi insisivus. Seorang pasien perempuan berusia 17 tahun mengeluhkan gigi depan atas bawah tidak rapi sehingga sisa makanan sulit dibersihkan. Pasien memiliki maloklusi Angle Klas I dengan hubungan skeletal klas I, bidental protrusif, linguoversi gigi 42, disertai beberapa malposisi gigi individual. Berdasarkan pertimbangan perhitungan Pont, Howe’s, profil wajah yang baik, dan hasil analisis Bolton maka dipilih perawatan ekspansi rahang atas dan rahang bawah kombinasi pencabutan gigi insisivus lateral kanan bawah untuk memenuhi kebutuhan ruang. Pasien dirawat dengan alat ortodonti lepasan, dan kontrol dilakukan setiap 1 minggu sekali. Setelah perawatan 24 bulan didapatkan overjet normal, overbite normal, interdigitasi baik, dan profil muka cembung normal. Kesimpulan studi kasus ini adalah kombinasi ekspansi dan pencabutan gigi insisivus bawah pada perawatan ortodonti memberikan hasil yang memuaskan.
Effect of carbonated hydroxyapatite synthesis from cuttlefish shells on orthodontic relapse prevention: in silico study Bondan Setyoko; Aufa Lufhf Ambar Verisandri; Adelia Tantri Damayanti; Firda Ayu Fitriana; Berliant Salsabila Julieta; Paramita Noviasari; Ananto Ali Alhasyimi
Odonto : Dental Journal Vol 10, No 1 (2023): July 2023
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/odj.10.1.19-27

Abstract

Background: Relapse occurs frequently, 70–90% of the time, and typically compromises the outcome of orthodontic therapy. Calcium carbonate (CaCO3), which is found in cuttlefish shells, can be used to make a better biomaterial. One example is carbonated hydroxyapatite, which is very similar to human bone tissue and can stop osteoclast activity on the pressure side of the retention phase. This is a factor in orthodontic relapse, which is when the bone doesn't remodel properly. In this study, a test was done to see if carbonated hydroxyapatite (CHA) could be used as an alternative material to stop orthodontic relapse. The test was based on how the RANK-RANKL, OPG, and TGF-β proteins interacted with each other. Method: CHA extracted from cuttlefish shells after 6 hours of calcination at 1000°C. RANK-RANKL, OPG, and TGF-β interactions were investigated in silico using molecular docking. Result: A cuttlefish shell extract containing CHA has the potential to be used as an alternate material to prevent orthodontic recurrence. CHA chemicals can disrupt the link between RANK and RANKL and enhance OPG and TGF-β expression. This induces enhanced proliferation, which increases the number of osteoblasts and osteoblast differentiation while decreasing the rate of osteoclast activity. Conclusion: Cuttlefish shell with CHA extract has the potential to be used as an alternative material to prevent orthodontic relapse.