Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Differences in results of infrabony pocket treatment with addition of platelet rich fibrin and platelet rich plasma gel in DFDBA bone graft Netta Anggraini; Sri Pramestri Lastianny; Al Sri Koes Soesilowati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 5, No 1 (2019): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.791 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.37423

Abstract

Treatment of infrabony pocket makes use of bone graft material demineralized freeze dried bone allograft (DFDBA) from different individuals which has undergone demineralization process and it is osteoinductive. Enhancement of growth factor was done by adding platelet rich fibrin (PRF) and platelet rich plasma (PRP). PRP is activated with an addition of calcium chloride CaCl2) to form gel. The method used to apply the bone grafting material is open flap debridement OFD). This research aimed to reveal the differences in the results of infrabony pocket treatment using PRF and PRP gel with an addition of DFDBA. The sample was taken from 20 infrabony pocket points divided into 2 groups, 10 infrabony pocket were treated with OFD+DFDBA+PRF and the other were treated with OFD+DFDBA+PRP gel. Pocket depth (PD) was measured on the baseline and the first and third month after treatment. Alveolar bone height was measured using cone beam computed tomography (CBCT) radiograph on the baseline to the third month after treatment. The results of this research showed that there was difference in the results of infrabony pocket treatment using PRF and PRP gel with an addition of DFDBA which could be observed from a reduction in PD from the baseline, month 1 and month 3 as well as reduction in alveolar bone height from the baseline to month 3. This research concluded that infrabony pocket treatment PRF application yields better results than PRP gel application in terms of PD and alveolar bone height reduction.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Stomatitis Aftosa Rekuren Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Angkatan 2019 Dan 2021 Netta Anggraini; Fitria Mailiza; Fuzi Satrio; Valendriyani Ningrum
Menara Ilmu : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Vol 17, No 1 (2023): Vol 17 No. 01 JANUARI 2023
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mi.v17i1.4057

Abstract

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan oleh masyarakat luas, merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. Mahasiswa kedokteran gigi preklinik mempelajari SAR yang didapat melalui pembelajaran akademik menetapkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan dan dapat mendengar tentang SAR melalui masyarakat lingkup fakultas kedokteran gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Baiturrahmah terhadap Stomatitis Aftosa Rekuren pada angkatan 2019 dan 2021. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik. Populasi adalah mahasiswa sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah angkatan 2019 berjumlah 50 sampel dan angkatan 2021 berjumlah 55 sampel yang diambil secara accidental sampling dengan rumus slovin. Data dianalisis menggunakan uji chi square. berdasarkan kuesioner yang telah di distribusikan, maka hasil penelitian didapatkan 50 mahasiswa angkatan 2019 paling banyak memiliki pengetahuan baik yaitu 45 orang (90,0%) dan dari 50 mahasiswa angkatan 2021 paling banyak memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 36 orang (65,5%) terdapat perbedaan angkatan 2019 yang sudah mendapatkan mata kuliah SAR dengan angkatan 2021 yang belum mendapatkan mata kuliah SAR dengan tingkat signifikansi p=0,008 (p<0,05). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa angkatan 2019 dan mahasiswa angkatan 2021 berhubungan dengan tingkat pengetahuan terhadap SAR. Kata Kunci :  Stomatitis Aftosa Rekuren, pengetahuan, mahasiswa FKG