Rahmat, Muhammad Masykur
Bagian Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Angiografi dan embolisasi pre-operasi pada hemangioma lidah tipe kavernosum Ridwan Daomara Silitonga; Sudarmanta Sudarmanta; Muhammad Masykur Rahmat; Rahardjo Rahardjo
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.60117

Abstract

Hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah yang ditandai dengan pembentukan vaskularisasi baru dan dilatasi pembuluh darah. Karakteristik alamiah hemangioma adalah fase proliferasi sel endotelial saat pertumbuhannya yang diikuti fase involusi secara bertahap. Sifat biologis ini akan mempengaruhi waktu dan tipe perawatannya, meskipun 10% sampai 20% lesi yang telah involusi komplit meninggalkan sisa jaringan vaskular yang signifikan menyebabkangangguan estetik dan fungsional. Pembedahan bertujuan untuk mengambil seluruh lesi, tetapi disisi lain adanya potensi resiko perdarahan sedang sampai berat pada intra dan post operasi yang dapat mengancam nyawa pasien.Pemeriksaan angiografi berguna untuk identifikasi feeding vessel, dan dilanjutkan embolisasi untuk menutup aliran darah dari feeding vessel ke tumor, sebelum dilakukan terapi eksisi yang agresif. Tujuan dari laporan ini untuk menjelaskan kolaborasi perawatan hemangioma kavernosum pada lidah bersama bagian radiologi intervensi RSUP Dr. Sardjito. Perpaduan ilmu dan pengalaman antara kedua bidang spesialis ini sangat bermanfaat meningkatkan hasil perawatan pasien. Pasien wanita umur 17 tahun dengan benjolan kebiruan pada permukaan lateral lidah, yang didiagnosis dengan hemangioma. Pasien telah dilakukan pemeriksaan radiologi intervensi pre operasi yaitu angiografi transarterial, lalu dilanjutkan embolisasi pada arteri lingualis sinistra sebagai feeding vessel. Pada kasus ini pasien telah dilakukan operasi eksisi hemangioma di bawah pembiusan umum. Kehilangan darah saat operasi minimal dan tepi lesi saat operasi lebih tegas. Penyembuhan luka post operasi baik, dan hasil akhir secara histopatologis dikonfirmasi sebagai hemangioma kavernosum. Pengambilan seluruh lesi hemangioma memberikan penyembuhan paling baik. Lesi vaskular seperti hemangioma membutuhkan tindakan embolisasi pre operasi, untuk menutup sementara aliran darah ke lesi untuk mengurangi resiko perdarahan yang berlebihan.
Pleomorfik Adenoma pada Palatum Cahya Yustisia Hasan; Muhammad Masykur Rahmat
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 1 (2012): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1392.334 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15652

Abstract

Latar Belakang: Pleomorfik adenoma (mixed tumor) adalah tumor kelenjar ludah yang paling sering terjadi (65%) pada kelenjar ludah mayor dan minor. Lokasi intraoral yang paling sering ditemukan adalah palatum. Tujuan: membahas gambaran klinis dan penatalaksanaan pleomorfik adenoma pada platinum. Kasus: dilaporkan 2 buah kasus pleomorfik adenoma pada palatum. Kasus pertama seorang laki-laki usia 29 tahun dengan benjolan pada palatum kanan ukuran 3x2 cm, konsistensi kenyal, berbatas tegas, warna seperti jaringan sekitar dan tidak nyeri. Pasien pernah menjalani operasi pada palatum kanan pada tahun 2005, dan kira-kira 3 tahun setelah operasi benjolan tersebut kambuh di tempat yang sama. Hasil biopsi aspirasi jarum halus adalah mixed tumor. Kasus kedua seorang wanita 22 tahun dengan benjolan pada palatum kiri ukuran 2x1,5 cm, timbul sejak 3 tahu yang lalu, warna seperti jaringan sekitar, konsistensi kenyal, dan tidak nyeri. Riwayat pesien menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil biopsi condong pada adenoma pleomorfik dengan bagian onkositik adenoma dan clear sel adenoma. Penatalaksanaan: dilakukan eksisi luas di bawah anestesi umum pada kedua kasus tersebut, dengan batas 1 cm dari tepi lesi pada jaringan sehat. Kesimpulan : telah dilakukan eksisi luas untuk penanganan kedua kasus pleomorfik adenoma dan palatum. Tidak di temukan rekurensi 1 tahun setelah operasi (kasus 1) dan 2 tahun setelah operasi (kasus 2). Blackground: pleomorphic adenoma (mixed tumor) is the most common tumor of the salivary glands (65%) of the major dan minor salivary glands. Palatum is the most common site in intraoral. Purpose: to elaborate clinical feature and management of pleomophic adenoma of palate. Cases: we reported 2 cases pleomorphic adenoma of palate. The first case was a29 years old male patient with a swelling at the right side of the palate, 3x2 cm sized mass, rubbery in consistency, well demarcated, pinkish in color, and pain less. He had undergone an operation at the right palate in 2005, but 3 years after the operation he got reccurence. The result of fine needle aspiration biopsy was mixed tumor. The second case was fermale 22 years old patient with a swelling at the left side of palate, 2x1,5 cm sized mass, was present 3 years before coming to the clinic, pinkish color, rubbery consistency and painless. She has been using hormonal contraception. The result of incisional biopsy was pleomorphic adenoma with the oncocityc adenoma part and clear cell adenoma. Management: widw exicion was performed under general anesthesia in both cases, with a limit 1 cm clinical margin at its periphery. Conclusion: both patients with pleomorphic adenoma ao palate were treated by wide excision. No recurrence were observed in 1 year (firs case) and 2 years (second case) after the surgery.
Penatalaksanaan Ameloblastik Karsinoma pada Mandibula dengan Reseksi Segmental dan Pemasangan Mandible Reconstructive Plate Bambang Widjanarko; Muhammad Masykur Rahmat
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 1 (2010): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1973.894 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15981

Abstract

Ameloblastik Karsinoma merupakan tumor odontogenik yang jarang ditemukan, dan bersifat agresif. Pada awalnya tumor ini menunjukkan gambaran histologis seperti ameloblastoma, tapi kemudian kehilangan diferensiasi dan menjadi malignan, walaupun klinisnya adalah ameloblastoma biasa, dan bermetastase ke kelenjar limfe atau melalui kelenjar limfe. Perawatannya sama dengan lesi karsinoma intraoseus lainnya, tapi bila telah mengalami metastase maka prognosanya buruk. Tujuan penulisan ini adalah untuk melaporkan keberhasilan operasi reseksi segmental dan pemasangan mandible reconstructive plate (MRP) pada seorang pasien ameloblastik karsinoma. Laporan kasus pasien perempuan berusia 47 tahun datang ke poliklinik Bedah Mulut RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan keluhan utama benjolan pada rahang bawah depan sebelah bukal regio 3.3 - 4.7, tidak terasa sakit, konsistensi keras, warna sesuai dengan jaringan sekitar, ukuran 7x4x2 em, muneul kurang lebih 3 tahun yang lalu, mula-mula keeil kemudian membesar. Penatalaksanaan kasus ini adalah operasi reseksi segmental dan pemasangan MRP di bawah anestesi umum. Prognosis dubia ad bonam. Kesimpulan pada kasus ini pemasangan MRP mampu menjaga kontinuitas mandibula kanan-kiri, dan sebagai tempat perlekatan otot-otot mylohiod agar lidah tidak jatuh ke laring, serta untuk mempertahankan estetik dan fungsinya.
Mixoma Odontogenik: Tinjauan Klinis dan Penatalaksanaanya Y. Mulyaka; Muhammad Masykur Rahmat
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 1 (2010): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1729.211 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.16067

Abstract

Pendahuluan Mixoma pada mulut adalah lesi yang jarang, tumbuh lambat, suatu masa submukosa yang asimtomatik, lebih sering terjadi pada mandibula. Mixoma bisa mengenai laki-Iaki maupun wanita pada semua umur.Tujuan perawatan mixoma pada mulut, seperti mixoma pada jaringan tubuh lain adalah eksisi bedah. Semua mixoma adalah jinak dan hanya memerlukan terapi konservatif. Gambaran klinis mixoma pada mulut tidak berkapsul dan menunjukan infiltrasi ke jaringan sekitarnya. Secara histology mixoma berisi material gelatin. Seeara radiologi berupa lesi lusen, seringnya multilokuler atau seperti gambaran sarang Mixoma lebah, dengan batas tidak jelas. Rekurensi kadang kala terjadi. Laporan kasus seorang lelaki 24 tahun datang ke Klinik Bedah Mulut & Maksilofasial, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta. Dia mengeluh adanya benjolan pada pipi kanan sekitar 3 tahun yang lalu, tidak sakit. Pemeriksaan klinik menunjukan suatu pembengkakan, 9 x 9 x 7 em, konsistensi kenyal, warna sama dengan jaringan sekitarnya. Prognosa dubia ad bonam. Hasil Pasien menjalani operasi hemimandibulektomi dan pemasangan pelat rekonstruksi mandibula di bawah anastesi umum. Hasil patologi anatomi pasea operasi menunjukan mixoma odontogenik.
Local application of biphosphonate as a biochemical barrier against bone graft resorption in mandibular reconstruction Romzi Hanif; Muhammad Masykur Rahmat; Cahya Yustisia Hasan
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 5, No 3 (2019): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.45096

Abstract

Mandibular reconstruction to restore functions and aesthetics after mandibular resection remains a major surgical challenge. This type of reconstruction using non-vascularized autogenous bone graft harvested from iliac bone has been popular given that this bone is numerous and donor site morbidity can be minimized, however, it is highly resorbable. Local application of bisphosphonate by immersing bone graft in biphosphonate manages to inhibit bone graft resorption prior to the formation of new bone to support the osteogenesis and osteointegration of bone grafts. This paper aimed at examining the positive results of iliac bone graft osteogenesis and osteointegration following local application of bisphosphonate in mandibular reconstruction. A 22-year-old female patient came with a complaint of painless right cheek mass that has swollen slowly since 2 years. Radiographic examination showed cloudy radiolucent images in the right mandibular corpus to the right mandibular ramus, while histopathological examination indicated ossifying fibroma. Patient underwent mandibular resection followed by iliac bone graft-based mandibular reconstruction. Bone graft was immersed with bisphosphonate (zoledronate acid 0.005 mg /ml) for 3 minutes, then rinsed with saline for 3 minutes, followed by fixing bone graft on the reconstruction plate. Postoperative follow up in the 36th week showed no signs of infection and dehiscence in the surgery site, and the radiographic examination indicated signs of osteogenesis and osteointegration of mandibular bone graft. Local application of biphosponate on bone graft promotes favorable results of osteogenesis and osteointegration in mandibular reconstruction.